Eighteen

1K 62 14
                                    

Budayakan vote sebelum membaca 😍

Halo..ada yang masih setia nunggu kelanjutan cerita Ariel dan Aurel?
Huhu.. aku minta maaf udah gantung cerita ini selama sebulan lebih. Aslinya bukan di gantung di.
Aku sempet nulis kan di komentar kalau sebulan ini aku sibuk sama urusan pondok?
Banyak tugas gengs. Numpuk banget. Di tambah organisasi yang ngebuat aku gak bisa update sama sekali.
Jadi disini aku minta maaf yang sebesar-besarnya sama kalian😚
Mohon di maafkan teu...
Udah gak sabar baca???

Happy Reading💕

_________________________

Sudah seminggu berlalu, sudah seminggu pula Aurel masih betah memejamkan matanya. Tak ada tanda-tanda Aurel akan sadar. Aurel masih betah tertidur di temani Ariel yang selalu siap siaga menjaga Aurel. Setiap malam Ariel akan menginap di rumah sakit dan pulang saat waktunya pergi ke sekolah. Sekolah selesai, maka Ariel langsung pulang ke rumah hanya untuk mengganti pakaian lalu kembali ke rumah sakit menemani Aurel. Bahkan, di jam istirahat sekolah pun Ariel sempatkan pergi ke rumah sakit hanya untuk melihat perkembangan Aurel. Cowok itu selalu berharap ketika ia membuka pintu ruang rawat inap Aurel, cewek itu sudah membuka matanya dan menyambut kedatangannya dengan senyuman khasnya. Namun hal itu belum terwujud sampai seminggu ini. Hal itu membuat perasaan Ariel semakin tak karuan.

Sudah seminggu juga ia mencari, orang yang terlibat di dalam tragedi kecelakaan Aurel pun belum berhasil ia temui. Baik ia maupun Dika sekarang sudah sepakat untuk berteman dan mencari orang itu bersama-sama. Tapi semua usaha mereka sia-sia. Dan Ariel berjanji, jika nanti ia menemukan orang itu, ia akan membuat orang itu menyesal sudah membuat kekasih nya koma seperti saat ini.

"Selamat pagi, sayang"ucap Ariel tersenyum kecut. Pagi itu ia sempatkan untuk menjenguk Aurel terlebih dahulu karena semalam ia tak menginap di rumah sakit.

Ariel meletakkan bunga tulip kesukaan Aurel ke dalam vas yang berisi bunga tulip yang sudah layu. Ariel rutin membelikan bunga untuk Aurel setiap harinya. Itu sebagai bukti jika ia tulus mencintai Aurel.

"Udah seminggu kamu koma. Kapan bangunnya? Aku kangen, tahu. Kamu gak kangen sama aku?"lirih Ariel menggenggam tangan Aurel yang terasa dingin. "Maaf ya, karena keteledoran aku kamu jadi kayak gini. Harusnya waktu itu kamu ikut aku ke makam Mama. Harusnya kamu terus sama aku biar kecelakaan ini gak terjadi. Harusnya aku lebih mengutamakan kamu. Harusnya-"suara Ariel tercekat di tenggorokan. Sungguh, ia tidak bisa melihat Aurel terbaring lemah seperti ini. Hatinya terasa sangat sakit. Pandangan mata Ariel mulai berembun. Seminggu ini Ariel berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh. Tapi pagi ini ia sudah tak tahan lagi. Sampai air mata itu jatuh membasahi pipi Ariel dan turun lagi membasahi tangan Aurel. Ariel terisak pelan dengan wajah yang ia sembunyikan di samping tubuh Aurel.

"Kalau aja kamu bangun, kamu bakal tahu gimana lemahnya aku sekarang. Jangan tinggalin aku Rel. Aku mohon. Aku udah cukup kehilangan Mama. Aku gak mau kehilangan kamu. Bangun, sayang"lirih Ariel. Ia mengusap air matanya kasar. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Aurel dan mengecup kening Aurel cukup lama. Netra matanya menangkap setetes air mata yang jatuh dari sudut mata Aurel. Aurel mendengarkan apa yang ia ucapkan.

Ariel menghapus air mata itu. Lalu ia mengecup bola mata Aurel satu persatu. "Aku tahu kamu pasti bangun. Aku tunggu kamu disini Rel"Ariel tersenyum tipis.

Dan tanpa Ariel sadari, seseorang tengah memperhatikannya dengan senyuman miring yang tercetak di bibirnya.

"Lo emang pantes dapetin semuanya, Rel"

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang