NL - 7

20.7K 1.9K 90
                                    

Di kediaman Remos.

Hana sedang sibuk di dapur, dibantu beberapa pelayan. Ia harus menyiapkan sarapan untuk suami dan putranya sebelum pergi ke butik, karena sesibuk apapun, Ia akan menyempatkan diri untuk mengurus suami dan putranya.

"Ehh tumben udah turun," heran Hana saat menyadari kedatangan Rey.

Rey hanya acuh, Ia duduk di meja makan yang sudah ada Frans, ayahnya itu sedang menatap Ipad ditangannya, entah apa yang sedang Frans lihat, Rey tidak terlalu tertarik.

Hana ikut duduk di kursi, Ia membiarkan para pelayan yang mengurus sisa pekerjaannya, Hana menatap Rey intens, membuat sang empunya menatap balik.

"Apa?"

"Jadi, selama ini kamu sering ke yayasan sekolah itu, biar bisa deketin Rara?" Tanya Hana curiga, bahkan matanya menyipit.

Frans yang mendengar topik yang lumayan menarik perhatiannya, langsung saja Ia mematikan Ipadnya, lalu menyimpannya di atas meja.

"Hmm," balas Rey singkat.

"Serius? Jadi bukan karena kamu ikhlas? Pantesan mau, kan biasanya paling susah kalau Bunda atau Ayah suruh kamu ngurus yayasan," cibir Hana.

Hana sebenarnya senang, karena Rey mau mengurus yayasan, karena selama ini dia yang mengurusnya diselingi mengurus butik. Karena Frans sudah sibuk mengurus bisnis raksasanya. Yayasan itu adalah warisan dari orang tua Hana.

Frans hanya terkekeh. Rey memang tipe pria yang akan melakukan apa saja agar keinginannya tercapai. Dan sekarang Rey bela-belaan datang bolak-balik ke SMA Remos disaat pekerjaannya menumpuk, hanya agar bisa melihat dan mengawasi Rara.

"Yah, kalau Rey suka ke Rara itu pedofil bukan sih?" Celetuk Hana tanpa dosa.

Mendengar itu sontak mata Rey melotot menatap bundanya, Rey merasa tak terima. Ia bukan pedofil, lagian dirinya dan Rara hanya berbeda 5 tahun saja, jadi masih biasa, pikir Rey.

"Apa sih Bun? Ngaco banget," gerutu Rey.

Kepala Frans menggeleng pelan. Istrinya itu memang menakjubkan. "Enggak Bun, kan Rey sama Rara gak beda jauh umurnya," tutur Frans.

Hana hanya menganggukkan kepalanya saja. Ia memang mengatakan itu untuk menggoda putranya yang mudah marah itu, dan berhasil, Hana menahan tawanya melihat wajah Rey yang ditekuk.

***

Tawa renyah Rara saat ini sudah menjadi santapan bagi semua makhluk berjenis kelamin pria. Bibir seksi Rara yang sedang tertawa lebar dilengkapi mata menyipitnya selalu berhasil membuat semua para lelaki terkagum-kagum. Ditambah tidak ada Alan yang menemani Rara, membuat mereka lebih leluasa.

"Ra, udah ihh. Bikin aku ketawa mulu."

Ica berusaha menahan tawanya yang tidak dapat dibendung, saat ini Rara sedang menceritakan tentang Alan dan zii yang selalu bertengkar. Sebenarnya Ica tertawa terbahak-bahak bukan karena ceritanya, tapi karena mimik wajah Rara yang sangat lucu, menurut Ica.

"Kamu aja yang receh," ejek Rara ikut tertawa.

"Dih," Ica mengusap ujung matanya yang berair, "ehh, Ra aku lupa harus ngumpulin tugas B.Indonesia, bisa-bisa nilai aku telor onta nanti,"

Lupa akan tugasnya yang belum dikumpulkan, Ica menepuk keningnya pelan. Mereka berdua berhenti tertawa, digantikan dengan wajah panik Ica.

"Yaudah, kumpulin sekarang aja, ayo aku anter," usul Rara.

Karena sudah selesai makan. Mereka berdua langsung berdiri, lalu melangkahkan kakinya menuju kelas, untuk membawa buku tugas milik Ica, karena Rara sudah mengumpulkan kemarin.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang