NL - 19

14.2K 1.4K 134
                                    

Pagi-pagi sekali, Rara sudah sampai di sekolah, ditemani Alan yang wajahnya terlihat kusut dan lelah.

Semalan Alan memang kurang tidur, guru pelajaran sejarah menyuruhnya membuat rangkuman sebanyak 4 bab sekaligus, masih mending jika guru itu memberitahunya jauh sebelum deadline, tapi ini malah 2 hari menuju deadline, membuatnya lelah.

Jika tentang pendidikan, maka semua anak dari Arsen akan sungguh-sungguh, meskipun mereka anak orang kaya dan pintar, mereka selalu mematuhi aturan sekolah atau universitas.

"Kakak kan udah aku tawarin, buat bantu Kakak nulis, tapi Kakak gak mau," ucap Rara prihatin.

"Gapapa Rara, Kakak gak mau tangan kamu pegel gara-gara tugas Kakak," balas Alan lesu.

Rara hanya menghembuskan nafasnya pelan. Ia dengan setia menggandeng tangan Alan menuju kelasnya, padahal Rara sudah menyuruh Kakak nya itu agar tidak mengantarnya, tapi Alan tetap bersikeras ingin mengantar Rara.

"Udah sampe."

Mereka berdua saling berhadapan di depan kelas Rara, melihat penampilan Alan yang sedikit terlihat lesu, membuat Rara jadi ikut lesu.

"Belajar yang bener, jangan nakal," nasihat Alan seraya menepuk-nepuk puncak kepala Rara pelan.

Rara mengangguk patuh. "Iya, Kakak juga."

"Oke, Kakak ke kelas ya. Bye."

Setelah mengecup pelipis Rara sekilas, Alan segera meninggalkan kelas Rara dengan langkah lunglai, sungguh Ia mengantuk.

Puas melihat kepergian Alan, Rara langsung masuk ke dalam kelasnya, yang disambut meriah oleh Ica yang sedang memegang sebuah novel.

"Rara," seru Ica semangat.

Senyum Rara terukir, Ia segera menghampiri sahabatnya itu dengan langkah cepat.

"Kamu lagi baca pelajaran?" Tanya Rara yang sudah duduk di kursinya.

Mendengar perkataan Rara yang sangat mustahil untuk Ica, sontak Ia menggelangkan kepalanya lumayan cepat, membuat rambut pendeknya kesana-kemari.

"Ah kamu mah, kayak gak tau aku aja," rajuk Ica.

Rara tertawa renyah. Ia tau jika Ica paling anti dengan belajar, cita-citanya adalah ingin segera lulus dan bebas tanpa harus berpacaran dengan buku.

"Abis itu, baca apa dong?" Kepo Rara.

Senyum lebar Ica terpancar di wajahnya, tangannya mengangkat sebuah novel bersampul biru ke depan wajah cantik Rara, membuat Rara pun ikut tersenyum.

"Wahh, kamu udah selesai belum bacanya?" Tanya Rara semangat.

"Udah, mau pinjem?" Tebak Ica.

"Iya, aku mau baca novel itu, boleh?"

"Boleh dong, asal aku juga pinjem novel kamu," nego Ica.

Kepala Rara mengangguk semangat, Ia segera membawa tas sekolahnya ke atas pangkuannya, tangannya merogoh sesuatu yang Ia cari.

"Nih."

Rara menyerahkan sebuah buku kepada Ica, yang langsung disambut antusias oleh gadis itu, tak lupa buku yang ditangan Ica sudah berpindah alih kepada Rara.

"Makasih," ucap mereka serempak.

Keduanya tertawa bersama menyadari perkataan mereka yang bersamaan.

***

Pelajaran hari ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Belum lagi, sekarang Rara harus piket dahulu di kelas, karena bagaimana pun itu adalah kewajiban semua murid tanpa pandang siapa murid itu.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang