Double up dan kalian masih malas vote? Luar biasa banget🙂
Jangan sider, gue sedih jadinya.
Gue capek ngetik seenggaknya dihargain.
*
*
*"Gue jadian sama Pak Sam."
"Uhuuk!" Mirda terbatuk ketika meneguk minuman.
'Braak!' Sulas terjungkir dari kursinya.
"Huacheeem!" Nani bersin.
Mata Ulfa membentuk garis lurus, "Biasa aja kali responnya."
"Wah, doyannya Om-om," cibir Dennis ditanggapi gelak tawa Sulas yang masih nangkring di lantai tanpa berniat duduk tenang lagi.
"Namanya juga jodoh."
"Whaha, PJ dong!" Nani menyodorkan tangannya membuat Sulas dan Mirda ikut menyodorkan tangan meminta jatah.
"Kau kira duet ngambil dari pohon?" sinis Ulfa sambil membuka lembaran buku sedikit malas.
"Kan duit emang dari pohon," tukas Sulas sok pintar. Dia kembali berdiri lalu membetulkan kursinya yang ikut-ikutan terjengkang.
"Duit dari apa?" tanya Mirda.
"Kertas," sahut Sulas.
"Kertas dari apa?" Giliran Nani yang bertanya.
"Pohon," jawab Ulfa dengan alis terangkat sebelah, "Lahiya juga, ya."
"Btw dapat teori dari mana nih?" Mirda menutup botol mineralnya yang masih menyisakan setengah.
Keempat gadis yang duduk di meja bersebelahan itu tampak berpikir keras. Sungguh, sudah diperlihatkan ciri-ciri orang bego yang sesungguhnya.
"Eh, gue juga minta PJ dong sama lo, Nan," kata Ulfa tiba-tiba.
Mirda dan Sulas langsung memandang Nani dengan tatapan menginterogasi, kapan Nani pacaran? Kenapa gak kasih tau mereka?
"Gue gak pacaran woy!" Nani angkat tangan seolah penjahat ditodong pistol oleh polisi.
"PJ aka Pajak Jomlo, whahaha!" Ulfa tertawa puas melihat raut datar Nani.
Kelas jadi sibuk dan berisik karena suara perdebatan unfaedah dari empat gadis ayu kurang otak itu.
Sedangkan di ujung ruangan terlihat seorang mahasiswa sedang mengirimkan pesan pada seseorang.
[Pak Sam udah punya pacar sekarang.]
***
Inovasi pembelajaran sosiologi antropologi memakan waktu 1 jam 40 menit. Ulfa yang lelah hanya bisa diam menikmati penjelasan Bu Ike selaku dosennya.
"Baiklah, dengan ini saya sudahi pembelajaran kali ini. Sekiranya ada yang ingin kalian tanyakan boleh ditanyakan minggu depan saja." Bu Ike mengemas alat mengajarnya kemudian keluar kelas setelah meninggalkan senyum manis dan seubrek tugas sulit.
"Gila sih materinya kagak ada satu pun yang masuk ke otak," keluh Sulas yang sudah siap dengan tas sandangnya.
Nani menimpali, "Maklum, lo 'kan bego."
"Lo kalau ngomong jangan terlalu jujur dong, Nan," tanggap Sulas memelas.
Ulfa dan Mirda mengambil start lebih dulu menuju kantin. Mereka malas mendengarkan perdebatan unfaedah sesama kaum bodoh.
"Wah, ada yayang gue nih." Verel mengambil kursi lalu duduk di sebelah Ulfa.
Ulfa tak peduli dengan Verel, dia malah tertarik pada pria yang duduk di depannya, tepat di samping Mirda. Terlihat sangat cool dan mempesona, membuat jiwa bucinnya meronta-ronta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHASISWI BUCIN (END)
Humor"Pak, kayaknya mata Bapak ini lampu merah, deh." Ulfa menatap Sam sambil tersenyum sebelah. Sam menoleh acuh, "Lampu merah?" "Iya, tiap ngeliatnya saya jadi berhenti terus," sambungnya sambil cengengesan "Mau belajar apa gombal, heh?" tanya Sam jeng...