"Sweetie, nanti pulang sekolah tunggu di ruang Kakak."
Rara yang sedang sibuk memperhatikan jalanan menuju sekolah, menolehkan kepalanya kepada Rey dengan pandangan heran.
Saat ini Rey dan Rara sedang di dalam mobil, sepertinya sudah mejadi rutinitas pagi Rey menjemput Rara pagi-pagi untuk pergi ke sekolah sekarang, dan Rey menyukai itu.
"Kenapa? Kakak di sekolah ya hari ini?" Tanya Rara.
"Ya, ada beberapa hal yang harus Kakak urus di sekolah. Inget nanti pulang sekolah tunggu di ruang Kakak, jangan kemana-mana."
Rara mengangguk patuh. Lagi pula akhir-akhir ini Alan sangat sibuk, jadi Rara hanya menurut saja.
"Yeay, udah sampai."
Mobil mewah Rey terparkir sempurna di parkiran petinggi sekolah. Rara dengan semangat membuka sabuk pengaman, lalu meraih tas sekolahnya yang di simpan di jok belakang.
"Mau bolos gak?" Celetuk Rey.
Mendengar itu, sontak mata Rara membulat, kepalanya menggeleng kuat, membuat Rey mendengus pelan. Rara sangat susah untuk diajak bolos, padahal Ia ingin menghabiskan waktu bersama dengan sang gadis.
"Kakak gak boleh ajak aku bolos, gak baik. Papah sama Kakak juga bakal marah kalau tau aku bolos," syok Rara.
Rey mengelus pipi halus Rara, membuat mata melotot Rara perlahan kembali biasa.
"Kamu tau kan ini sekolah milik Kakak? Jadi kalau pun kamu bolos, kamu gak bakal alfa," bujuk Rey.
Lagi-lagi, kepala Rara menggeleng. Ia menjauhkan tubuh Rey yang sangat dekat dengannya, tangannya langsung meraih gagang pintu, lalu membuka pintu mobil tersebut.
"Bye Kak, aku belajar dulu biar pinter," pamit Rara.
Dengan langkah seribu, Rara meninggalkan parkiran tanpa menghiraukan Rey yang sedang berdecak kesal di dalam mobil.
"Hosh...hosh..." Nafas Rara tak beraturan. Ia memegang pintu kelas, karena merasa lelah habis kabur dari Rey.
Ia mengedarkan pandangannya, lalu menyergit bingung, saat tak melihat Ica di kelas, biasanya jam segini Ica akan sudah ada di dalam kelas.
Buru-buru Rara melangkahkan kakinya ke kursi miliknya. Tangannya merogoh ponsel, ternyata ada notif di layar ponselnya, sambil berjalan Rara membuka pesan tersebut, lalu menghela nafas pelan.
"Yahh, Ica mau ke rumah neneknya, jadi gak sekolah," lesu Rara.
"Bunga lagi?" Lesu Rara saat melihat sepucuk mawar di meja.
Rara meraih bunga mawar itu, penampakannya sangat percis seperti bunga kemarin. Rara merinding, bukannya senang punya pengagum rahasia, Rara malah jadi takut.
Terdapat secarik surat yang menemai bunga itu sekarang, tangan Rara terulur meraih dan membuka surat tersebut.
'To Rara, my sun'
Apa kamu suka dengan bunga mawarnya? Aku sengaja memetiknya langsung dari kebun rumahku khusus untukmu cantik.
Buru-buru Rara melipat kertas itu, memasukkannya ke dalam kolong meja sekaligus dengan bunga mawar tersebut.
"Ihhh, siapa sih ini?"
Kepala Rara celingukkan. Tidak mungkin salah seorang temannya di kelas ini, karena mereka bersikap biasa saja kepadanya.
Rara menghembuskan nafasnya, lebih baik Ia tidak terlalu memikirkannya, daripada Rara pusing sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
New Love
Teen FictionAurora Addison, yang sering disapa Rara, putri bungsu dari keluarga Addison, yang sudah mempunyai 3 kakak yang posesif, sekarang bertambah memiliki satu orang yang over protektif padanya, dia adalah Reynand (Rey). Sifat polos, lugu, dan penurut yan...