NL - 5

23K 2.1K 127
                                    

Perkataan Rey saat di mobil tadi, terus terngiang di otak Rara bagai kaset rusak. Perasaan Rara sekarang sedang tak karuan, jantungnya terus berdebar gugup, dan tangannya saling meremas.

Dari pulang sekolah, Rara mengurung dirinya di dalam kamar, memukul-mukul pelan bantal, untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Ishh, Kak Rey pasti bercanda," frustasi Rara.

"Huaaaa...."

Rara berteriak tidak jelas di dalam kamar, bahkan Ia mengabaikan tugas sekolahnya yang menumpuk. Pikirannya tidak bisa fokus.

"Gimana kalau beneran?" rengek Rara.

Merasa bingung, Rara menelungkupkan kepalanya ke bawah bantal dengan badan telungkup di ranjang, sesekali Ia menggelengkan kepalanya.

Tok...tok...
Suara pintu diketuk, berhasil membuat kesadaran Rara kembali. Ia menatap pintu tanpa bergerak. Akhirnya pintu terbuka, menampilkan Nadin yang selalu terlihat cantik dan berkelas. Nadin tersenyum, menghampiri putrinya yang terlihat acak-acakan di atas ranjang.

"Sayang, kenapa sih?" Kepo Nadin.

Daritadi Rara tak keluar kamar membuat Nadin sedikit khawatir. Tapi, Ia tak bisa memaksa Rara agar keluar kamar.

"Gapapa kok Mah," lesu Rara.

Kedua tangan Nadin terangkat, merapihkan rambut Rara yang berantakkan, Rara hanya menatap Nadin dengan pandangan sendu.

"Kenapa sayang?" Kepala Rara menggeleng.

"Yaudah kalau gak mau cerita. Ayo ke bawah, ada tamu," ajak Nadin.

Deg. Rara membeku, pikirannya langsung membayangkan satu orang, Rey. Jantungnya kembali berdebar tak karuan, Ia perlahan membuka bibirnya.

"S-siapa?" Gugup Rara.

Nadin mengerutkan keningnya melihat kegugupan Rara yang sangat kentara. "Rey, sama orang tuanya," santai Nadin.

"APA?"

Tubuh Nadin terlonjak kaget saat tiba-tiba Rara berteriak. Ia mengusap dadanya, lalu melotot kepada Rara.

"Kenapa sih? Perasaan kamu daritadi aneh banget," heran Nadin.

Rara menegakkan tubuhnya, berdiri panik di atas kasur, membuat Nadin berusaha menenangkan Rara, dengan mencoba meraih tangannya, takut anaknya itu tenjerembab.

"Duduk dulu, nanti jatuh."

Rara memeluk Nadin, karena tak siap, Nadin sedikit terhuyung ke belakang, untung saja bokongnya tidak menyentuh lantai yang keras.

"Mamah, kalau aku gak turun gimana?" Lirih Rara.

"Harus dong, gak enak kalau kamu gak turun. Apalagi Tante Hana nanyain kamu terus, kangen katanya," bujuk Nadin.

Terdengar helaan nafas pasrah dari bibir Rara, Ia melepaskan pelukannya, lalu berdiri tegak, merapikan bajunya, karena Rara memakai rok terusan di atas lutut sedikit.

"Yaudah yu ke bawah. Yang lain udah pada nunggu sayang."

Akhirnya Rara menuruti Nadin, Ia digandeng oleh Nadin menuju ruang tamu, tiba di puncak tangga, Rara dapat melihat seorang pria yang sedang menatapnya intens, buru-buru Rara menundukkan kepalanya tak berani menatapnya.

"Ya ampun, Rara akhirnya Tante ketemu kamu lagi sayang," heboh Hana yang menyadari kedatangan Rara.

Hana langsung berdiri, berjalan cepat menghampiri Rara, lalu memeluk gadis itu hangat, yang langsung Rara balas pelukan Hana tak kalah hangat.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang