MY WRITER (31)

15 5 0
                                    

Nara segera pulang ke apartemen karna menurutnya sekarang pikirkannya sedang kacau,lalu ia memutuskan untuk segera mandi dan berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya.

Tak lama suara notifikasi pesan masuk,Nara segera mengaktifkan telfonnya dan membaca pesan tersebut yang ternyata dari Jihan.
Awalnya Nara tidak mau membaca pesan yang dikirim Jihan namun ketika Jihan mengirim pesan suara Nara sedikit penasaran dan mendengarkannya.

Betapa terkejutnya Nara saat yang ia dengar di suara vn tersebut adalah suara deren,belum selesai Nara mencerutu di dalam hati Jihan kembali mengirim foto yang memperlihatkan deren sedang tidur di pundaknya di sebuah cafe yang lumayan sepi.
Ketika hendak mengetik sesuatu Jihan kembali mengirim kan pesan kali ini sebuah lokasi tempat ia dan deren berada, tanpa basa-basi Nara segera mengambil jaket dan kunci mobil untuk segera pergi ketempat yang sudah di kirim Jihan.

Sepanjang perjalanan Nara hanya membuat wajah datar sambil sesekali berdecak kesal.Akhirnya Nara sampai ke lokasi tersebut dan di sana terlihat sepi,Nara segera berjalan masuk kedalam.
Ia berjalan perlahan sambil sesekali melihat ke belakang sampai akhirnya ia melihat Jihan yang tengah duduk sendirian di tengah-tengah sofa.

"Mana deren" tanya Nara dengan nada yang sedikit tinggi.

"Bisa ngga mintanya baik-baik"

"Aku ga punya waktu buat kamu"

"Oh jadi sekarang semua waktumu just buat deren ya"

Ucap Jihan yang sekarang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Nara.

"Dia gak ada disini" ucap Jihan yang berbisik di telinga Nara.

"Mau mu apa sih!"

Jihan hanya menghela nafas kasar dan melipat kedua tangannya.

"Sebenernya aku ga usah kasih tau, seharusnya kamu tau semuanya kan?"

"Han kalo kamu suka sama deren,ngga kaya gini caranya"

"Terus?"

"Aku mau pake cara gimana lagi,semua cara udah aku coba Ra.Tapi tetap kamu yang dia pilih"

"Yaudah seharusnya kamu tau kan harus kaya mana?"

"Maksud kamu aku suruh jauhin dia"
Nara hanya diam dan masih menatap tajam Jihan.

"Lo pikir gue bakal nyerahin deren gitu aja ke kamu,tau diri ya kamu yang ngerebut dia dari aku!" Ucap Jihan.

"Salah aku apa sih,aku ga mau berurusan sama kamu cuma karna deren ya"

Lalu Jihan mengambil gelas yang berisi air dan ketika hendak menyiramkannya ke Nara tangannya sudah terlebih dahulu di tahan oleh deren.

"Aku udah bilang sama kamu buat jauhin dia"
ucap deren dengan nada dingin yang masih memegang tangan Jihan dengan kuat.

"Der, apasih yang ga ada di aku tapi ada di dia,sedangkan dia cuma penulis aku pasanganmu der"

"Di film! Itu bukan di dunia nyata!"

"Dan satu lagi aku ga pernah anggap kamu sebagai pasanganku"
tegas deren.

Deren segera menarik tangan Nara dan meninggalkan Jihan sendirian disana.

~~
Deren POV:
Terlihat di sebuah restoran para kru film sedang menikmati makanan mereka termasuk Rio,namun ia sedari tadi memperhatikan deren yang menatap layar ponselnya terus menerus.

"Der,kamu ngga makan?"

"Kenyang"
ucap deren tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Kamu belum makan sama sekali"

Tiba-tiba deren beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kunci mobil dari tas Rio tanpa izin darinya lalu meninggalkan tempat makan tersebut.
Orang-orang disana heran melihat deren termasuk Rio.

Ternyata sedari tadi deren memperhatikan GPS mobil Nara yang tiba-tiba berjalan larut malam seperti ini,deren merasa khawatir saat Nara berhenti di sebuah cafe milik Jihan.
Sedangkan Jihan saat ini tidak ada di sana bersama mereka.

Segera ia langsung melajukan mobilnya dan berhenti di tempat yang sedikit jauh,lalu ia melihat mobil Nara dan mencoba memastikan dengan menelfonnya namun tidak ada jawaban sama sekali.
Deren langsung berjalan masuk ke cafe tersebut dan ternyata pintunya tidak di kunci.saat sedang mencari Nara,deren melihatnya sedang bertengkar dengan Jihan.

Melihat Nara yang seperti akan disiram air deren dengan sigap ia segera menahan tangan Jihan.
Ia segera mengajak Nara masuk ke dalam mobil.

"Ra kamu,ngapain disana"
ucap deren dengan nada khawatir.

"Kamu darimana aja sih"

"Aku ikut yang lain makan-makan,aku minta maaf ya gak seharusnya aku ikut mereka"

Nara masih tidak mau menatap deren ia memilih melihat kedepan tapi untungnya deren mengerti dirinya dan menyalakan mobilnya.

"Eh mau kemana,aku bawa mobil" ucap Nara.

"Nanti biar di ambil rio"

Sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara sepatah katapun.
Sampai akhirnya mereka sampai di apartemen mereka dan Nara segera keluar dari mobil,tapi ternyata deren tidak membuka pintunya.
Lalu Nara diam dan duduk kembali tanpa melihat ke arah deren sedikitpun.

"Maaf ya"
ucap deren yang sekarang mengarahkan badannya menatap Nara.
Masih tidak ada jawaban sama sekali dari Nara,lalu deren mengambil tangan Nara dan menggenggamnya.

"Aku dengar semuanya kok"

"Iya" ucap Nara singkat

"Aku ngantuk der mau tidur besok udah kuliah lagi"

Mendengar itu deren langsung membukakan pintu mobilnya,lalu Nara segera keluar dan meninggalkan deren.

Menurut deren mungkin Nara masih membutuhkan waktu untuk sendiri,lebih baik menunggu sampai waktu yang tepat untuk membicarakan semuanya.
Tiba-tiba deren mendapatkan notifikasi pesan.

"Der kamu tadi serius sama apa yang kamu bilang"

"Han pliss,gue harus kayamana lagi sedangkan Lo bisa kan liat bara,dia peduli sama Lo ada dia han"

"Tapi gue ngga mau lagi sama dia"

"Aku sudah nunggu lama buat Nara,maaf aku ngga bisa"

"Yaudah,makasih ya"

Lalu deren memilih untuk menutup ponselnya dan pergi ke kamarnya.sebelum kekamarnya ia memutuskan untuk sekedar melihat atau mendengar suara nara.
Saat baru saja hendak mengetuk pintu kamar Nara,deren mendapat sebuah panggilan dari Rio.

"Der,kamu dimana"

"Mana mobil Nara"

"Maaf ya aku ngga bisa ambil ini lagi ngantar Jihan ke rumah sakit"

Tanpa membalas pesan Rio deren langsung kembali turun dan pergi ke rumah sakit.
Sesampainya disana dia melihat syena dan Rio yang tengah duduk di depan ruang tunggu UGD.
Deren memilih untuk tidak menanyakan apa yang terjadi karena sepertinya ia tau jawbannya.
..
TBC..

MY WRITER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang