♥t i g a l i m a♥

2.6K 296 11
                                    

"Fa, dipanggil Pak Sam tuh," kabar Sella dari pintu masuk.

Ulfa berdiri malas. Kangen sih, tapi gengsi. Ada kesempatan untuk melihat Sam, kenapa gak digunakan sebaik mungkin. Iya, 'kan?

"Mo ngapain dia?" tanya Ulfa.

Sella menggedikkan bahu, "Dateng dulu aja."

"Hmmm."

Ulfa melangkah pelan menuju ruangan Sam, masih belum berani berlari karena badannya belum sembuh benar, sesekali terasa perih atau nyeri di dadanya.

'Bruuuk!'

"Aih bangsat sia!" maki Ulfa mengamuk, tubuhnya ditabrak Kholifah alhasil ia terjatuh dengan posisi tidak etis.

"Wah ramah sekali mulut Anda," sarkas Kholifah berdiri angkuh tak berniat membantu Ulfa yang masih terduduk kesakitan.

Nyeri di dadanya kambuh lagi. Ulfa mengeluh pelan, menggigit bibir bawah menahan rasa panas yang menjalar di sekitar matanya, ia ingin menangis saking sakitnya. Gadis itu mengerjap beberapa kali, menghela napas lalu berdiri pelan-pelan. Kali ini netranya menusuk Kholifah sampai ke tulang sumsum.

"Ibu Kang Diet yang terhormat, itu jalannya masih lebar loh, kenapa nyerepet ke jalan saya? Nyari masalah sama saya Buk? Bilang dong, saya ladenin kok, asal ada asuransi kalo salah satu masuk rumah sakit," rutuk Ulfa sembari memperbaiki tatanan rambutnya yang berantakan.

"Wah mantan ketemu mantan nih," tegur Aryon yang baru saja keluar dari ruangan Sam.

"Apa? Mantan?!" teriak Ulfa lebai. Kholifah meringis.

Sam yang berdiri di belakangnya langsung mendelik kaget. Ulfa tak kalah kaget, mulutnya menganga lebar sebagai bentuk ungkapan kekagetannya, Aryon mendekat, menaikkan dagu Ulfa ke atas agar bibirnya terkatup.

"Ma-mantan Pak Sam?" Telunjuknya terarah ke wajah Kholifah. Ulfa menatap Sam lama, meminta penjelasan tetapi pria itu bungkam.

"Lhoo, kamu ndak tau ya kalau Kholifah ini mantannya Sa-emmmh?!" Ucapan Aryon terpotong oleh bungkaman Sam.

"Jangan nyari masalah, Yon," bisik Sam tajam. Aryon mengangguk dan Sam langsung melepaskan bekapannya.

"Masuk." Sam menatap Ulfa tajam, mendelik kesal ketika gadis berbaju merah itu bergeming.

"Ulfaira Cecilia, masuk saya bilang," ulang Sam dengan nada tegas.

"Ah? Hehe iya ini saya masuk." Dengan kepala menunduk Ulfa masuk ke ruangan dosennya menyisakan Sam, Aryon dan Kholifah di luar ruangan.

"Jangan ngomong macem-macem," tekan Sam menatap Aryon yang bungkam menyadari kesalahannya.

"Sam ak-"

"Jangann masuk, biarin mereka selesaikan masalah masing-masing," larang Aryon menahan lengan Kholifah lalu menariknya menjauh dari ruangan Sam.

Pemilik alis tebal itu menggeram pelan, ia masuk dan mendapati Ulfa hanya diam menunduk di kursinya. Sam memegang kepalanya pening, mulut Aryon memang tak bisa dikunci.

"Kamu gak apa-apa? Saya den-"

"Bener Ibu tadi mantan Bapak?" potong Ulfa tak memberi ruang pada Sam untuk menunjukkan perhatiannya.

Sam terdiam beberapa saat. Keheningan menguasai suasana mereka. Ulfa menampar pipinya pelan membuat Sam langsung mencekal tangan yang kembali terangkat guna menampar pipi sebelahnya.

"Kenapa sih! Jangan nyakitin diri sendiri, kamu bukan anak kecil lagi!" bentak Sam kesal, dia memegang pergelangan tangan Ulfa takut jika dilepas gadis ini akan bertingkah lagi.

"Jadi ini alasan Bapak mutusin saya? Gara-gara Mantan Kesayangan Bapak balik? Saya ini apa sih, Pak? Gak ada artinya ya?" tanya Ulfa dengan menekan kata mantan kesayangan, kata-katanya ditanggapi gelengan kuat Sam.

"Kamu pasti udah tau alasan saya apa. Kenapa masih mikir yang enggak-enggak, sih?" Sam bertanya balik dengan nada jengah. Dia menyugar rambutnya malas.

"Sebenernya apa sih rencana Bapak? Bikin runyam tau gak, tinggal laporin ke polisi 'kan beres semuanya, gak akan susah-susah pake acara putus segala, nyesek tau Pak. Sakitnya tuh di sini di dalam hatiku," seloroh Ulfa seraya bernyanyi di akhir kalimat.

Sam tersenyum kecut, "Jadi ... kamu masih sayang sama saya?"

"Menurut ngana?" sinis Ulfa tajam, dia beranjak dari tempatnya duduk, berniat keluar.

"Eeh tunggu dulu, saya belum selesai ngomong," tahan Sam.

"Saya yang udah selesai ngomong," balas Sari malas.

"Faaa." Sam membujuk dengan nada memelas, "Please, dengerin dulu saya ngomong."

Ulfa berdehem sebenarnya, menimbang semuanya sebelum mengangguk setuju. Dia kembali duduk.

"Kholifah memang mantan saya, dulu saya pengen nikah dengan dia tetapi karena suatu insiden saya terpaksa melepas dia," papar Sam.

Ulfa malah salfok dengan kata terpaksa melepas, ia mengalihkan atensi ke pintu, membiarkan Sam menjelaskan sampai habis.

"Mereka semua berkaitan, Fa. Kholifah, Amir dan ...." Sam menjeda kalimatnya. Pria itu duduk di samping Ulfa, meraih sebelah tangannya lalu menciumnya berulang kali. "Mark serta kasus pembunuhan Seno," sambungnya berat.

Ulfa menegang. Seno? Oh, pria yang mati-matian menjaganya sampai rela menyerahkan nyawa untuknya. Ulfa diam sejenak, menunduk dalam-dalam kembali teringat moment bahagianya tiga tahun silam.

Genggaman di tangan Ulfa mengerat. Gadis itu menoleh, mendapati Sam menatapnya tajam, sangat tajam.

"Jangan bilang kamu masih cinta dengan Seno."

Nada bicaranya terdengar seperti ... cemburu. Haha, Ulfa terkekeh kecil melihatnya.

"Kalau iya kenapa?"

Sam melepas tautan tangannya, beranjak menuju meja dan duduk di atasnya. Kedua tangannya terlipat di depan dada dengan alis bertaut serta bibir yang mengatup rapat.

Gini amat punya gebetan cemburuan.

Inget Fa, udah mantan.

"Cemburu hmm?" tanya Ulfa jahil.

"Menurut ngana?"

"Lagian Bapak ngapain cemburu sama orang yang udah gak ada. Saya loh Pak, saingannya mantan Bapak yang ... err bahenol, seksi, menggoda iman dan taqwa, apa saya bisa percaya sama Bap--akhhh Pak!"

Ulfa terperanjat setengah mati saat Sam menarik tangannya membuat tubuh Ulfa menabrak dada bidang Sam. Mata Ulfa melotot kaget, apalagi aroma maskulin menguar dari tubuh Sam.

'Ya Allah, godaan apa lagi ini?' batin Ulfa menangis pedih. Andai halal.

"Kamu jangan ragu, saya gak akan kegoda karena bagi saya cuma kamu gadis yang saya suka. Paham?" jelas Sam memeluk pinggang Ulfa posesif. Menjatuhkan dagu ke kepala Ulfa, matanya tertutup rapat. Sam menikmati.

"Pak."

"Emmm."

"Bapak modus ya?!"

"Modus gimana?"

"Ngapain peluk-peluk sa--"

"Gak usah protes, gak kerasa, soalnya tepos," komentar Sam menahan tawanya.

"ARGHHH DOSEN SIALAN!"

~bersambung~

Sabar, Fa. Kita sama.

Sama-sama tepos

Hahanjim😂

MAHASISWI BUCIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang