♥d u a♥

10.2K 936 73
                                    

Ulfa membanting tas lalu menjatuhkan pantat ke kursi, dia mengibaskan tangan yang terasa perih karena pria tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ulfa membanting tas lalu menjatuhkan pantat ke kursi, dia mengibaskan tangan yang terasa perih karena pria tadi. Gak tau apa jari tangan modelan kek Ulfa ini limited edition. Hih!

"Andai badannya kecilan dikit, pasti udah gue hajar!" dumel Ulfa sambil menggebrak meja geram. "Adedeh sakit," sambungnya setelah sadar jarinya semakin sakit.

Nani dan Mirda masih dilanda tawa ngakak tanpa jeda, mereka masih mengingat pose jatuh Ulfa tadi. Benar-benar memalukan dan tak enak dipandang.

"Fa, seriusan itu dosen nginjek jari lo?" Sulas datang membawa empat gelas teh manis dingin yang langsung direbut satu oleh Nani.

Sulas menaruh nampan ke meja sambil menatap Ulfa yang tampak tidak baik, lebih tepatnya kondisi psikisnya mulai eror lagi. Lah, bukannya dari dulu juga udah eror?

"Coba deh lo mikir secara rasional, lo ngejeruduk di lantai tangga, otomatis ngalang jalan, dong. Menurut gue wajar aja lo diinjek," cibir Mirda yang sudah menghabiskan setengah gelas es tehnya.

Ulfa melirik Mirda dengan sorot tajam, yang dilirik langsung mencari objek lain untuk dipandang agar tak bersibobrok tatap dengan Ulfa.

"Lagian dosen mana itu? Gak ada rasa prihatin atau empati gitu ya!" tanya Ulfa berapi-api, dia meraih gelas tehnya lalu menyeruput isinya tanpa selang.

"Siapa?" Nani belum konek.

"Dosen yang tadi," sahut Sulas sebelum Ulfa menjawab dengan nada tegas.

"Btw gue juga baru liat itu dosen cakep nangkring di kampus kita, biasanya pada besar perut semua," ledek Mirda ditanggapi anggukan dari tiga temannya.

Iya memang, sebagian dosen pria di kampus mereka pada tua dan sudah beristri tentunya. Ada sih yang ganteng, yaaa tapi melambai, ya kudu gimana lagi.

Harapan para mahasiswi tentunya pengen dapat dosen ganteng, ingat, memanjakan mata salah satu cara agar dapat konsen saat belajar.

Tiga cewek itu asyik mengobrol, membicarakan tentang acara nanti malam yang katanya diadakan para dosen untuk menyambut kedatangan anak pemilik kampus yang akan turut serta mengajar tentunya. Pasti meriah, oh jelas!

"Tunggu dulu!" Ulfa berdiri, menjadikan dua tangan yang menempel di permukaan meja sebagai penyangga tubuh. "Yang punya kampus kita bakal ngadain acara penyambutan dosen baru yang katanya anak dari si pemilik kampus ini," papar Ulfa sambil mengernyit.

"Apa jangan-jangan ...."

"DOSEN YANG TADI?!"

Empat cewek itu kompak berteriak dan sukses menjadi sorotan mahasiswa lain, mereka langsung kicep saat tatapan menusuk ditujukan, termasuk Ulfa yang punya masalah utama.

"Gak, gak mungkin! Masa Papanya santun anaknya kejam? Gak mungkin banget!" tolak Ulfa tak terima jika pria tadi menjadi anak pemilik kampus mereka.

"Terima kenyataan aja, Fa," tutur Nani menggoda dengan menaik turunkan alis.

MAHASISWI BUCIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang