"SAYANG, CEPAT TURUN!"
Semua orang yang ada di meja makan meringis, bahkan Alan dan Rio menutup telinga mereka menggunakan tangannya, saat Nadin dengan suara cempreng khas perempuannya berteriak memanggil anak bungsunya.
"Mah, ke Alan bisa aja, suruh jangan teriak-teriak, tapi Mamah sendiri teriak," rajuk Alan.
Nadin menghentikkan tangannya yang sedang menuangkan air putih ke gelas Arsen---suaminya. Matanya mendelik tak terima dengan ucapan sang putra.
"Alan," tegur Arsen.
Arsen sudah melihat gelagat istrinya yang seperti akan marah, segera saja Ia menegur Alan putra yang paling sering membuat kepalanya berdengung.
Sedangkan Alan hanya menampilkan wajah cemberutnya, memang tak pernah ada yang berada dipihaknya di rumah ini.
"YUHUUU, RARA COME."
Semua orang melotot melihat Rara berlari menuruni anak tangga, Rio segera berdiri dari duduknya, merasa khawatir, takut Rara terjatuh.
"RARA," seru Bara dengan wajah cemasnya.
Melihat semua mata tertuju padanya, Rara segera menghentikan langkahnya saat sudah tiba di ujung tangga, Ia menyengir, memperlihatkan deretan giginya yang terlihat rapi.
"Hehe, peace."
"Jangan lari-lari sayang," peringat Arsen tegas.
"Kamu ini, bikin Kakak ngilu aja," sahut Rio yang sudah kembali duduk.
"Bagus Ra, teruskan." Alan mengacungkan kedua jempolnya ke arah Rara.
Sontak saja semua mata berlarih jadi menatap Alan horor, menyadari itu, bulu kunduk Alan langsung meremang, perlahan Ia menatap keluarganya satu-satu, mereka menatapnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Krikk...krikk...
Dalam otak Alan tiba-tiba membayangkan suara jangrik seperti di film-film. Tapi Ia segera sadar saat Nadin berdehem sambil menatapnya dengan mata melotot.
Buru-buru Alan membalikkan badannya menghadap Rara yang sedang berjalan ke arah meja makan. Tangan Alan kembali terangkat tapi sekarang Ia mengacungkan jempol-nya secara terbalik.
"Gak bagus Ra, jangan di terusin," ralat Alan cepat.
Rara menahan tawanya. Dengan cepat Rara menghampiri meja makan, Ia mencium pipi semua orang bergantian, yang dibalas mereka mencium pipi dan kening Rara.
"Jangan diulangi sayang," peringat Bara.
Rara tau apa yang dimaksud Bara, segera saja Ia mengangukkan kepalanya.
"Ay ay captain."
Semua orang kembali dengan wajah normal, dan memulai sarapan mereka dengan khidmat.
"Ayo Ra," ajak Alan.
Alan sudah berdiri dari duduknya, dan semua orang sudah selesai sarapan. Mendengar Alan memanggilnya, Rara segera bangkit lalu berjalan menghampiri Alan.
"Alan ingat, kamu harus sungguh-sungguh belajar kamu akan segera ujian kelulusan 2 bulan lagi," peringat Arsen.
Alan membungkukkan badannya 90°. "Siap Maharaja," ucap Alan dengan suara ala-ala era kerajaan.
Rio rasanya ingin sekali menggetok kepala Alan menggunakan kulkas, adiknya itu sangat banyak tingkah.
"Aku sama Kak Alan berangkat sekolah ya," pamit Rara.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Hati-hati," jawab semua orang serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Love
Teen FictionAurora Addison, yang sering disapa Rara, putri bungsu dari keluarga Addison, yang sudah mempunyai 3 kakak yang posesif, sekarang bertambah memiliki satu orang yang over protektif padanya, dia adalah Reynand (Rey). Sifat polos, lugu, dan penurut yan...