NL - 31

8.4K 1.1K 102
                                    

"KAKAK JAHAT!"

Segala pergerakkan Bara langsung terhenti, saat mendengar teriakkan Rara, Ia menolehkan kepalanya ke arah Rara yang sedang menatapnya dengan pandangan kecewa, belum lagi air mata yang sudah mengalir di kedua pipinya, membuat hati Bara terasa ditusuk ribuan benda tajam.

"S-sebenernya K-kakak kenapa? k-kenapa pukul Kak Rey?" tanya Rara sesegukkan.

Tanpa menghiraukan tatapan Bara yang menyorot tajam, Rara segera menghampiri Rey yang sudah terduduk di tanah.

Hati Rara sangat sakit, melihat keadaan Rey yang sangat memprihatinkan, wajahnya penuh memar dengan sudut bibir yang berdarah, belum lagi tangannya yang terus memegangi perutnya yang sudah ditendang oleh Bara.

"K-kakak m-maaf," sesal Rara.

Rara terduduk dengan kedua lutut yang menjadi tumpuannya, tangannya terulur mengusap noda darah yang ada di sudut bibir Rey, membuat sang empunya sedikit meringis.

"Sshh ... kenapa minta maaf? kamu gak salah, Kakak yang salah," balas Rey lembut.

Mata Rey menyorot sendu ke arah Rara, gadisnya itu sekarang sedang menangis, membuat rasa penyesalan menggelung di hatinya. Sungguh, Rey paling tidak bisa melihat air mata Rara, apalagi jika alaaannya adalah karena dirinya.

"P-pasti sakit kan? hiks...."

Rara menangis. Ia tidak sanggup melihat Rey kesakitan seperti ini, Ia harus segera mengobati Rey.

"Ayo Kak, ke rumah sakit," ajak Rara.

Tangan Rara berusaha menarik tangan Rey agar segera berdiri, dan Rey menurutinya, tapi saat Rara akan menariknya menuju mobil, Rey langsung berhenti.

"Kenapa? ayo ke rumah sakit," desak Rara.

Air mata Rara semakin mengalir deras, saat Rey hanya tersenyum padanya, tanpa melangkahkan kakinya sama sekali, kenapa Rey keras kepala sekali? pikir Rara.

"Enggak sweetie, Kakak pantas mendapatkan ini," ujar Rey menenangkan.

"A-apa?"

Bukannya tenang, Rara malah semakin takut. Kenapa Rey bicara seperti itu?

"Dia memang pantas diberi pelajaran," desis Bara.

Tatapan Rara teralih kepada Bara, Ia menatap kakaknya itu sendu sekaligus kecewa. Ia tidak menyangka jika Bara tega berkata seperti itu.

"Sebenarnya kalian kenapa? ada apa? kasih tau aku," tanya Rara frustasi.

Rara berdiri diantara Rey dan Bara dengan frustasi, rambutnya terlihat acak-acakkan, wajahnya pun sembab akibat menangis, belum lagi piyama nya terlihat lusuh dan kotor, karena menyentuh tanah.

Manik coklat terang Rara menatap mereka berdua bergantian, merasa kesal karena keduanya hanya diam tanpa menjelaskan ada apa sebenarnya.

"Ada masalah apa?"

"Bukannya aku berhak tau?"

"Kenapa diam aja?"

"Please, jangan diem aja kayak gini, Kalian tau? Kalian buat aku sedih, kalau kalian diam aja, tanpa ngejelasin apa yang terjadi," lirih Rara.

Rara terus meracau dengan air mata yang terus mengalir dari matanya. Ia merasa kesal sekaligus sedih, karena baik Bara atau pun Rey hanya sama-sama diam tanpa menjelaskan apa pun kepadanya.

"A-aku g-gak bisa," jeda Rara, "aku gak bisa liat kedua orang yang paling aku sayangi, saling marah kayak gini, apalagi sampai saling sakitin," sambung Rara dengan nada pelan.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang