Bagian 22

4.5K 521 29
                                    

"Affa! Hey hey affa!!" Teriak raffi lagi sambil sedikit mengguncang tubuh raffa

Namun nihil, panggilan raffi hanya tenggelam dalam ruangan tersebut. Tak ada jawaban. Yang ada hanyalah gemaan semata.

Tak lama terdengar samar beberapa suara sepatu yang masuk ke pendengaran raffi yang mendekat ke arahnya dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Raffi tenang dulu okey, biar raffa ditangani vino. Lepaskan dulu raffa hmm" ucap brian sambil melepas pegangan raffi pada tubuh raffa dan menarik raffi agar sedikit menjauh dari raffa dan memudahkan bagi mereka untuk mempercepat melakukan penanganan

"Ngga mau kak, lepasin kak, lepasss!!" Teriak raffi sambil berontak.

"Raffi tenanglah. Raffa akan baik-baik aja" ucap brian dingin

"Ngga. Ngga. Nggak kak. Raffi mau affa kak! Tolong lepasin kak, lepaa--Akh" ucap raffi masih tetap mencoba memberontak dari pelukan brian. Tetapi usahanya sia-sia karena aran yang baru saja memasuki kamar raffi langsung mendekat ke arah raffi dan menyuntikkan obat penenang pada lengannya.

Tak mau menyia-nyiakan waktu, brian menggendong tubuh raffi dan membawanya keluar kamar raffa dan membawa ke kamar raffi sendiri.

Disisi lain dengan sigap, bram mengambil alih tubuh raffa dan meletakkannya diatas ranjang. Vino yang masih berkutat dengan alat medisnya mempersiapkan alat dan obat yang dibutuhkan raffa pada penanganan pertama seperti infus, jarum suntik, stetoskop, dan lain sebagainya. Begitu juga aran membantu pemeriksaan raffa dan membantu memasangkan infus  sedangkan vino memakaikan alat membantu pernapasan raffa karena napas raffa yang melemah. Tak lupa pula, aran menyuntikkan beberapa obat yang dibutuhkan oleh tubuh raffa.

Bram memperhatikannya penanganan yang dilakukan untuk raffa. Jujur hatinya sakit melihat tubuh raffa yang tampak lesu, lelah, dan bibir pucatnya yang terpatri dalam wajah anaknya. Selama tiga hari sebelumnya mereka telah mencoba untuk membujuk reino untuk makan dan minum, tetapi langsung ditolak. Jika memaksanya dengan melakukan pembiusan, yang mereka takutkan adalah nanti reino jika keluar lagi akan berontak dan melakukan hal yang tidak bisa mereka prediksi yang justru akan membahayakan anak bungsunya. Apalagi 3 hari ini merupakah hari terlama menurut mereka sosok reino bertahan.

"Bagaimana kondisi raffa, boy?" Tanya bram

"Kondisi raffa sangat lemah dad. Dia kekurangan cairan dan nutrisi, imun raffa juga menurun drastis, tubuh raffa bekerja secara berlebihan selama tiga hari ini dad dengan tidak tidur dan juga dia tidak mengonsumsi makanan apapun. Sehingga raffa butuh istirahat total dad, kemungkinan besok raffa baru sadar" tutur vino

"Selain itu, secara fisik memang tubuh raffa sangat lelah dad. Begitu juga dengan emosionalnya. Seperti yang dad tau, selama ini raffa tidak pernah mengeluh sedikitpun. Bahkan raffa tidak berbagi masalahnya sendiri. Oleh karena itu, kedepannya mungkin kita harus memberikan pengertian lagi kepada raffa dan jangan terlalu menekan diri raffa dad. Kita harus meyakinkan raffa bahwa kita akan selalu ada untuknya untuk kondisi apapun dan kapanpun" lanjut aran

"Baiklah. Sekarang kalian istirahatlah. Kalian juga harus jaga kesehatan kalian. Dad tau, kalian terlalu memforsir diri kalian sendiri baik untuk bekerja atau menjaga si kembar. Dad juga tidak mau ada penolakan" Tutur bram saat mengetahui vino akan kembali berbicara.

"Baiklah dad" jawab keduanya serempak kemudian keluar dari kamar raffa dan menutup pintunya dengan pelan.

Setelah keduanya pergi, bram mendekat ke arah raffa. Mengecup lama kening raffa dengan sayang.

"Jangan sakit lagi, daddy mohon" lirih bram

Kemudian bram duduk di ranjang raffa dan tetap memandangi wajah sang anak yang pucat itu dan tangannya juga sesekali mengelus rambut raffa.

RAFFA (OVERPROTECTIVE FAMILY) SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang