NL - 27

14K 1.6K 78
                                    

Dari satu jam yang lalu, Rara sudah siap. Ia memakai celana jeans panjang dan kaos hitam yang bertuliskan 'Pretty' di bahu kanannya, tak lupa sneakers yang mempercantik penampilannya.

Siang ini, Rara sudah membuat janji untuk pergi bermain dan berbelanja ke mall dengan Ica, dan tentu saja atas izin Rey dan keluarganya, jika tidak diizinkan, mana bisa Rara keluar rumah.

Karena jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, Rara segera turun ke lantai bawah, Ia berjalan tergesa takut jika Ica sudah tiba di mall, karena mereka memang memutuskan akan bertemu di sana langsung.

"Sayang berangkat sekarang?"

Nadin yang melihat putrinya terburu-buru, segera menghampiri Rara, tentu saja dengan senyum keibuan yang selalu tersungging di wajahnya yang masih awet muda.

"Iya Mah. Aku berangkat ya," pamit Rara.

"Ehh, kamu gak mau nunggu Rey pulang dulu dari kantor? Kan bisa sama Rey sayang ke mall nya," ujar Nadin.

Sebenarnya, Nadin sedikit khawatir membiarkan Rara pergi berdua dengan Ica, karena tidak akan ada yang mengawasi Rara nanti di sana, jika tidak dengan Rey atau salah satu kakakya.

"Gak mau. Aku kan mau main berdua sama Ica aja. Kalau ada Kak Rey, nanti gak bebas," elak Rara dengan wajah cemberut.

Memang jika pergi dengan Rey, maka semua pergerakkan Rara akan terbatas, dan tentu saja Rara akan menjadi pusat perhatian, karena semua orang tau siapa itu seorang Reynand.

Nadin menggelengkan kepalanya melihat Rara yang cemberut, Ia mengerti jika anak seusia Rara memang sedang senang bermain, hanya saja Ia khawatir.

"Kan Mamah cuma khawatir sayang," ucap Nadin.

Melihat raut khawatir Nadin, Rara segera tersenyum, agar Mamahnya itu tak mencemaskan dirinya.

"Gapapa Mah. Kan ada Om Mark yang ikut," ucap Rara menenangkan.

Mau tak mau Nadin mengangguk, memang beberapa hari ini jika Rara di rumah atau pun luar, maka akan selalu ada Mark yang berjaga dalam jarak 2 meter dari Rara.

"Yaudah, hati-hati ya sayang."

"Ay ay captain."

***

"Ica kita beli ini yuk."

Rara menunjukkan bola kristal yang di dalamnya berisi pohon sakura dengan salju yang bertebaran dengan indahnya.

Ica yang sedang melihat-lihat sekitar langsung menoleh ke arah Rara, matanya langsung berbinar melihat bola kristal yang sedang Rara pegang.

"Wahh, bagus banget. Kamu kok bisa nemu sih, aku dari tadi gak nemu."

Melihat wajah Ica yang berubah kesal, Rara tertawa. Lalu Ia meraih bola kristal lain, dan memberikannya kepada Ica, yang langsung diterima sang empunya dengan semangat.

"Lucu ya," jeda Rara, "aku tadinya mau beliin Kakak-Kakak ini, tapi gak bakal suka deh, kan ini kayak buat perempuan," lanjut Rara bergumam.

"Rara, beliin aja, kamu paksa juga, mereka bakal mau," sahut Ica yang mendengar gumaman Rara.

Rara terkekeh, lalu kepalanya menggeleng. Nanti saja Ia belikan barang lain untuk ketiga kakaknya.

"Mau apa lagi?" Tanya Ica.

"Udah ini aja, yuk bayar."

Ica mengangguk, mereka berdua langsung menuju kasir, untuk membayar belanjaan mereka berdua. Rara dan Ica terlihat sangat senang saat bisa membeli bola kristal yang ternyata limited edition. Untung saja mereka tidak telat, jadi belum ada yang membelinya.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang