NL - 22

15.2K 1.5K 44
                                    

Kelopak mata Rara mengerjap, menyesuaikan sinar matahari yang memaksa masuk ke dalam retina, tangannya terangkat mengucek matanya sebentar, agar tidak buram.

Deg. Rara merasakan beban di atas perut ratanya, sekelebat bayangan kemarin terlintas di ingatannya, membuat Ia panik seketika.

"Lepas," sentak Rara.

Tangan Rara memberontak minta dilepas, membuat sang empunya terusik dalam tidur. Kedua tangan Rara tiba-tiba ditangkup oleh tangan besar Bara yang memang sedang memeluknya.

"Sssttt, tenang. Ini Kakak," ucap Bara lembut.

"K-kakak?" Cicit Rara.

Refleks, Rara menghentikan segala gerak tubuhnya, wajahnya mendongkak, ternyata itu benar Bara, membuat Rara menghela nafas lega, melepas segala rasa takut di dalam dirinya.

"Maaf," sesal Rara pelan.

"It's oke, kenapa harus minta maaf?" Kekeh Bara.

Meskipun sekarang Ia tersenyum, tapi hatinya sakit, melihat Rara trauma atas kejadian kemarin.

Bara dan Rara merubah posisi jadi duduk. Bara mengecup sekejap pipi adiknya yang manis itu, membuat Rara tersenyum.

Ceklek...
Pintu kamar terbuka, menampilkan Nadin yang sudah rapi dengan baju rumahannya.

"Ehh, udah pada bangun," ucap Nadin yang melihat Bara dan Rara sudah membuka matanya.

Mata Bara melirik jam dinding, tanpa menunggu lama, Ia bangkit dari ranjang, mengecup adik dan mamahnya bergantian.

"Bara ke kamar dulu," pamitnya.

Rara dan Nadin hanya mengangguk, lalu Bara langsung melenggang pergi meninggalkan kamar Rara.

"Sayang," panggil Nadin.

Rara menatap Nadin dengan mata sendunya, tangannya langsung terlentang meminta sang ibu untuk memeluknya. Nadin tersenyum melihat kemanjaan Rara, segera saja Ia berhambur ke pelukan sang anak.

"Putri Mamah," gumam Nadin.

Tangan Nadin mengusap rambut Rara sayang, Ia tau Rara pasti masih terguncang atas kejadian kemarin.

"Mah..."

"Kenapa?"

"Gimana kalau Kak Rey, mikir aku bukan gadis baik-baik?" Ucap Rara tercekat.

Kening Nadin mengerut mendengar pernyataan Rara yang sangat tidak masuk akal menurutnya. Nadin segera melepas pelukan mereka, memegang kedua bahu Rara, dan menatapnya tegas.

"Kenapa kamu bicara begitu?" Ucap Nadin tidak suka.

Mata Rara menatap Nadin sendu. Pikiran itu terus hinggap dan berputar di kepalanya bagai kaset rusak. Rara takut Rey akan menjauhinya setelah kejadian kemarin, dan berpikir Rara adalah gadis nakal.

"Kak Rey pasti udah gak suka sama aku," lirih Rara

Kepala Nadin menggeleng cepat. Tangannya berpindah jadi menangkup pipi chubby Rara, Ia menyunggingkan senyum kecil.

"Rey gak mungkin begitu, Mamah tau kalau Rey sangat mencintai kamu. Kamu harus percaya sama Rey, ya," nasihat Nadin.

"T-tapi, aku takut ka-"

"Permisi Tan."

Rara langsung menghentikkan ucapannya, saat suara maskulin seseorang memotong. Mereka berdua menolehkan kepalanya ke arah pintu, lalu kedua mata Rara dan Nadin menatap orang itu terkejut.

"Rey?" Kaget Nadin.

Rey yang sedang berdiri di ambang pintu hanya tersenyum tipis kepada Nadin.

"Tante dipanggil Om Arsen. Biar Rey aja yang nanti ajak Rara ke bawah," tutur Rey sopan.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang