♥d u a s a t u♥

4.5K 587 25
                                    

"Tarek ses!"

"Semongko!"

"Ah mantap!"

Begitulah. Selesai acara kangen-kangenan kini kelas dipenuhi suara berisik yang muncul dari mulut-mulut jahara. Mumpung dosen yang seharusnya masuk berhalangan membuat surga dunia bagi mahasiswa terbuka lebar.

"Gue kemaren nonton tutorial mekap," ucap Nani membuka percakapan setelah hening beberapa detik.

Ulfa meneguk air mineralnya, menatap penuh keraguan, "Yakin lo tutorial mekap?"

"Meragukan gue lo?" Nani menatap jengah.

"Jari lo kan suka kepleset nekan link haram," celoteh Ulfa tanpa dosanya.

Hal itu sukses membuat Mirda dan Sulas terbahak.

"Sialan lo." Nani melempar tisu bekas lap ingus ke arah Ulfa.

"Serius ini, ah!"

"Iya ini kami dengerin."

"Gue nonton tutorial mekap, pas bagian alis kok dia bisa bikin bentuk bukan main rapi tapi pas gue yang praktekin malah kek celurit belum diasah, melengkung kebangetan," curhat Nani membuat tawa pecah seketika.

"Tolonglah Mas, begonya dikurangin." Mirda terbahak.

Sulas menimpali, "Gue tau lo Oneng tapi ya gak segitunya juga sih."

Nani memicingkan mata, "Harusnya sebagai sahabat lo dukung gue yang punya niat belajar dandan, ini apa? Sia-sia RA Kartini memperjuangkan hak wanita tapi di jaman modern wanita ayu, manis, imut, menggemaskan kek gue terbully."

"Lebaaay!" sorak Ulfa dan Mirda serentak.

"Wah, dalam kasus bully membully kalian kompak sekali!" Nani bertepuk tangan dengan ucapan penuh sarkasme.

"Ni yah, Nan. Orang lain kalau dandan hasilnya cakep. Lo dandan awal jelek akhirnya juga jelek, perfect banget!" ledek Ulfa sambil memegangi perut karena tak kuasa menahan tawa.

"Gue rela terbully asal pas mati gue masuk Surga lu bertiga nyemplung ke neraka," sahut Nani berusaha tenang meski ternistakan.

"Surga jendulmu."

"Enak aja lo, emangnya lo Tuhan penentu surga dan neraka umat?" cibir Mirda sambil meringis karena tutup Coca cola susah dibuka.

"Iya kalian juga masuk surga," ujar Nani mengalah, "Tapi selangkah lagi malah kepleset."

"Bang--Pak!" Ulfa yang awalnya hendak memaki langsung undur diri menuju pintu kelas.

Sam yang awalnya ingin cepat sampai ke kelas terpaksa membaca doa-doa yang ia hafal agar tak tertahan di depan kelas Sosiologi ini.

"Pak, kemarin ngomong apa sama Bang Imran?" tanya Ulfa basa basi.

"Kepo."

"Ya Allah, Pak. Saya 'kan kepo dalam hal kebaikan." Ulfa mengerjap sok polos, "Jangan-jangan Bapak sama Bang Imran kongkalikong ya makanya saya diizinin tetep di sini. Wah, ternyata Bapak luar biasa cinta sama saya sampai berjuang sejauh ini. Terharu diriku, Nak." Ulfa memegang dada lagi-lagi bertingkah sok terharu.

Sam yang awalnya punya niat lain yakni membanting tubuh menyebalkan di sebelahnya pun terpaksa urung, kalau dibanting gak akan ada gunanya. Toh, makin dibanting makin eror otaknya.

"Saya permisi."

"Pak, kok makin ke sini ngomongnya makin irit, abis sedekah kata-kata sama siapa?"

"Ngelantur."

"Ih, Pak tunggu jangan pergi dulu."

"Saya mau ngajar loh ini."

MAHASISWI BUCIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang