♥t i g a♥

7.7K 888 66
                                    

Ulfa duduk termenung di pinggir trotoar, menatap lalu lintas yang tampak macet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ulfa duduk termenung di pinggir trotoar, menatap lalu lintas yang tampak macet. Polusi di mana-mana sampah pun berserakan di badan jalan, betul-betul merusak lingkungan saja.

Cewek berambut sebahu diikat satu dengan bandana merah di kepalanya tampak masam, meratapi nasib malang yang datang silih berganti tanpa jeda.

Orang bilang, kalau sering kena sial artinya orang itu punya banyak dosa. Ulfa bersila, menaruh satu tangan di dagu sambil memikirkan dosa besar apa yang dia lakukan selain meng-hate komen peran pelakor di drakor yang sempat viral 2020 lalu.

Hari semakin larut, Ulfa menatap jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya.

"Udah jam 12 lewat, acaranya pasti udah jalan dari tadi." Ulfa memeluk lutut, menoleh ke sana sini mencari pertolongan.

"Ya Allah, kalau ada yang nolong hamba, jika dia cewek, hamba jadiin saudara, tapi kalau dia cowok, hamba jadiin calon suami ya Allah," doa Ulfa bersungguh-sungguh membuat beberapa orang yang lewat menjudgenya sebagai gelandangan.

Cukup lama Ulfa dalam posisi mengangkat dua tangan dengan mata tertutup, membuat atensi seseorang yang awalnya tak acuh menjadi sedikit iba.

"Hey, ngapain di situ?"

Ulfa membuka sebelah mata lalu kembali menutupnya ketika melihat siapa yang datang, "Astagfirullah. Ya Allah doa hamba tadi boleh diralat, gak? Kalau boleh, jika yang nolongin hamba itu cowok, bakal dijadiin saudara juga."

"Ngapain kamu di situ? Ini udah malem, gak ke kampus? Baju, celana, sama sendal kamu gak fashionable banget," ejek pria di dalam mobil sambil menurunkan kaca jendelanya, mengeluarkan satu tangan dengan gaya angkuhnya.

"Hina terooos sampai puas," cibir Ulfa yang sebenarnya tak terima fashionnya dikritik sesadis itu.

"Gak ke kampus?" beo Sam tak peduli dengan gerutuan Ulfa, dia masih menatap wajah ayu Ulfa yang tak terlalu keliatan karena duduk jauh dari lampu jalan.

"Gimana mau ke kampus kalau si Kokom ngadat." Ulfa menunjuk motor kesayangan papanya dengan wajah masam.

"Kamu? Naik motor?" Alis Sam terangkat sebelah, ia keluar dari mobil dan menghampiri Ulfa yang duduk di pinggir trotoar. "Keliatan banget miskinnya," sambung Sam membuat Ulfa membuka sendal jepitnya berniat menabok bibir Sam.

"Bapak ini mulutnya kok tajem banget, ya. Ngalahin si Winda biang gosip di kampus," cakapnya dengan nada sinis, ia memalingkan wajah berharap menemukan pertolongan lain walau pengen banget ditolongin dosen barunya ini.

"Kamu itu cantik," madah Sam membuat pipi putih itu merona. "Tapi bohong," sambungnya dengan gelak tawa yang tak mampu ditahan, apalagi bibir Ulfa yang awalnya naik langsung melengkung ke bawah.

Sam memang orang yang dapat mematahkan hati cewek dalam sekali kedip. Alih-alih menggombal, dia malah mencampakkan Ulfa bak seonggok lemak yang harus disingkirkan sesegera mungkin.

MAHASISWI BUCIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang