♥l i m a b e l a s♥

4.9K 611 14
                                    

Follow, vote, dan komennya jangan lupa!
"Authornya jahat bet gue kapan bahagianya woy! Pen balek ngebucen!"
~Ulfa~
***

"Sen, ini beneran kamu? Ka—kamu nyata, 'kan?" Suara terbatanya membuat pria itu tersenyum miring.

"Yes, baby. Ini aku," bisiknya masih mendekap tubuh gadisnya yang kini tengah terisak menumpahkan kerinduan.

Dekapannya mengerat bersama waktu yang terlewat, tak sedetik pun diberi ruang untuk bebas dari dekapannya. Rindu pun tak dapat dibendung, melihat gadisnya tadi tengah terbaring lunglai membuat rasa iba lagi dan lagi hadir.

Namun, ada yang mengganjal dari Seno. Itu yang dirasakan Ulfa, tetapi gadis itu tetap diam saja menikmati rasa hangat yang sangat ia rindukan. Toh, meski ini hanya khayalan semata Ulfa tetap merasa Seno hadir lagi setelah sekian lama lenyap bak ditelan bumi.

Bukankah Seno memang sudah ditelan bumi?

Ada yang aneh sekarang.

Aroma tubuh Seno berbeda dengan aroma tubuh pria di dekapan Ulfa, jauh berbeda, baunya sangat menusuk membuat pusing datang begitu saja.

"Jika lelah ... tidur saja."

"Seno ... please stay with me."

"Yeah babe, I stay for you."

Senyum sinis mengembang di bibir pria itu, tatapan yang semula lembut berubah menjadi tajam dalam sekejap. Tangannya bergerak cepat meraih tubuh lemah Ulfa dan membawanya pergi dengan tawa kemenangan.

***

"Beri saya info tentang masa lalu Ulfa," pinta Sam seraya melempar bukunya asal, menarik kursi lalu mendudukinya dengan gaya cool tak lepas tentunya.

"Maksud Bapak?" Nani tak paham.

Mirda melirik Sulas, "Ulfa itu pernah punya masalah sama Mark anak orang kaya kesekain di kampus kita ini, kalau ga salah semester pertama itu udah di puncak konflik. Seno meninggal nyelametin Ulfa dari suruhan Bapaknya si Mark aka rival kerja Papa Ulfa. Mark pernah hampir melecehkan Ulfa tapi Seno bisa nyelametin dia, sayangnya foto itu ga sempat dihapus dan baru sekarang ke-up." Paparan panjang Mirda membuat Nani dan Sulas menunduk sedih, tahu betul betapa berjuangnya Ulfa melawan keterpurukan.

"Zaki sialan!" Tanpa sadar Sulas mengumpat kasar membuat Nani dan Mirda menatapnya intens memberi kode ada dosen di depan.

Bisa ilang nilai adab si Sulas.

"Sorry Pak." Sulas mengangkat jari tengah dan telunjuk memasang tampang polos.

"Jadi Zaki ini gak sengaja nemuin foto gak senonoh itu?"

"Zaki itu adeknya si Mark, Pak! Makanya dia sengaja ngehancurin Ulfa lagi! Pasti disuruh Mark Zubzub itu!" cerca Nani berapi-api, dia menghentakkan kaki sambil memaki terus-terusan.

Merasa tak ada respon dari Sam, Sulas mengetuk meja dengan kuku telunjuk sebagai kode.

"Pak?"

Hening.

"Pak!"

"Iya? Kenapa? Lanjutin cerita." Sam gelagapan mendapati tatapan tajam dari mahasiswinya, memilih diam sambil menutup mata berpura-pura sedang berpikir.

"Menurut Bapak ada cara gak biar nama Ulfa bersih lagi?" Nani bersila di atas kursi, membiarkan geraian rambut mengenai bahunya yang sedikit basah karena keringat.

"Yang jelas harus ketemu Ulfa dulu, biar kita bisa susun strategi." Sam diam sejenak, bayangan ketika Ulfa menangis di depannya membuat pria itu lagi-lagi merasa bersalah, "Saya juga harus meminta maaf."

MAHASISWI BUCIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang