♥d e l a p a n♥

6K 739 31
                                    

"Kata orang kalau ngelamun mulu tandanya dia punya beban pikiran, ngomong dong sama gue kali aja bisa gue biarin," ceplos Alfi seraya duduk di sebelah adiknya yang tampak menatap kosong tak seperti biasanya.

Ulfa menoleh sejenak, kemudian balik lagi ke posisi semula. Dia tengah memeluk gitar, menumpukan dagunya di antara lipatan tangan di atas badan gitar yang ditegakkan, kakinya mengapit toples kue. Buku-buku tebal tersusun rapi di meja yang memang tersedia di teras belakang rumah.

"Bang," panggil Ulfa, matanya menatap riak kolam yang dihasilkan dari pergerakan ikan.

"Hmmm?"

"Kenapa ya Seo Jun harus jadi sadboy? Padahal gue udah mati-matian ngetik kata-kata semangat di DM, jangankan di balas, dilirik aja kagak," curhatnya dramatis sukses membuat Alfi menabok kepalanya, "Mon maap kepala gue dipitrahin woy!"

"Saha yang mitrahin?"

"Abigael Jayaningrat!"

"Woh itu Bokap gue! Ngaku-ngaku lu!"

"Itu Bapak gue juga bangke!"

Buku tebal melayang tepat mengenai muka Alfi, cowok itu nyaris memaki kalau saja tak ingat sekarang tanggal yang sangat berbahaya, adiknya bisa berubah menjadi orang yang mudah nangis, ketawa, dan baperan tanpa sebab.

"Lagian lu gegayaan nge-DM Hwang In Yeop yang gantengnya selangit meski lebih gantengan gue. Minimal muka lu harus secantik Ju Kyung atau gak si antagonis protagonis Soo Jin, baru dah punya kemungkinan bakal dilirik," jelas Alfi membangunkan mimpi indah adiknya, "Lagian mau-maunya mendam rasa dua tahunan, kalau gue jadi si Seo Jun, udah gue pacarin tuh si Ju Kyung, barang bening mah mana bisa dianggurin."

Bibir Ulfa monyong-monyong mengikuti gaya bicara Alfi yang terkesan lebay. Mereka baru saja menonton ending dari Drakor True Beauty dan berakhir mencak-mencak karena Seo Jun berakhir tak sesuai ekspetasi.

"Gak apa deh Suho sama Ju Kyung, yang penting Aa Hwang In Yeop sama Dedek Ulfa seorang."

Bisikan iblis terdengar, "Sayangnya itu cuma ada di mimpi lu, Neng."

Alfi merebut toples kue kacang sambil terbahak menang, dia mengacak-acak rambut adiknya lalu membuka toples dan mengunyah isinya lahap.

Lagian tidak habis pikir dengan sifat Ulfa, terlalu baperan dalam menonton drakor dan hal itu terbawa ke dunia nyata, sialnya selalu Alfi yang jadi sasaran kemarahan adiknya kala ending tak sesuai ekspektasi.

"Bang, lo masih sama si Nindia?" tanya Ulfa sambil menata kembali rambut yang berantakan karena ulah abang laknatnya ini.

"Masih, kenapa?" Alis Alfi terangkat sebelah.

"Cabe modelan dia masih lo pacarin? Fiks lo diguna-guna," tuding Ulfa. "Cantikan juga gue," lanjutnya meremehkan.

'Pletak!'

Satu jitakan mendarat di dahi Ulfa.

"Ngomong suka ngawur! Lagian kita sodara, kalau pun engga gue juga ga bakal mau macarin cewek yang pendirian jelly kek elo, mana otak miring pula." Alfi terus berbicara sambil mengunyah kue kacang.

"Lo nyadar gak? Selama ini dia tuh cuma minta uang trus ngilang, minta jalan trus ngilang lagi. Ibarat kata, dia itu Jelangkung versi betinanya tau," celoteh Ulfa tanpa jeda, melihat dahi Alfi berkerut membuatnya semangat 45 melanjutkan pidato.

"Lo terlalu manjain dia, lo ga sadar banyak banget cewek yang suka sama lo selain dia. Iya bego banget lo mah, dia juga pasti ada maunya." Ulfa menjeda kalimat melihat ada perubahan ekspresi dari Alfi, "Buktinya pas tau lo punya 10 orang cewek simpanan dia fine aja, kalau cewek pada umumnya udah pasti sindir lo abis-abisan, percaya dah sama gue."

MAHASISWI BUCIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang