NL - 13

16.2K 1.5K 35
                                    

Kelas masih sepi. Hari ini, Rara dan Alan datang lebih pagi ke sekolah, karena Alan yang notabenya kelas 12, dimana 2 minggu lagi akan menghadapi ujian kelulusan mengharuskannya mengikuti bimbingan, meskipun Alan pintar, tetap saja Ia harus rajin belajar.

Rara berjalan pelan ke dalam kelas yang hanya dihuni 2 orang saja, dan tentu saja dua orang itu adalah murid yang memang sudah langganan datang pagi.

Dari kejauhan Rara melihat sesuatu tergeletak di atas mejanya, membuat Rara semakin mempercepat langkahnya.

"Bunga?" Bingung Rara.

Kening Rara mengerut bingung, melihat ada bunga mawar berwarna merah di atas mejanya. Perlahan Ia meraih bunga yang tidak berlapis apa-apa itu, lalu menelitinya dengan serius.

"Mmm, Fani, tau gak ini bunga siapa?" Tanya Rara.

Gadis yang dipanggil Rara dengan sebutan Fani itu menoleh, Ia langsung memandang bunga yang ada di tangan Rara, kemudian menggeleng.

"Gak tau, dari gue dateng udah ada di situ," balasnya yang langsung sibuk dengan ponselnya kembali.

Rara mengendikkan bahunya, mungkin itu orang iseng yang tak sengaja menyimpan bunganya di sana. Tapi, tanpa sengaja Rara melirik secarik kertas kecil yang menempel di batang bunga tersebut.

Kening Rara semakin mengkerut bingung saat melihat tulisan 'To Rara, my sun'. Tangan Rara mengucek matanya, takut Ia salah lihat. Tapi, sepertinya memang benar.

Perlahan Rara mengedarkan pandangannya, hanya ada Ia dan dua gadis lain di kelas, tidak mungkin mereka yang menyimpan bunga itu.

Karena pusing memikirkan dari mana asal bunga itu, Rara memutuskan menyimpan bunga itu ke dalam kolong meja saja dan duduk di kursinya.

"Rara kok tumben udah dateng?" Celetuk Ica yang baru tiba di kelas.

Ica menatap Rara dengan pandangan aneh, karena pagi-pagi sekali Rara sudah ada di kelas, bahkan mendahului dirinya.

"Kak Alan harus bimbingan, jadi aku ikut pagi datengnya," jelas Rara.

Ica berjalan menghampiri Rara, kepalanya mengangguk-ngangguk tanda mengerti.

"Ohh gitu, kirain sengaja."

Ica mendudukkan bokongnya di kursi sebelah Rara, lalu menyampirkan tas sekolahnya di kursi. Tak sengaja mata Ica melirik bunga mawar yang ada di tangan Rara, karena Rara tak sempat menyimpannya ke dalam kolong meja.

"Bunga dari siapa Ra?"

Rara mengikuti arah pandang Ica yang sedang menatap bunga tersebut, lalu Ia menggelang menandakam jika Ia pun tidak tahu.

Alis Ica tertaut, tapi tak lama kemudian Ia tersenyum lebar. "Wahh, pasti kamu punya pengagum rahasia Ra," heboh Ica.

"Pengagum rahasia?" Heran Rara.

Kepala Ica mengangguk semangat. "Iya, itu tuh orang yang suka sama kamu, tapi malu-malu," kekeh Ica.

"Nih buat kamu aja."

Tiba-tiba, Rara memberikan bunga mawar itu kepada Ica, Ia merasa tak berhak memilikinya.

"Loh, kenapa?"

Rara hanya mengendikkan bahunya acuh, bukannya tidak sopan menolak pemberian orang lain, tapi Ia masih ingat jelas bagaimana pesan dari kakak dan kekasihnya yang tidak boleh menerima sembarang barang, apalagi ini tidak diketahui siapa yang memberikannya.

"Okelah, lumayan buat update hehe," cengir Ica.

***

"Kakak kenapa gak makan?"

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang