NL - 21

15.2K 1.6K 88
                                    

"Bawa Rara pulang," dingin Bara.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Rey melepas jas yang melekat pada tubuhnya, lalu membalut tubuh mungil Rara menggunakan jasnya, yang langsung menenggelamkan Rara.

Tangan Rey melingkar di antara leher dan lutut Rara, menggendongnya ala bridal style. Rara pun langsung melingkarkan tangannya di leher kokoh Rey.

"Tutup mata, sweetie," bisik Rey lembut.

Karena masih terguncang, Rara menurutinya saja, Ia menutup kedua mata indahnya, diiringi isak tangis yang belun mereda. Rara menenggelamkan wajah sembabnya di dada bidang Rey.

Rey menggendong Rara keluar dari ruangan jahanam itu. Di luar pintu dan di dalam villa itu banyak darah yang berceceran, dan beberapa mayat bodyguard Aldo.

Rey sengaja menyuruh Rara memejamkan matanya, Ia tak ingin Rara melihat pemandangan mengerikan itu.

"Jalan!" Perintah Rey yang sudah berada di dalam mobil yang berisi supir.

Tak ingin membuat Tuan-nya marah, supir itu langsung melajukan mobilnya. Di belakang mobil mereka juga ada beberapa mobil yang mengikuti dan menjaga mereka.

Rara duduk menyamping di pangkuan Rey, Ia masih menenggelamkan wajah cantiknya, membuat Rey cemas, dan langsung menangkup pipi Rara menggunakan kedua tangannya.

"Hey, listen," bisik Rey.

Akhirnya Rara mengangkat wajahnya, mata sembabnya langsung bertubrukan dengan mata kelam Rey yang menatapnya lembut.

"Jangan takut, kamu udah aman. Ada Kakak kan?" Ucap Rey lembut diikuti senyumnya yang menenangkan.

Mata Rara kembali berkaca-kaca. "A-ku takut. Hiks...."

Tangis Rara kembali pecah, Ia tak kuat menahan beban yang ada di hatinya. Rey menghelaa nafas pelan, Ia segera merengkuh Rara kembali ke dalam pelukannya, membiarkan Rara menumpahkan segala emosinya.

"Jangan takut, Kakak gak akan biarin siapa pun menyakitimu lagi," gumam Rey dalam.

Di pelukan Rey, Rara merasa aman dan terlindungi, meskipun tak ayal kejadian tadi masih menghantuinya. Dengan sabar, Rey mengusap punggung Rara yang diselimuti jas miliknya, sesekali Ia mengecup puncak kepala Rara.

Dirasa sudah lebih tenang, Rey melepaskan pelukannya, membuat Rara mendongkakkan kepalanya menatap sang empunya. Telapak tangan Rey mengusap pipi Rara yang terdapat jejak air mata.

"Apa dia menyentuhmu?"

Suara Rey yang rendah berhasil membuat Rara merasa takut. Perlahan Ia menganggukkan kepalanya, membuat rahang Rey mengeras.

"Dimana sweetie?"

Sebisa mungkin Rey berbicara lembut, Ia tak ingin menyinggung perasaan Rara yang masih labil itu.

Tangan Rara terangkat, membuat Rey mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Di tangan," cicit Rara.

"Terus?"

Kepala Rara menggeleng pelan. Memang Aldo hanya menyentuh tangannya.

"Tangan aja."

Rey menghembusakan nafas lega. Ia mengendurkan otot-otot wajahnya. Tiba-tiba, tangannya langsung meraih tangan Rara yang masih melayang di udara, lalu mengarahkannya ke depan bibirnya.

Cup.

Bibir Rey mengecup kedua tangan Rara bergantian dengan sangat lembut, matanya tak berhenti menatap ke arah manik coklat terang milik Rara yang sedang menatapnya.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang