♥e m p a t♥

7.2K 956 111
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA MAIMUNAH, MAISAROH, DAN MAI MAI YANG LAINNYA! PLEASE, HARGAI JERIH PAYAH AUTHOR NGETIK CERITA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA MAIMUNAH, MAISAROH, DAN MAI MAI YANG LAINNYA! PLEASE, HARGAI JERIH PAYAH AUTHOR NGETIK CERITA.

***

"What the hell? You are kidding?" tanya Mirda heboh sendiri, dia sampai melepas piring makanan yang tadi dengan semangat ia ambil.

Nani dan Sulas pun menganga tak percaya, beberapa kali mengucek mata berharap sosok di depan mereka hanyalah halusinasi semata.

"Lo pasti bukan temen gue! Siapa lo? Ngaku!" pekik Sulas ngeri.

Lebai!

Nani menimpali, "Pasti lo si Ujang!"

"Ujang saha?" tanya Ulfa mengernyit tak tahu.

"Y-ya pokoknya Ujang!" Nani tak mau kalah.

"Kalian apa-apaan, sih? Gaje banget!" rutuk Ulfa tak nyaman, dia menurunkan ujung dress risih.

"Lo siapa?" beo Nani mendekati Ulfa takut-takut.

"Gila ya lo!" maki Ulfa geram dengan tingkah tiga sahabatnya itu.

Nani dan Mirda saling pandang.

"Oke, kami percaya lo Ulfa soalnya udah bisa ngumpat."

"Crazy."

Ketiga cewek kece itu tertawa bersama sedangkan Ulfa mati-matian menahan tangan untuk tak menabok mulut mereka.

Tahan, Fa. Nanti ceritanya berubah jadi psikopat.

Acara puncak rupanya baru dimulai, pembawa acara sudah berdiri di tengah-tengah panggung dengan selembar agenda di tangannya.

Keempat cewek manis itu mencari kursi masing-masing, mereka bersenda gurau sesekali meledek Ulfa yang tampak tak nyaman dengan pakaiannya.

"Kalau udah pake dress serba susah, angkat satu kaki ke kursi takut keliatan, ngangkang juga takut keliatan," dumel Ulfa ditanggapi kekehan dari sahabat-sahabatnya.

"Etapi, kok Bang Alfi gak ada?" Suara Mirda terdengar sedih.

"Ngorok dia mah," sahut Ulfa sambil menguncir rambut dengan karet warna-warni.

Lampu menyala terang, menyorot seseorang di tepi panggung yang tampak menawan dibalut jas hitam terbuka dengan kemeja putih di dalamnya. Semua terpesona kecuali Ulfa.

"Jadi beneran? Dia anaknya Pak Erwin?" monolog Ulfa masih tak mau percaya dengan kenyataan.

Melihat raut terkejut dari teman mereka, Nani berinisiatif memberi masukan.

"Karena lo udah punya kasus sama si Pak Sam, lebih baik lo minta maaf, deh. Daripada didepak dari kampus."

"Ya Rabb-ku." Ulfa memijit dahi, pening. Dia mencari-cari penanggungjawab makanan dan minuman yang sedari tadi lalu lalang di depannya.

MAHASISWI BUCIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang