Seventeen

970 47 11
                                    

Budayakan vote sebelum membaca 😍

Happy Reading💕

________________________

Baru saja hendak pergi, deringan ponselnya kembali menginterupsi. Melihat nama Nico yang menelfon nya, Ariel segera menekan tombol hijau dan memposisikan ponselnya di telinganya.


"Halo—"

"Ke rumah sakit sekarang. Aurel kecelakaan"

Dan dunia Ariel pun seakan runtuh seketika mendengar kabar ini. Apa lagi ini? Baru saja ia merasa tenang, sekarang pikirannya kembali kacau dengan berita Aurel kecelakaan.

"Rumah sakit mana?"tanya Ariel tak sabaran.

"Nanti gue share locatin. Lo buruan kesini!"

"Gue kesana sekarang juga"

Sambungan telfon terputus. Lalu datang notifikasi WhatsApp dari Nico. Melihat lokasi rumah sakit Aurel, Ariel sedikit lega karena letak rumah sakit itu tidak jauh dari tempat pemakaman umum ini. Tak ingin membuang waktu Ariel segera berlari menuju mobilnya dan segera melajukan mobilnya dengan cepat.

20 menit perjalanan, Ariel sampai di rumah sakit tersebut. Setelah memastikan mobil nya aman di tempat parkir, Ariel berlari memasuki rumah sakit.

"Sus, pasien atas nama Aurel Anindhita di kamar berapa, ya?"tanya Ariel pada seorang suster yang menjaga disana.

"Pasien atas nama Aurel Anindhita korban kecelakaan tabrak lari yang baru masuk itu?"

"Iya"

"Pasien sekarang masih di UGD karena keadaannya cukup parah. Mas jalan aja lurus, lalu belok kiri"

"Terimakasih"ucap Ariel. Tanpa menunggu respon suster itu, Ariel segera berjalan dengan langkah panjang-panjang mengikuti arahan sang suster.

Benar, disana sudah ada keluarga Aurel yang tengah menunggu dengan raut cemas yang kentara. Disana juga ada Renata yang tengah menangis sambil menundukkan kepalanya.

"Siapa yang udah lakuin ini ke Aurel?!"tanya Ariel tak santai pada Nico. Cowok itu bahkan refleks menarik kerah kemeja yang Nico kenakan. Sebelumnya Ariel tak pernah berani seperti itu. Tapi keadaan lah yang membuatnya menjadi emosional seperti sekarang ini.

"Lo tenang, jangan emosi"ucap Nico melepaskan tangan Ariel pada kerah kemeja nya.

"Mana bisa gue tenang sedangkan gue aja gak tahu keadaan Aurel kayak apa!"sentak Ariel emosi.

"Ariel, tenang nak. Gak boleh emosi ya. Kita sama-sama mendoakan yang terbaik untuk Aurel"ucap Mely menepuk pundak Ariel beberapa kali. Ariel menolehkan kepalanya. Melihat keberadaan Mely, Ariel langsung memeluk wanita paruh baya itu dengan penyesalan yang mendominasi dirinya saat ini.

"Maafin aku, Tante. Kalau aja aku anter Aurel pulang, mungkin Aurel gak akan kayak sekarang ini"ucap Ariel dengan suara tercekat menahan tangis.

Mely tersenyum bersamaan air matanya yang luruh. Ia melepaskan pelukan Ariel dan beralih menangkup pipi Ariel. Baginya, Ariel sudah seperti anaknya sendiri. Begitupun Ariel, ia sudah menganggap Mely seperti ibu kandung nya sendiri.

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang