NL - 23

13.8K 1.4K 32
                                    

"Hati-hati."

Rey terus menggenggam tangan Rara, saat ini mereka ada di sebuah hutan yang lumayan jauh dari permukiman warga. Rara sedikit takut dengan suasana di tempat ini, yaitu di sebuah villa, tapi Rara pikir bangunan ini lebih tepat disebut markas seperti yang Ia tonton di film, bukan Villa.

Badan Rara semakin mendekat kepada Rey, saat matanya melirik banyak pria berbadan kekar dengan wajah sangar di sepanjang lorong villa itu.

"It's oke sweetie, mereka tidak akan menyakitimu," ucap Rey menenangkan.

Para bodyguard itu hanya berdiri tegap di posisinya, tanpa menatap Rara sedikitpun, mereka masih sayang pada nyawa mereka hanya untuk sekedar melirik gadis milik bos mereka.

"Tapi tetep aja, serem," bisik Rara.

Rey tersenyum tipis, Ia melepaskan tangannya dari genggaman Rara, lalu beralih jadi merangkul pinggang gadis itu, membuat Rara diliputi rasa aman.

Jika tau akan begini, Rara tidak akan memaksa Rey untuk mengajaknya ke sini, Ia sudah menyesal merengek dan menangis agar boleh ikut dan bertemu Aldo ke sini.

"Di sini?" Tanya Rara pelan.

Rey hanya mengangguk mengiyakan. Perlahan tangannya meraih gagang pintu, lalu mendorongnya pelan, membuat jantung Rara mendadak berdegup kencang, entah kenapa Rara sekarang seperti sedang berada di film horror. Dimana dia akan memasuki semacam ruang eksekusi.

"K-kak A-aldo?"

Nafas Rara tercekat melihat seorang pria yang mirip dengan Aldo sedang terduduk lemah di sebuah kursi kayu yang terikat di tiang penyangga, belum lagi wajah dan tubuhnya yang penuh memar, dan sudut bibirnya yang terlihat ada noda darah.

Rey merasakan tubuh Rara yang menegang, lalu Ia menghela nafas pelan. Sepertinya Ia sudah mengambil keputusan salah dengan membawa Rara kemari.

"Mau pulang?" Tanya Rey.

Perlahan Rara menoleh kepada Rey, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Meskipun terlihat jelas jika saat ini wajah Rara sedikit pucat akibat terkejut.

Kaki Rara melangkah memasuki ruangan itu, diikuti oleh Rey yang terus mengawasi setiap gerak-gerik Rara.

"Kak Aldo?" Panggil Rara pelan.

Rara membekap mulutnya menggunakan kedua tangan, Ia sangat sedih melihat keadaan Aldo saat ini yang terlihat sangat menyedihkan.

Merasa dipanggil, perlahan tapi pasti, Aldo mendongkakkan kepalanya, Ia sedikit terkejut mendapati Rara sedang berdiri di hadapannya, dengan wajah sendu.

Aldo menggelengkan kepalanya pelan, Ia harap tidak sedang berhalusinasi. Tapi sepertinya Rara benar-benar ada di depannya, Aldo langung menyunggingkan senyum kecil, meskipun sudut bibirnya terasa linu dan nyeri.

Drrtttt....

Ponsel Rey yang berada di sakunya bergetar, segera saja Ia merogohnya, lalu melihat nama siapa yang tertera di layar ponsel itu.

"Mark, awasi Rara," titah Rey dingin kepada Mark.

Mark mengangguk patuh, Ia dengan sigap berdiri di belakang nona-nya, sedangkan Rey berjalan sedikit menjauh untuk mengangkat telepon tersebut.

"Kak Aldo pasti sakit," ringis Rara melihat keadaan Aldo.

Entah kenapa melihat wajah khawatir Rara, membuat rasa bersalah akibat kejadian tempo hari berkumpul di hatinya. Ia seakan ditampar oleh kebaikkan Rara yang masih Aldo terima.

"Maafin aku, pasti gara-gara aku Kakak jadi gini," sesal Rara.

Rara tau ini pasti ulah Rey dan ketiga Kakaknya. Dan sudah pasti mereka melakukan ini karena dirinya.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang