NL - 9

18.5K 1.6K 24
                                    

"Hai Ra," sapa Ica.

Rara yang baru saja memasuki kelas, langsung tersenyum membalas sapaan Ica, Ia berjalan dengan semangat menuju kursinya, lalu duduk di sana.

"Ra tau gak?"

"Enggak."

Ica memutar bola matanya malas, "Yaelah, aku belum selesai ngomong."

Mendengar nada merajuk Ica membuat Rara terkekeh geli, Ica memang mudah sekali merajuk padanya, apalagi jika Ia sudah membuatnya kesal seperti tadi.

"Kenapa Ica sayang?" Tanya Rara dengan nada menggoda dan alisnya yang naik turun.

"Gak jadi ah," ketus Ica, memalingkan wajahnya.

Tawa renyah Rara terdengar. "Apa ih cepet, kamu udah bikin aku kepo tau!" Desak Rara.

Ica membalikkan tubuhnya ke arah Rara, lalu menatap manik coklat terang Rara serius, membuat Rara bingung.

"Kenapa sih?"

"Ra, kayaknya kamu punya banyak fans deh," ucap Ica heboh.

"Hah?" Rara menatap Ica dengan raut tak mengerti.

"Iya fans. Nih liat aja, di kolong meja kamu banyak surat, bunga, sama coklat."

Tangan Ica mengeluarkan semua barang yang ada di dalam kolong meja tempat Rara biasa menyimpan bukunya, ternyata benar di sana ada banyak surat, bunga, dan coklat.

"Ini punya siapa?" Tanya Rara tak percaya.

"Punya kamu lah, orang jelas-jelas ada tulisannya," balas Ica.

Di sana banyak tertulis 'To Rara'. Mata Rara membulat, perasaan kemarin kolongnya bersih, tapi kenapa hari ini jadi banyak barang seperti ini, tak seperti biasanya.

"Ada namanya gak, dari siapa?"

Ica dan Rara membolak-balikkan semua barang dan makanan itu, berharap ada tulisan yang menunjukkan dari siapa itu terkirim. Tapi nihil, tidak ada alias anonim.

"Gak ada," ucap Rara lesu.

Padahal Rara ingin mengucapkan terimakasih karena sudah repot-repot memberikannya padanya, dan tentu saja ingin menanyakan apa maksud dari orang itu.

"It's oke Ra, namanya juga pengagum rahasia, masa iya ada namanya," santai Ica.

"Tapi ini mau dikemanain?" Bingung Rara.

Jika dimasukkan ke dalam tas, sepertinya tidak akan muat, karena tas Rara sendiri sudah penuh dengan barang-barang keperluan sekolah, belum lagi tas yang Ia bawa hari ini sedikit kecil.

"Santai Ra, ada aku, jadi kalau kamu gak mau coklatnya, aku dengan siap menerima sumbangan," cengir Ica.

Rara tersenyum, lalu mengangguk. "Yaudah, simpen dulu aja yah, biar gak acak-acakkan."

Rara kembali menyimpan barang-barang tersebut ke dalan kolong meja, agar tidak memakan tempat di atas meja, yang akan digunakan Rara untuk belajar.

"Cepet Ra ada Bu Guru," sahut Ica.

Mereka berdua dengan cepat memasukkannya ke kolong, karena takut dimarahi oleh guru yang baru saja memasuki kelas dengan penggaris kayu yang selaku setia ada ditangannya.

***

"Ica aku cari ke sebelah sana, kamu ke sana ya."

Rara menunjuk arah kiri rak buku di perpustakaan, mendengar intruksi yang diberikan Rara, Ica menganggukkan kepalanya, lalu berjalan ke arah yang ditunjukkan sahabatnya itu.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang