Makasih banyak oy buat 4k readers dan 700+ vote-nya. Tetap dukung gue dalam berkarya.
*
*
*"Fa, dipanggil Pak Sam ke ruangannya."
Pantat belum nyentuh kursi udah dipanggil aja. Dengan berat hati ringan kaki Ulfa berlari menuju ruang Sam, sesekali menebar senyum meski terlihat kaku. Tak semua mahasiswi menerimanya dengan lapang hati di kampus ini.
"Fa, mo ke mana?" Suara Verel membuat langkah Ulfa melambat.
"Wey."
Dua manusia miring otak saling adu tos sok akrab.
"Mo ke mana?" beo Verel yang kebetulan ada kelas pagi hari ini.
"Biasa, ketemu masdep." Verel ngangguk-angguk, "Lo mau ke mana?"
"Awalnya mau ke hati lo tapi gue sadar diri udah ga ada ruang lagi. Hahaha." Verel tertawa garing ditanggapi kekehan kecil Ulfa.
"Makanya, Rel. Jangan sembarang naro hati, sakit 'kan, nangis aja sini." Tangan Ulfa terentang hendak memeluk tetapi urung melihat Sam sudah berdiri dengan raut datar di depan pintu.
Salah! Harusnya pas mau meluk jangan di depan ruangan si Sam, ahelah gagal modus.
"Yaudahlah, laki lu nunggu tuh," tunjuk Verel dengan kode kerlingan mata.
"Gue masih ngasih ruang kok ke elo, Rel. Mau?"
"Maulah."
"Tapi tunggu Pak Sam nolak gue dulu, byee muach!" Sambil melayangkan flying kiss Ulfa berlari memasuki ruangan Sam.
Verel menatap Sam yang sudah berjalan masuk kembali ke ruang kebesarannya. Entah mengapa kata-kata tadi terus berputar di otaknya. Di satu sisi Verel sangat ingin berhubungan lebih dari teman, di sisi lain ia juga tak ingin memaksakan hati.
Di mana jangkar dijatuhkan di situ hati dilabuhkan.
"Kenapa, Pak? Kangen sama saya?" tanya Ulfa dengan lancang duduk di kursi Sam.
Pria jangkung itu hanya dapat menghela napas berat, padahal tadi dia memerintahkan orang lain yang datang. Lah apa ini? Kenapa gadis tengil penebar kebucinan yang datang.
Sudahlah, Sam. Terima kenyataan aja kalau author udah jodohin kalian berdua. Jangan nangis, Sam.
"Saya mau infokan hari ini gak bisa masuk sa--"
"Bapak sakit? Sakit apa? Di mana sakitnya?" potong Ulfa, berdiri dan mengecek tubuh Sam layaknya dokter.
Sam menggaruk rambut gusar, "Saya ngomong aja belom kelar loh, Fa. Bisa dengerin dulu, gak?"
"Ih galaknya," lirih Ulfa. "Untung sayang," sambungnya tak kalah lirih.
"Hari ini saya ada acara keluarga, kamu tolong share tugas ini ke grup kelas, jangan lupa minggu depan udah di antar. Saya gak mau ada cerita kalian ga kerjain tugas dengan alasan kambing di rumah lagi beranak," jelas Sam tegas meski sedikit mengandung unsur humor.
"Ay ay captain!" soraknya seraya mengacungkan jempol. "Tapi kok tumben gak masuk? Biasanya kan ada acara apa pun Bapak selalu masuk," ujar Ulfa dengan kepala memiring.
"Why are you so cute?" lirih Sam menggeleng tak tahan.
Tingkah Ulfa rupanya mampu membuat sisi lain dari diri Sam mencuat muncul, pria itu merasa gemes apalagi pipi chubby dan mata sipit yang mampu membuat siapa saja geram ingin mencubit ginjalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHASISWI BUCIN (END)
Humor"Pak, kayaknya mata Bapak ini lampu merah, deh." Ulfa menatap Sam sambil tersenyum sebelah. Sam menoleh acuh, "Lampu merah?" "Iya, tiap ngeliatnya saya jadi berhenti terus," sambungnya sambil cengengesan "Mau belajar apa gombal, heh?" tanya Sam jeng...