NL - 36

10.2K 674 655
                                    

Suasana di sebuah ruangan terasa dingin dan menegangkan. Arsen duduk di sofa single yang ada di tengah rungan tersebut, lalu ada Rio dan Alan duduk di sofa sebelah nya, serta Rey dan Bara berhadapan dengan kedua adiknya.

Sedangkan Nadin, Ia tetap berada di ruang inap Rara, menjaga putri nya.

Hampir sudah 10 menit mereka berada di ruangan tersebut, tapi tak ada yang memulai pembicaraan sama sekali, mereka hanya saling menatap dengan tatapan penuh intimidasi satu sama lain.

Manik tajam Arsen menghunus ke arah putra sulung nya dan juga Rey, kedua tangan nya mengepal, karena Ia menahan emosi ny dari tadi.

"Ekhem...." dehem Arsen jenuh.

Dari tadi Arsen menunggu Rey maupun Bara memberitahunya apa yang sedang dan sudah terjadi, tapi mereka malah diam, membuat Arsen hilang kesabaran.

Mengerti akan isyarat tersebut, Rey menghela nafas pelan, Ia menegakkan duduk nya menatap Arsen, sebenarnya Rey takut kepada Arsen, tapi bukan takut kalah tarung, tapi takut jika Arsen menjauhkan dirinya dengan Rara.

"Begini Om, sebelum nya Rey mau minta maaf sudah mem-"

"Jangan basa-basi, langsung intinya!" potong Arsen tajam.

Sorot mata Arsen semakin tajam saja mendengar Rey yang malah basa-basi, Ia sama sekali tak butuh itu, yang Ia mau hanya penjelasan.

"Iya si Om-Om itu malah banyak bacot," gumam Alan ketus.

"Tutup mulut lo bocah!" bisik Rio tajam.

Rio menyikut perut Alan lumayan kasar, Rio tak habis pikir dengan adik satu nya itu, di saat tegang dan serius seperti ini, Alan malah membuat ulah. Ingin rasanya Rio menendang Alan keluar dari sana, jika saja Alan bukan anggota keluarga Addison.

Sang empunya yang disikut hanya mendelikkan mata nya kesal ke arah Rio, tapi Ia fokus kembali pada inti pembicaraan karena tidak ingin terkena bogeman Bara. Bukan tanpa alasan, saat ini suasana hati semua orang sedang buruk, seperti nya ini bukan waktu nya Alan untuk banyak bicara.

"Baiklah. Rey akan menjelaskan semua yang terjadi, dan yang paling penting tentang Kakek Rey," ujar Rey dengan nada serius.

Mendengat kata Kakek, sontak Arsen semakin mengepalkan kedua tangan nya yang ada di atas paha.

"Rey memang cucu dari ...... " jeda Rey, "tapi, kalian sudah salah paham pada Kakek, sebenarnya, Kakek ku sama sekali tidak berhubungan dengan kematian Opa, kar-"

"Maksud mu?" sentak Arsen.

"Pah," tegur Bara saat lagi-lagi Arsen memotong pembicaraan Rey.

Arsen menghela nafas pelan, lalu memberikan isyarat kepada Rey untuk melanjutkan ucapan nya lagi.

"Kakek ku tidak membunuh Opa, melainkan Opa membunuh dirinya sendiri," tegas Rey.

Hening. Suasana mendadak hening setelah Rey berkata demikian, semua orang kecuali Bara dan Rey mematung dengan wajah tegang, mereka berusaha mencerna apa yang baru saja di katakan oleh Rey.

Apalagi Arsen, Ia mendadak melengos mendengar hal tersebut, tapi tak lama kemudian rahang Arsen mengeras, Ia berdiri dari duduk nya, menatap Rey tajam, seolah siap menerkam pria tersebut.

Menyadari Arsen yang akan menyerang Rey, Bara segera berdiri, Ia berjalan mendekati Arsen, menahan dada  Sang Papah agar tenang, karena Arsen sudah membuat ancang-ancang untuk menghajar Rey.

"JAGA BICARA MU REY!" bentak Arsen tak terima.

"Pah, tenang dulu," kata Bara pelan.

"Tidak bisa! dia sudah mengatakan hal yang menjijikan!" desis Arsen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang