NL - 28

13.3K 1.5K 51
                                    

"Pusing?"

Kepala Rara yang ada di ceruk leher Rey menggeleng pelan, membuat sang empunya menghela nafas panjang. Rara terus berkata dirinya baik-baik saja, tapi dengan jelas Rey dapat merasakan hembusan nafas Rara yang terasa hangat di lehernya.

"Ke dokter ya," bujuk Rey.

Mendengar itu, Rara malah semakin mengeratkan tangannya di leher Rey. Entah sudah berapa kali, Rey membujuknya agar mau menemui dokter.

"Ngga mau," tolak Rara pelan.

"Kenapa, hmm?" Tanya Rey lembut.

Dengan teratur Rey memijit pelipis Rara lembut, sesekali Ia mengecup puncak kepala gadisnya yang sudah berhasil membuatnya khawatir setengah mati.

Awalnya Rey ada rencana rapat khusus petinggi perusahaan hari ini, tapi saat mendapat kabar dari Mark, jika Rara sakit, tanpa berpikir panjang Rey segera datang ke kediaman Addison, membatalkan rapat itu.

"Engga mau aja, jangan paksa," rengek Rara.

Lagi-lagi Rey menghela nafas pelan. Sungguh sulit membujuk Rara agar mau pergi ke rumah sakit, entah kenapa.

"Biar cepet sembuh sweetie," bisik Rey.

Rara menjauhkan wajahnya dari dada Rey. "Isshh, Kakak sama semua orang sama aja, selalu paksa aku buat ke dokter. Aku kan gak mau, aku gapapa kok, aku cuma kecapean kali, isti-"

Cup. Dengan cepat Rey mengecup bibir merekah Rara, membuat bibir itu terkatup rapat. Betapa gemasnya Rey, melihat Rara yang merajuk seperti anak kecil, belum lagi bibirnya yang mengerucut lucu.

"Iya, Kakak ngerti," ucap Rey tersenyum tipis.

Rara terdiam, otaknya mendadak loading. Ia menatap Rey lurus, membuat yang ditatap mengerutkan alisnya.

"Kenapa, ada yang sakit?" Khawatir Rey.

"Sweetie...." panggil Rey.

Tangan Rey menangkup kedua pipi Rara yang terasa hangat. Membuat kesadaran Rara kembali, tiba-tiba Rara meringis, merasakan kepalanya berdenyut.

"Sshh...."

Melihat itu, Rey semakin dibuat khawatir. Ia segera mengangkat tubuh mungil Rara ke pangkuannya. Dengan cepat, Rey mengusap kepala Rara.

"Sakit kan?" Tanya Rey datar.

Rara curi-curi pandang kepada Rey. Melihat tampang datar yang ditampilkan Rey, seketika membuat nyali Rara menciut.

Rara seakan mengerut di dalam pelukan Rey, badannya yang mungil langsung terbalut sempurna oleh badan kekar Rey.

"E-engga kok," elak Rara ragu.

Sebenarnya kepalanya sakit, terasa berdenyut. Tapi, Ia tidak ingin pergi ke rumah sakit, bau obat-obattan membuatnya sangat mual. Rara tidak suka rumah sakit.

Rey berdecak pelan, ternyata Rara bisa keras kepala juga. Segera saja, Rey menyandarkan kepala Rara ke dadanya, berharap rasa pusing gadisnya berkurang.

Sesekali Rey menatap jam tangan yang melingkar indah di tangannya. Sudah terhitung 15 menit Ia menunggu dokter datang, tadinya Ia ingin menelpon dokter khusus yang sering menangani keluarganya, tapi Arsen sudah lebih dulu memanggil seorang dokter, membuatnya mengerungkan niatnya.

Ceklek....

Pintu kamar Rara dibuka. Menampilkan Nadin, Arsen, dan seorang dokter, yang tak lain adalah Dokter Rizky.

Melihat kedatangan Dokter Rizky, Rey langsung mengerutkan keningnya tak suka. Apa dia yang akan memeriksa Rara? Rey tak suka jika ada pria lain selain dirinya dan keluarga Rara yang menyentuh gadisnya.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang