Nine

1.5K 83 1
                                    

Hai-hai😂 ketemu lagi sama aku. Author yang suka ngadat update..hhee
Yahh tau lah ya alesannya..🙈
Ada yang kangen Ariel sama Aurel?
Gimana puasa kalian? Semoga lancar yahh😋
Pengen baca?? Cuss😂
Jangan lupa vote dlu sblm baca ya😉

Happy Reading 💕

______________________

A

riel tersenyum miring melihat pantulan dirinya di balik cermin. Ia mengusap pisau yang ada di tangannya secara perlahan. Seolah memastikan jika pisau itu sangat tajam dan mampu menyayat kulit manusia. Matanya beralih ke sebuah pisau yang tergeletak di atas meja. Disana ada sekitar lima pisau berbagai ukuran. Kecil, sedang, sampai yang besar. Salah satu pisau itu ada yang masih berlumuran darah. Pisau itu ia gunakan untuk menyayat tangan seorang pria yang berani menyentuh tangan Aurel. Saat pulang sekolah tadi, Ariel melihat Aurel tengah menunggu jemputan di halte. Sebenarnya ia ingin sekali mengantarkan Aurel pulang. Tapi mengingat kejadian di kantin membuatnya hanya bisa memantau Aurel dari jauh.

Saat tengah fokus memperhatikan Aurel, datang seorang pria berumur yang menghampiri Aurel. Ia pikir pria itu sama halnya seperti Aurel yang tengah menunggu kendaraan. Tapi dengan lancangnya pria itu mulai berani menyentuh tangan Aurel. Bahkan pria itu berniat membawa Aurel pergi dari sana. Melihat itu, Ariel berniat melawan ego nya dan menyelamatkan Aurel. Tapi suara mesin motor lebih dulu datang dan menghentikan niat Ariel. Kemarahan Ariel kian menjadi saat tahu pengendara motor itu adalah Dika. Dika datang bak seorang pahlawan dan menghajar pria berumur itu habis-habisan.

Hati Ariel terasa sakit ketika Aurel menangis dan langsung memeluk Dika. Tepat di depan mata kepalanya sendiri. Ariel ingin mengamuk saat itu juga. Tapi ia urungkan. Akhirnya, untuk melampiaskan kemarahannya, ia mengikuti kemana pria berumur itu pergi. Dan ternyata, pria itu tengah keadaan mabuk berat. Bisa terlihat dari cara jalannya yang sempoyongan dan sesekali meracau tidak jelas.

Ingatan Ariel terlempar saat ia menghabisi pria berumur itu dengan sadis.

~flashback on~

Ariel tersenyum melihat cara berjalan pria berumur yang sejak tadi ia ikuti dari belakang. Pria itu mabuk. Ariel terus mengawasi gerak-gerik pria itu dengan senyuman yang tak luntur di bibirnya.

Hati Ariel bersorak ria saat pria itu memasuki sebuah rumah kosong di area yang jauh dari pemukiman warga dan suasana yang sangat sepi. Jika seperti itu, maka akan memudahkan aksinya nanti. Tanpa harus repot-repot menutupi wajahnya dan menjebak korban terlebih dahulu. Karena ini pria itu sendiri yang menawarkan diri untuk Ariel bunuh.

Ariel turun dari motornya. Helm yang tadi ia pakai sudah di lepas dan di simpan di atas jok motornya. Ariel mengambil sebilah pisau dari saku celana abu-abu nya. Kemudian dengan santai ia berjalan ke arah rumah kosong.

Brak.

Ariel membuka pintu rumah dengan kasar. Pria berumur yang sudah tengkurap di atas sofa panjang langsung berjengit kaget. Sebelum ia bangkit dari tengkurapnya, sebuah pisau lebih dulu menusuk bagian punggungnya. Tidak hanya sekali, melainkan langsung empat kali tusukan sekaligus.

"Akhhh"pria tua itu menggerung kesakitan. Dengan susah payah ia mulai bangkit. Matanya merem melek merasakan sakit di punggungnya. Matanya mendelik melihat seorang pria muda mengenakan seragam putih abu-abu tengah memandangnya dengan tatapan tajam. Ia yakin pemuda itulah yang sudah menusuknya. Terbukti dari pisau di tangannya yang sudah berlumuran darah.

"Lo ngapain nusuk gue, bocah?!"sentak pria itu marah.

"Gue cuma mau bantu proses kematian lo aja"sahut Ariel santai.

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang