Makasih banyak buat apresiasi kalian, yang udah vote, komen, follow, makasih banyak. Makin ke sini ceritanya memang makin rumit karena gue mau sisipin beberapa pesan moral karena kehidupan Sam ga secemerlang jidatnya. Ehek.
So, stay dan pentengin terus kubu Sam dan Ulfa.
Mangats puasanya!
*
*
*[Heh Melda! Dasar pelakor, suami saya kamu embat juga! Gak ada akhlak kamu ini, ya!]
[Maaf Mbak, saya Ulfa anak Pak Abigael bukan Melda.]
[Astagfirullah maaf Neng salah kirim.]
Ulfa menunjukkan senyum sebelah, "Pinter juga nih Ibuk-ibuk ngeles. Hmmm, jarum sama boneka jerami mana, ya?"
Pagi-pagi udah dapat chat begituan, gimana gak hancur mood-nya. Ulfa melempar HP sembarang, meraih guling kemudian menarik selimut menutupi seluruh tubuh. Kembali ke alam mimpi.
Kebetulan hari Jum'at kuliah hanya 2 sks, Ulfa dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan tidur sampai siang.
Akan tetapi, baru terlelap beberapa saat suara bel berbunyi mengusik ketenangan gadis cantik dengan iler di pinggiran bibirnya. Ulfa menyibak selimut sambil mendumel malas.
"Siapa sih datang pagi-pagi gini."
Orang rumah sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Alfi kuliah, Imran dan Abigael kerja, tukang kebun pastinya sedang memangkas rumput liar yang mulai tumbuh tinggi di halaman belakang.
Ulfa membersihkan wajah dulu di kamar mandinya, baru turun ke lantai bawah guna membukakan pintu untuk tamu. Dia menatap kanan kiri keheranan, tak ada orang tapi bel berbunyi. Wah, genre cerita berubah jadi horor.
"Orang iseng?" Ulfa berbicara sendiri, menggaruk rambut yang awut-awutan masih celingukan mencari orang iseng itu.
"Ganggu aja nih setan," lanjutnya berniat menutup pintu tetapi urung saat tatapannya jatuh ke bawah, di sana sudah tergeletak kotak mirip kotak sepatu bedanya kotak kecil ini diberi hiasan berupa pita dan dilakban.
"Mungkin dari Pak Sam," duganya seraya mengambil kotak tersebut. Dia memilih duduk di ubin teras rumahnya ketimbang masuk ke dalam.
Cekatan. Ulfa membuka kotak tersebut. Saat terbuka, semerbak bau busuk menguar di udara, membuat mual siapa pun yang menciumnya. Ulfa bangkit lalu memuntahkan air sambil bergidik geli.
"Siapa sih orang iseng ini! Bangsat!" makinya saat melihat bangkai tikus di dalamnya.
Saat akan membuang, lagi-lagi tatapannya jatuh pada secercik kertas putih yang menempel di badan tikus.
'Hanya hadiah kecil dari saya, mungkin akan jadi besar kalau kamu masih bertahan dengan Sam. Cepat putuskan hubungan kalian agar hidupmu kembali tenang.'
"Hadiah kecil pala lo jendul!" Ulfa mencela geram. Segera membuang kotak itu ke tong sampah, berharap baunya hilang. Jujur saja Ulfa tak akan makan kalau begini kejadiannya.
Gadis bermanik kecokelatan itu melihat jalan besar di depan gerbangnya. Di sana seseorang dengan pakaian serba hitam menaiki motor ninja dengan warna senada tampak mengintai.
"Woy jangan kabur lo!" Ulfa berlari membuka gerbang rumah, mencaci geram saat si pengendara sudah melaju dengan motornya.
Sudah semingguan ini dia diganggu orang tak dikenal. Di cafe kemarin, di kantin, kelas, bahkan saat di rumah pun tak luput dari gangguan. Dia belum menceritakan kejadian ini ke Sam, tak ingin pria itu ikut kepikiran. Namun, kalau terus menerus terjadi hal yang sama, apa boleh buat, Ulfa butuh Sam karena dia yakin ada hubungannya dengan keluarga pihak kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHASISWI BUCIN (END)
Humor"Pak, kayaknya mata Bapak ini lampu merah, deh." Ulfa menatap Sam sambil tersenyum sebelah. Sam menoleh acuh, "Lampu merah?" "Iya, tiap ngeliatnya saya jadi berhenti terus," sambungnya sambil cengengesan "Mau belajar apa gombal, heh?" tanya Sam jeng...