NL - 18

14.2K 1.4K 49
                                    

"Pagi," sapa Rara.

"Pagi sayang," jawab serempak semua orang.

Semua orang yang ada di meja makan menoleh, lalu tersenyum melihat anak gadis satu-satunya itu. Rara langsung memutari semua keluarganya, mengecup pipi mereka, yang dibalas kecupan oleh mereka semua.

"Adik Kakak ceria sekali hari ini," gurau Rio yang sedang mengoleskan selai coklat di atas roti tawar.

Mendengar itu, Rara semakin melebarkan senyumnya, sampai memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Hehe, harus dong," semangat Rara.

"Gak sekolah jadi seneng kan?" Celetuk Alan.

Rara hanya menyengir lucu, membuat Alan tersenyum geli.

Bara yang ada di sebelah Rara, mendaratkan tangannya di puncak kepala sang adik, mengusapnya pelan penuh perasaan.

"Kakak mau pergi ke luar negeri ya?" Tanya Rara.

Rara mendongkakkan kepalanya menatap Bara, dengan mata polosnya, membuat Bara tersenyum kecil.

"Iya," singkat Bara.

"Kemana?"

"Amsterdam."

"Woah, bisa dong oleh-oleh," sahut Alan yang menghentikkan acara makannya.

Arsen yang memang diam saja dari tadi, langsung memutarkan bola matanya malas. Mulai deh tuh mata duitannya si Alan.

"Gak ada," santai Bara.

Mata Alan melotot, Bara itu banyak duitnya kayak Papahnya---Arsen. Tapi, kadang Bara tidak memberikan apa yang Alan maupun Rio minta, karena menurutnya seorang lelaki harus bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, jangan bergantung kepada orang lain.

"Elah, pelit amat," kesal Alan.

"Kamu ini, baru kemaren di kasih jam tangan sama Kakak kamu Rio," celetuk Nadin.

Pandangan Alan beralih kepada Nadin. "Mah, Kak Bara sama Kak Rio itu beda, jadi hadiahnya juga harus beda," sahut Alan menggebu-gebu.

"Ihh Kakak muncrat ngomongnya," rajuk Rara.

Rara mengusap tangannya yang terkena air hujan yang berasal dari mulut Alan menggunakan tisu. Membuat Alan menampilkan cengirannya saat melihat mata semua orang tertuju padanya.

"Hehe, maaf semuanya."

"Dasar jorok," ejek Rio.

***

Hari ini kelas 12 mengadakan ujian, membuat siswa dan siswi kelas 10 dan 11 belajar di rumah, tapi tentu saja mereka tidak belajar, karena mereka sudah menganggapnya libur.

"Sayang, Rey udah dateng," teriak Nadin dari lantai bawah.

Rara yang memang sudah siap dari tadi, segera menyambar tas selempang kecil yang tergeletak di atas ranjang.

Kaki Rara langsung melangkah cepat menuju lantai satu, saat di tangga, Ia melihat Rey sedang berbincang santai dengan mamahnya, membuat Rara semakin cepat melangkahkan kakinya.

"Maaf ya lama."

Rey menoleh, Ia bangkit dari duduknya diikuti Nadin. Senyum di wajah tampan Rey mengembang melihat penampilan Rara yang manis.

"Gapapa, Kakak baru datang."

Rey berjalan mendekati Rara, lalu menggandengan tangan halus itu lembut, tak lupa mengecup pelipis Rara sayang.

"Tan, Rey ajak Rara keluar dulu ya," ijin Rey.

Nadin tersenyum ramah lalu mengangguk mengiyakan. Setelah pamit, mereka berdua langsung pergi menaiki mobil mewah Rey yang dikendarai Rey sendiri.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang