Keadaan ruang keluarga di kediaman Addison sangat menegangkan, semua orang diam dengan raut wajah berbeda-beda.
Bara dan Rio menampilkan wajah datar tanpa ekspresi, Alan yang wajahnya cemberut, Arsen dan Nadin hanya duduk santai di sofa, dan jangan lupakan Rara yang sedang gugup setengah mati.
"Krikk...krikk..."
Sontak semua orang menatap Alan dengan pandangan ingin menabok mulutnya. Sedangkan Alan hanya cengengesan, tanpa sadar bibir lucknut-nya itu malah membuat suara jangkrik di saat keadaan yang menegangkan seperti ini.
"Hehe, maaf."
"Ya ampun, punya anak gini amat," gemas Nadin.
Arsen terkekeh, Ia selalu salut kepada Alan yang selalu berani memancing amarah semua orang, Alan memang putranya.
"Ekhem," dehem Bara.
Rara yang sedang sibuk dengan pemikirannya, langsung mengangkat kepalanya menatap Bara, yang ternyata sedang menatapnya juga dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Apa benar, jika Rey melamar Rara?" Tanya Bara dingin, yang sudah mengalihkan pandangannya kepada Arsen dan Nadin bergantian.
"APA?" kaget Alan heboh.
Alan yang tidak tau apa-apa langsung membelalakan matanya, Ia mengusap telinganya, takut ada sesuatu yang salah dengan telinganya, tapi sepertinya tidak.
"Bener Ra?" Sambung Rio yang sedari tadi hanya diam.
Rara meremas tangannya gugup, Ia merasa sedang diintrogasi, apalagi melihat Bara dan Rio yang menatapnya tanpa ekspresi.
"Kalian ini, tidak lihat jika Rara takut?" Sahut Arsen.
Arsen pindah jadi duduk di sebelah Rara, merangkul putrinya, membuat Rara sedikit bernafas lega.
"Kenapa Papah biarin Rey melamar Rara?" Tanya Bara datar.
Arsen memutar bola matanya malas. Mereka terlalu possessive kepada Rara, padahal Arsen merasa senang saat Rey melamar putrinya, itu artinya orang yang menjaga Rara akan semakin bertambah.
"Papah menyukai Rey, dan Papah rasa dia pria baik," balas Arsen.
"Tapi, kan, Papah bisa bicara dulu sama kita," sahut Rio sedikit kesal.
Alan yang tidak tau apa-apa hanya plonga-plongo, Ia menatap semua orang bergantian, di kubu kiri ada Arsen, Nadin, dan Rara, dan di kubu kanan ada Bara dan Rio, sedangkan saat ini dirinya sedang duduk di karpet dengan memangku setoples keripik keju.
"Memangnya kenapa jika Rara tunangan dengan Rey? Papah percaya Rey baik dan bisa menjaga Rara," santai Arsen.
Bara menghembuskan nafasnya pelan. Rey memang pria yang baik, tapi itu hanya kepada orang yang dekat padanya, tidak kepada musuhnya, dan Bara takut Rey akan memperlihatkan kekejamannya kepada adiknya yang lugu itu.
"Biarin Rara sama Rey. Mamah liat Rey serius sama Rara," ucap Nadin yang sedari tadi diam.
"Ehh, tapikan aku sama Kak Rio belum punya pacar, masa Rara udah tunangan aja?" Sewot Alan.
Mata Rio melotot saat Alan membawa-bawa namanya, Ia memang jomblo, tapi banyak wanita yang mengantri untuk jadi pacarnya, hanya saja Rio sedang malas pacaran.
"Jangan bawa-bawa aku ya!" Sinis Rio.
Alan mendelikkan matanya kepada Rio, sok sekali itu kakaknya, Rio memang jomblo, dan sekarang Alan sebut jomblo, Rio tidak mau, pikir Alan.
"Rara, kamu suka sama Rey?" Tanya Bara yang mengabaikan Alan dan Rio.
Bara menatap Rara intens, sedangkan Rara hanya menunduk tak berani menatap sang kakak. Arsen yang di sebelahnya langsung mengusap bahu Rara, Ia tau jika putra-putranya akan melakukan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Love
Teen FictionAurora Addison, yang sering disapa Rara, putri bungsu dari keluarga Addison, yang sudah mempunyai 3 kakak yang posesif, sekarang bertambah memiliki satu orang yang over protektif padanya, dia adalah Reynand (Rey). Sifat polos, lugu, dan penurut yan...