NL - 15

15.7K 1.5K 72
                                    

"Kak Rey," panggil Rara.

Rey menulikan pendengarannya, Ia sedang diselimuti amarah. Saat Rey tiba di ruangannya, Ia tak mendapati Rara di dalamnya, padahal bel sekolah sudah dari tadi berbunyi, karena khawatir dan tau jika Alan sedang tak bersama Rara, Ia bergegas pergi mencari Rara.

Hatinya bergemuruh, saat tiba di taman belakang sekolah, dimana tangan gadisnya sedang digenggam oleh seorang pria, apalagi Ia sudah mengetahui jika pria itu memang menyukai Rara dari lama.

"Hiks... Kakak...."

Air mata yang sudah mengumpul di pelupuk mata Rara, sudah tidak dapat dibendung lagi, Rara menangis sesegukkan di belakang Rey.

Rara pikir, ini memang salahnya, Ia sudah mengabaikan perintah Rey yang menyuruhnya untuk menunggu di ruangnya. Membuat Rey sangat marah sekarang, dan Rara takut saat Rey marah.

Kaki Rey berhenti melangkah, saat mendengar isak tangis yang berasal dari belakang, Rey menghembuskan nafas kasar, lalu mengusap wajahnya kasar.

Bukannya Rey berniat meninggalkan Rara, hanya saja Ia takut jika amarah nya terlampiaskan kepada Rara, Ia tidak ingin menyakiti gadisnya itu.

"Hiks... tangan aku sakit, hiks... Kakak jangan tinggalin aku."

Rara terus menangis, Ia menatap Rey yang sudah menghentikkan langkahnya, membuat hatinya sedikit lega. Sebenarnya tangannya tidak terlalu sakit, itu hanya alibinya saja agar Rey tidak meninggalkannya.

Satu-satu nya cara agar Rey tidak marah adalah dengan menangis dan merengek.

"Kakak," rengek Rara.

Rey memutar tubuhnya menghadap sang gadis yang wajahnya memerah, Ia melangkahkan kakinya lebar, menuju Rara yang masih saja menangis.

Rey merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya, memeluk Rara erat seakan takut kehilangan. Tangannya mengusap lembut rambut bagian belakang Rara, dengan bibir yang terus mengecup puncak kepalanya sayang.

"Maaf ... Maafin Kakak, udah buat kamu nangis," sesal Rey.

Rara tak menghiraukan permintaan maaf Rey, Ia memeluk Rey dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Rey, dengan Rara yang masih sesegukkan akibat menangis.

"Udah jangan nangis ya, Kakak minta maaf," ucap Rey lembut.

Rey melepaskan pelukan mereka, Ia menatap wajah Rara yang memerah. Rey mengecup kelopak mata Rara lembut, membuat sang empunya memejamkan matanya.

"Maaf."

Rey meraih pergelangan tangan Rara yang terlihat memerah, rahangnya kembali mengeras melihat itu, darahnya mendidih mengetahui jika tangan gadisnya terluka.

Bibir nya mengecup tangan Rara yang memerah, membuat Rara sedikit meredakan tangisnya.

"Kakak jahat ninggalin aku," ucap Rara yang masih sesegukkan.

Terdengar helaan nafas yang berasal dari bibir Rey, Ia mengusap jejak air mata di pipi Rara. Lalu merapikan rambut gadis itu yang terlihat sedikit berantakkan.

"Kakak gak ninggalin kamu, Kakak di sini."

"Tapi, tadi ninggalin aku," marah Rara.

Air mata Rara kembali keluar, membuat Rey kalang kabut. Ia segera memeluk gadis itu kembali, dengan harapan Rara segera tenang.

"Jangan nangis, Kakak ikut sedih liat kamu nangis," bisik Rey.

Rara melepaskan pelukan mereka, Ia mendongkkan kepalanya, menatap Rey dengan mata merahnya.

"Aku sama Kak Leon cuma bi-"

Cup. Rey mengecup bibir Rara lembut, Ia sudah tak bisa menahannya lagi. Ditambah Rara yang malah terlihat menggemaskan sekarang. Cukup sudah selama ini Ia menahannya.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang