Makasih banyak doanya teman-teman. Aku lulus tes beasiswa di posisi pertama yang artinya kedudukan aku jauh lebih tinggi dan lebih aman dari yang lain. Bukan karena dimulai dari abjad ya karena awalan namaku itu U.
Makasih banyak buat kalian semua.
Maaf Sam Ulfa lama banget pendingnya
Jomlah baca
*
*
*"Awaaas!"
Brankar berisi tubuh Ulfa didorong masuk menerobos kerumunan perawat dan pengunjung serta keluarga pasien. Orang yang menabrak Ulfa mengambil HP Ulfa dan menghubungi keluarganya secepat mungkin.
"Detak jantungnya tidak beraturan, cepat bawa ke ruangan saya!"
Beberapa perawat menyiapkan segala macam alat medis, dari infus sampai bius serta obat penenang. Luka di perut karena tertusuk kayu kecil yang tertancap di jalan tadi, juga kepala yang mengeluarkan darah segar membuat siapa yang melihat ikut merasakan sakit yang Ulfa rasakan. Benturan keras juga mengenai dada tapi tak ada yang sadar karena terlalu sibuk mengurus luka di perut.
"Tolong beri jalan! Pasien harus dibawa ke ruang operasi sekarang!"
Bersamaan dengan masuknya brankar Ulfa ke ruangan, brankar berisi tubuh Sam dikeluarkan dari ruangan yang sama dan dibawa ke ruang operasi.
"DETAK JANTUNGNYA MENGHILANG! CEPAT PASANG INFUSNYA!"
***
Tiga bulan berlalu. Seorang pria bak pahatan dewa tengah duduk termenung di bawah naungan pohon rindang yang tumbuh subur di belakang apartemen. Netranya yang pekat menatap layar HP berulang kali, mencari berita yang memuat aksi tabrak lari yang terjadi padanya beberapa bulan silam.
Tak ada jejak sama sekali.
Dia mendesah frustasi. Berkali-kali jarinya berselancar dan mengetikkan kunci kata tetapi yang keluar malah kasus lain. Sudahlah. Semuanya memang telah dirancang apik oleh Amir.
"Bagus sekali. Dia melakukannya seolah dia adalah dewa. Ck, dia pikir setelah membuat tangan dan kakiku hampir patah aku akan berhenti? Yang benar saja." Dia menyesap kopi pahit yang sedari tadi menganggur di atas meja, kopi itu seolah melambainya ingin lekas disesap karena sudah capek dianggurin. Iya, kayak yang baca.
Tiga bulan terakhir banyak yang terjadi. Hubungannya dengan Ulfa pun tak berjalan mulus karena Imran mengancam akan mengoper Ulfa ke negara lain jika Sam terus memacarinya.
Wajar saja. Anak dan adik perempuan satu-satunya di keluarga Jayaningrat nyaris celaka karena mengkhawatirkan dirinya. Sam tertawa miris, menertawakan nasib malang yang kembali menimpanya. Lagi dan lagi Sam gagal soal percintaan.
Benar kata sesepuh bucin. Orang yang baik dan tulus akan gagal dalam urusan cinta dan Sam meyakini hal itu benar.
'Praaank!'
"Brengsek!" maki Sam setelah puas melihat cangkir mahal hadiah ulang tahun dari kolega bisnis ayahnya hancur di depan mata.
Rahangnya mengeras pun urat-urat di sekitar pelipis timbul. Tangisan itu muncul lagi. Tangis tak rela yang Ulfa suarakan membuat hidup Sam terombang-ambing. Dia bingung. Haruskah diperjuangkan atau dibiarkan berlalu tanpa niat menatap ke belakang.
Sam seolah monster jahat menakutkan. Dia berdiri, menginjak serpihan cangkir tanpa memedulikan rasa sakit. Cap kaki berupa darah muncul dari telapak kakinya. Sam berjalan cepat menuju lift dan jejak darah terputus di depan pintu masuk.
Sebelum pintu lift tertutup. Sam sempat memegang kepalanya yang terasa sakit. Dunia mulai menertawakan kelemahan pria dewasa itu. Dia terlalu lemah untuk dikatakan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHASISWI BUCIN (END)
Humor"Pak, kayaknya mata Bapak ini lampu merah, deh." Ulfa menatap Sam sambil tersenyum sebelah. Sam menoleh acuh, "Lampu merah?" "Iya, tiap ngeliatnya saya jadi berhenti terus," sambungnya sambil cengengesan "Mau belajar apa gombal, heh?" tanya Sam jeng...