Thirty Four

512 40 5
                                    

Ngerti dong sebelum baca harus ngapain? Hehhee
Budayakan vote dlu ya, pemirsa!

Happy Reading ❤

_______________________

"Eh, eh, apaan nih? Lo kenapa datang-datang kayak yang sewot gini sih?"heran Nico. Bagaimana tidak heran jika Aurel tiba-tiba saja memasuki kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan cara membanting sampai menciptakan bunyi yang sangat keras. Tak sampai disitu, Aurel dengan tak sopan nya merebut paksa ponsel Nico dan membanting nya sampai hancur. Nico melongo. Ponsel yang baru saja di belinya harus berakhir mengenaskan di atas lantai.

"Hp baru gue!"pekik Nico.

"Lo jahat!"bentak Aurel emosi.

"Jahat? Jahat gimana?"

"Lo udah janji buat gak nyelakain Ariel, tapi mana?! Lo gak tepatin janji lo"

Ariel menatap Aurel dengan kening yang semakin mengkerut. Semakin tidak mengerti apa yang Aurel ucapkan.

"Gue gak ingkar janji, Rel"

"Bohong! Tadi lo hadang gue sama Ariel di jalan"

"Gue aja dari sore di kamar terus. Gimana ceritanya gue bisa hadang lo sama Ariel? Bahkan gue gak tau lo habis pergi sama dia"

"Gak usah bersikap seolah lo gak tahu apa-apa! Berhenti bikin drama"

"Gue emang gak tahu apa-apa!"bentak Nico keras. Ponsel barunya hancur, di tambah Aurel menuduh nya padahal ia tak melakukan apapun. Ia bukan seorang pecundang. Jika ia sudah berjanji, ia akan berusaha untuk menepati janjinya. Seperti janjinya pada Aurel, maka ia tak akan membuat Ariel celaka. Ia akan menjauhkan keduanya dengan cara yang sehat. Kecuali jika suatu saat Ariel menyerangnya, barulah ia akan balas menyerang Ariel.

"Kalau bukan lo, terus siapa?!"balas Aurel ikut membentak dengan suara keras.

"Gue gak tahu, Aurel! Gimana gue bisa jawab?"

Aurel teringat jika Ariel menusuk paha pria bertopeng dengan pisau dan menyayat tangannya. Maka, Aurel mencoba memukul kedua paha Nico. Anehnya, Nico tak berjengit kaget. Nico hanya berusaha menjauhkan tangannya yang sibuk memukuli paha nya.

"Lo waras gak sih?! Ngapain pukul paha gue?"

"Di paha lo pasti ada luka tusukan, kan?"

"Disini Ariel yang baru keluar dari rumah sakit, terus kenapa lo yang aneh gini sih? Sakit pasti. Perlu gue buka celana biar lo bisa liat kalau paha gue baik-baik aja?"

Nico bersiap menurunkan celana pendek nya untuk membuktikan pada Aurel sebelum pekikan Aurel menghentikan kegiatannya.

"Jangan!"pekik Aurel.

"Katanya lo mau liat"

"Gak perlu di buka juga"ketus Aurel. Ia coba menarik kedua tangan Nico untuk memastikan luka sayatan yang di ciptakan Ariel. Sayangnya tangan Nico bersih tanpa ada sayatan pisau sedikit pun. Hal itu membuat Aurel merasa bersalah sudah menuduh Nico tanpa bukti. Sebelumnya Nico memang mencelakai Ariel, jadi wajar jika ia curiga pada Nico yang tadi menghadang jalannya.

"Gimana? Setelah lo pukul-pukul paha sama liat tangan gue, lo masih mau nuduh gue yang hadang jalan kalian? Gue bukan pengecut yang ingkar sama omongannya sendiri"

"Gue minta maaf. Gue terlanjur emosi"

"Harusnya lo paham siapa kakak lo ini, Rel. Gue bukan tipe cowok yang suka ingkar janji"

"Iya, gue minta maaf"

"Gue maafin. Tapi lo harus ganti hp baru gue yang lo banting nyampe hancur"

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang