Semangat terus puasanya sayang-sayangnya aku!
Dah siap patah hati?
*
*
*Seperti janji sebelumnya. Ulfa dan Sam berakhir di cafe bintang lima terletak di pusat kota. Letaknya yang strategis serta banyaknya pengunjung menjadi penunjang bahwasanya cafe yang Sam datangi adalah cafe terbaik.
Tak jauh dari cafe ada taman mini dihiasi puluhan tangkai mawar dan banyak jenis bunga lain yang menarik manusia sekaligus kumbang mampir ke tempat indah itu.
"Enak gak?" Sam mengambil tisu kemudian mengulurkan tangan, mengelap sisa kuah rendang di sudut bibir Ulfa.
Gadis itu tertunduk malu, biasanya malu-maluin. Ekhem. Beberapa kali mereka berkencan, tapi rasa canggung dan malu masih saja menghampiri. Rasanya Ulfa mau mampus, atau tidak, dia rela ditelan piranha ketika Sam mulai bersikap romantis.
"Pak." Ulfa memanggil.
Tak melirik. Sam terus memakan pesanannya sambil melihat-lihat HP. Tadi aja romantis, sekarang udah kek batu aja sifatnya. Tabok jangan?
"Mau nonton film apa?"
Sam diam sebentar, "Lah, bukannya kamu udah nentuin?"
Giliran Ulfa yang terdiam. Dia nyengir, "Hehe, belum. Kita nonton film horor aja gimana?"
Membayangkan Ulfa menjerit dan masuk dalam pelukan, membuat Sam tanpa ragu mengiyakan tawaran genre film yang kurang disukainya. Hmm, Sam, kau meresahkan sekali!
Karena mereka duduk bersebelahan, Sam dapat dengan santai menggenggam jemari ramping kekasihnya, membawanya ke kolong meja dan lanjut menyuap makanan ke mulut seolah tak terjadi apa-apa sedangkan Ulfa merapal doa banyak-banyak takut kelewat batas berteriak nyaring saking senengnya. Cukup, Fa. Jangan bikin malu.
"Woylah lagi ngedate ya?" Suara cempreng Alfi merusak momen romantis di antara keduanya.
Sam melepas tautan tangan mereka sambil berdehem malas. Dia menatap Alfi sinis, dari tatapannya tersirat hunusan pedang dan ia siap menebas kepala Alfi. Ingat kalau Alfi abang pacarnya, Sam terdiam.
'Sabaaar,' batin Sam.
"Kutu rambut ngapain di sini? Cucian numpuk di rumah, lantai belum dipel juga." Ulfa menatap abangnya malas.
Alfi menjitak kepala adik semata wayangnya keras, "Itu 'kan tugas lo Kunyuk!"
"Tapi kan gantian! Inget kata Bang Imran, harus bagi kerja," elak Ulfa balas menginjak sepatu Alfi.
"Aishh!" Alfi merintih, "Gue barusan ngeliat KK, nama lo ga ada, fiks lo anak pungut!"
"Beneran?" Ulfa memasang wajah murung, "Nama kepala keluarganya siapa?"
"Abigael Jayaningrat!" Alfi tersenyum bangga. Namun senyumnya luntur saat sang adik melanjutkan omongan yang sempat terjeda.
"Kok namanya mirip sama Bapak gue?"
"Kita war yuk sambil jingkrak-jingkrak di jalan," ajak Alfi tak tahan.
"Ekhem." Sam berdehem merasa diabaikan dari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHASISWI BUCIN (END)
Humor"Pak, kayaknya mata Bapak ini lampu merah, deh." Ulfa menatap Sam sambil tersenyum sebelah. Sam menoleh acuh, "Lampu merah?" "Iya, tiap ngeliatnya saya jadi berhenti terus," sambungnya sambil cengengesan "Mau belajar apa gombal, heh?" tanya Sam jeng...