NL - 35

5.6K 540 32
                                    

Hallo, pagi semua....

Maaf ya up nya lama banget, karena awalnya cerita ini gak mau dilanjutin karena alasan tertentu, tapi menurut kalian gimana?

Lanjutin atau jangan?

Dan Makasih buat pembaca yang setia nunggu cerita ini🤍

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN BIAR SEMANGAT hehehe

Selamat membaca

.
.
.

Suara mesin di sebuah ruangan saling bersahutan seiring waktu berjalan, suasana ruang inap itu pun terasa hening dan damai, tak ada suara bising yang mengganggu gadis cantik yang sedang terbaring lemah dengan mata terpejam di ranjang tersebut.

Sepasang suami istri dengan setia menunggu putri tercinta sadar dan membuka mata nya, siapa lagi jika bukan Nadin dan Arsen.

Mereka berdua duduk di sofa dekat jendela, Nadin menyenderkan punggung nya pada dada Arsen, dengan kedua tangan memeluk Sang suami.

Arsen pun dengan penuh kasih mengusap surai Nadin lembut, menenangkan Nadin yang semalaman menangis tak henti-henti. Sungguh, Arsen tak mau jika kondisi Nadin ikut drop.

"Pah, Rara kapan buka mata nya?" tanya Nadin pelan dengan nada pilu.

Arsen menghela nafas pelan, Ia semakin memeluk pinggang Nadin karena suara Nadin kembali bergetar menandakan jika Nadin akan menangis kembali.

"Segera. Rara cuma tidur. Kata Dokter juga Rara akan segera bangun kan? jadi jangan khawatir ya."

"Tapi lama," lesu Nadin.

"Udah, jangan sedih kayak gini, nanti Rara juga bakal ikut sedih kalau liat Mamah nya sedih, kamu gak mau kan nanti kalau hal pertama yang Rara liat itu Mamah nya yang lagi nangis?"

Meskipun tak kuasa menahan sedih, Nadin tetap mengangguk, Ia menghapus jejak air mata di pipi nya, benar kata Arsen, Ia tak boleh sedih, jika Ia sedih bagaimana dengan Rara nanti, Nadin tak ingin membuat Rara semakin drop nanti.

"Udah temuin orang yang nabrak Rara?" tanya Nadin tiba-tiba.

Lagi-lagi Arsen menghela nafas pelan, Ia menganggukkan kepala nya, membuat Nadin bernafas lega.

"Rio dan Alan sedang mengurusnya," ujar Arsen.

Nadin menegakkan tubuh nya, Ia menatap Arsen serius, membuat Arsen pun ikut menegakkan tubuh nya.

"Aku mau dia dapet balasan yang setimpal karena udah membuat Rara sakit," pinta Nadin serius.

Seutas senyum hadir di wajah Arsen, Ia mengangguk lalu mengelus pipi Nadin yang terlihat pucat karena belum tidur dari semalam.

"Pasti."

Tentu saja Arsen tak akan membiarkan orang yang menabrak Rara hidup tenang dan damai, Arsen pasti akan memberikan balasan setimpal.

Nadin menyentuh tangan Arsen yang sedang mengelus pipi nya, lalu mengecup telapak tangan Arsen pelan dengan mata terpejam.

Ingatan Nadin kembali pada kemarin sore, saat Ia sedang sibuk memotong buah-buahan, tiba-tiba ada telepon masuk yang mengabarkan jika putri tersayang nya kecelakaan.

Tanpa membuang waktu Nadin segera memberi tau semua anggota keluarga, mereka pun segera menuju rumah sakit terdekat dimana Rara di bawa.

Ternyata luka yang Rara alami cukup parah, kaki nya patah, dan tangan nya banyak luka goresan, belum lagi wajah nya banyak memar.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang