"Kita cuma beda nama doang, tapi kalau soal kebegoan owiya jelas sama rata."
For readers dari si Ulfa.
Tabok aja.
*
*
*"Apa, pindah?!"
Ulfa dan tiga temannya kompak berteriak nyaring sukses membuat telinga Alfi pengang, ia meniup kepalan tangan lalu menaruhnya di samping telinga kanan sambil memiringkan kepala ke kiri.
"Bang Imran yang nyuruh gue cuma nyampein pesen dari dia. Seharusnya lo juga paham apa yang bikin Bang Imran balik ke rumah kalau bukan karena si Mark dah back ke Indo. Ini demi keselamatan lo, Fa. Tolong pahami," jelas Alfi bijak, dia memegang bahu adiknya lalu menepuk dua kali memberi ketabahan karena pas di Jerman nanti gak akan ada waktu bagi Ulfa buat ngebucen. Iyalah, pengawasan di sana ketat kek semvak Alfi.
"Tapi gue udah nyaman di sini. Kenapa ga dari dulu aja pindahnya? Dari sebelum gue kenal Pak Sam. Seenggaknya perasaan gue gak ngeganjal pas mau pergi ...." Ulfa menggantung kalimat melihat tatapan sinis Nani dan kawannya, "I—iya sebelum gue kenal Nani, Mirda, sama si Sulas juga. Ntar kalau gue gak ketemu batang idung cogan gimana? Gue tuh ga bisa idup tanpa yang bening-bening."
Hujatan Alfi tertahan ketika suara gesekan lantai bertemu dengan bingkai pintu, menciptakan bunyi bikin gigi ngilu.
"Papa Mama juga setuju kalau kamu pindah." Imran berjalan cepat melewati Alfi menuju kursi panjang berwarna cokelat tepat di depan jendela yang ditutupi gorden berwarna senada dan tirai putih.
Imran menghempaskan bokongnya bersamaan dengan helaan napas berat Ulfa, cewek itu kelihatan stress menghadapi sikap keras sang abang meski Ulfa tahu betul Imran hanya takut dirinya terluka.
"Masalahnya aku udah nyaman di sini, Bang," kilah Ulfa memijit pelipis pening dengan keadaannya sekarang. "Abang tuh gak paham apa rasanya udah jatuh cinta eeh tiba-tiba disuruh LDR pas lagi berkuncup, sakit hati Dedek, Bang," sambungnya menepuk-nepuk dada sok iyey.
Imran ingin muntah, Alfi terbatuk sedangkan Nani dan dua kawannya kompak merotasi boleh mata.
'Kumat!' jerit mereka bersamaan meski dalam hati.
"Sok-sokan jatuh cinta liat banyak cowok aja lu rambang mata mau milih yang mana satu," celetuk Sulas.
Ulfa mendelik, 'Jangan buka aib gue Anj!'
"Lo jatuh cinta sama Pak Sam? Om-om itu? Yakin lu? Umurnya dah berapa woy, lu berapa? Inget ya, Neng. Pas kawin gue gak mau jadi tumbal malam pertama lo, gue gak sudi gantiin lo," cerocos Alfi.
Masih terngiang ucapan Ulfa tempo hari kalau dia takut malam pertama padahal 'kan malam pertama gak harus nananina, ngitungin amplop misalnya, lebih berpaedah dan gak menimbulkan sariawan dan keringat berlebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHASISWI BUCIN (END)
Humor"Pak, kayaknya mata Bapak ini lampu merah, deh." Ulfa menatap Sam sambil tersenyum sebelah. Sam menoleh acuh, "Lampu merah?" "Iya, tiap ngeliatnya saya jadi berhenti terus," sambungnya sambil cengengesan "Mau belajar apa gombal, heh?" tanya Sam jeng...