Vote dulu sebelum lanjut
.
.
.
1 tahun yang lalu~
Pagi itu adalah pagi yang paling menyebalkan menurut nara karena dia harus dihukum lantaran dia telat di kegiatan hari pertama ospek.
Dibawah teriknya sinar matahari dan perlahan keringat menucur di sekujur tubuh nara datanglah seorang laki-laki memakai almamater fakultasnya dan terlihat seperti senior angkatan tahun terakhir.
"gimana,panas gak?"
ucap senior itu membuat nara kesal lantaran,dia sendiri bisa melihat kalau nara bercucuran keringat di tambah ini sudah hampir setengah jam dia berdiri sendirian disana masih saja ia menanyakan hal tersebut.
Nara hanya diam mengalihkan pandangannya kearah lain agar tidak menatap senior menyebalkan tersebut, beruntungnya tak lama datanglah seorang penolong hidup Nara hari itu.
"udah suruh masuk aja bentar lagi di mulai noh"
"yaudah kamu yang ambil alih dia,kasih tau tu biar besok jangan telat lagi"
"mm ya"
Senior itu sekarang berdiri dihapanku,kali ini aku berani menatapnya membuat wajah selemah mungkin agar dia tidak berubah pikiran tentang ucapannya tadi yang mau menolongnya.
"kenapa telat dek"
"kesiangan kak maaf,,tadi malam saya begadang selesaikan novel saya"
"oh kamu nulis novel"
"iya kak"
"yaudah langsung masuk ke aula aja saya yang izinin"
"terima kasih kak"
Nara segera berlari menuju ke aula namun seketika langkahnya terhenti ia ingat jika belum bertanya nama senior tadi.
ketika Nara berbalik badan ternyata dia sudah pergi menghamipiri teman-temannya.*****
Suara dering ponsel membangunkan seorang gadis yang tengah memeluk gulingnya dan masiih belum sepenuhnya kembali dari alam mimpi.
"halo~"
"ra,maaf bangunin kamu pagi-pagi"
Nara melihat nama seseorang yang menelponnya pagi-pagi ini.
"oh kak rio,btw ini jam berapa ya kak"
"udah mau jam 8 loh"
"hah seriusan kak"
Nara segera mematikan telfon itu sepihak,nara panik ketika mendengar kata hampir jam 8 karena dia tau jika dia bermalas-malasan lagi pastinya dia akan telat, segera ia mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi dengan secepat mungkin nara menyelesaikan mandinya dan segera mengenakan seragam tak lupa memoles wajah nya dengan make up tipis dan menggunakan lipblam agar bibinya tidak pucat.
saat nara membuka pintu kamar dia terkejut yang di dapatnya adalah deren sedang berdiri di samping meja makan mempersiapkan sarapan untuknya.
Nara lupa jika sekarang dia tinggal bersama orang lain,ia menatap deren sebentar dan segera bersikap semuanya biasa saja.
"pagi,ngga lagi buru-buru kan sarapan dulu sini"
kata-kata itu membuat nara tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.Arghh jika deren adalah kekasihnya pastinya nara bisa lebih bermalas-malasan
"emm aku ada kelas pagi jadi ngga bisa lama-lama,kamu kelasnya jam berapa?"
"pagi juga tapi sarapan bentar ga mungkin buat telat kan kalo ngga sempat aku taruh di tempat bekal aja gimana?"
"um.....iya taruh di bekal aja nanti aku makan"
Dengan perasaan bahagia dan senyuman tipis dibibirnya deren pun memasukkan roti selai coklat kedalam kotak bekal untuk nara.
Lalu mereka berdua bersiap untuk berangkat dan menuju mobil Nara.
Sesampainya di sana Nara berjalan santai ke arah kursi mengemudi, namun deren menghentikan langkahnya."ini siapa yang nyetir?" tanya deren
"aku aja"
"aku aja kan aku cowok"
"yaudah ni" ucap nara sambil mengambil kunci mobil disakunya dan diberikan kepada deren.
Saat di dalam mobil nara pun duduk di kursi samping dan menghidupkan ponselnya seperti biasa.
Namun deren menghela nafas sejenak dan mengarahkan wajahnya tepat didepan wajah nara dan sekarang wajah mereka pun sejajar sampai nara bisa merasakan nafas deren.
Mata Nara tidak lepas dari tatapan mata deren tanpa sadar bibir deren sekarang sudah sejajar dengan bibir pink nara.
"keselamatan yang utama"
kata deren memecahkan suasana sambil mengunci sabuk pengaman nara dan mengenakan sabuk pengaman miliknya,nara pun masih mematung memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Diperjalanan Nara memakan roti buatan Deren tadi sambil menunggu hingga sampai di gedung fakultasnya.
"emm,der kamu bawa mobil nya aja sampai ke gedung fakultasmu"
"yakin gapapa"
"iya" ucap nara sambil melepas sabuk pengamannya dan mengambil tasnya.
Saat Nara menutup pintu mobil kembali deren menurunkan kaca mobil dan melihat Nara sambil memberikan senyuman.
"semangat belajarnya ya"
"hah,oh iya kamu juga"
Mungkin jika terlalu lama disini bisa-bisa wajah nara berubah menjadi badut,ia segera meninggalkan tempat itu dan berjalan masuk.
Nara berjalan di koridor sendiran,tapi sepertinya ia mendengar suara langkah kaki dari bekalang.
"PAGI NARAAAAAAA....."
Yap suara itu,siapa lagi yang berani memanggil nara dengan nada melengking bak kuntilanak tersebut selain desy.
"Loh mobilmu siapa yang bawa"
"oh nanti aku ceritain,ayo masuk kelas ntar telat" ucap Nara dengan gugup.
"um..okey"
Untungnya Desy dengan mudah percaya kepada Nara.Kedua gadis itupun menyusuri koridor fakultasnya yang perlahan terlihat ramai dan di sambut dengan terik cahaya matahari pagi membuat nara bersemangat.
Entahlah dia semangat karena deren atau karena pagi yang menyenangkan ini.Ah deren aku ngga mau terlalu mikirin dia,nara mencoba menghilangkan pikiran itu dan terus berjalan bersama desi menuju kelasnya.
Mereka berdua duduk bersebelahan
"Cepet ceritain"
"Hah ceritain apa" ucap Nara
"Itu yang bawa mobilmu,udah punya supir pribadi ya sekarang?"
"Oh itu sepupu aku kebetulan lagi nginap,iya nginap dia di apartku"
"Ooooo kukira deren"
"HAH"
Nara terkejut tiba-tiba Desy berbicara seperti itu dan ia sesekali melihat ke arah depan takut jika ada yang memperhatikan mereka.
"Kenapa Ra beneran?!" Ucap Desy serius
"Ngga gila kamu ya"
Ucap Nara dan mencoba mengalihkan pandangannya ke tempat lain agar Desy tidak menanyakan hal-hal seperti itu lagi,ia takut jika ia tidak sengaja mengatakan bahwa deren tinggal bersamanya.
Untungnya Desy sekarang diam dan Nara memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan materi.
"Ra....."
"Kamu mau diam sukarela apa terpaksa Des" ucap Nara sambil mengangkat tangannya.
"Sukarela Ra,makasih"
Balas Desy dan beralih ikut memerhatikan mata kuliah juga.
.
.
.
.
.
.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
MY WRITER [✓]
Fanfiction[Tahap revisi] Pertemuannya dengan seorang pria dari masa lalunya secara tidak sengaja mengubah kehidupan Nara. Berusaha untuk berdamai dengan keadaan membuat Nara tidak bisa membedakan mana yang nyata dan bukan.Nara menyadari jika kehidupan cinta d...