Bagian 19

4.2K 530 28
                                    

Dalam perjalanan pulang ke mansion, raffa masih diam dalam dekapan bram. Bram yang sejak tadi mencoba untuk mengajak raffa berbicara hanya dibalas dengan jawaban, iya, dan tidak tau. Merasa bahwa raffa tidak mau diajak bicara, bram membiarkan perjalanan ke mansion tetap sunyi dengan tangannya yang tetap mengelus punggung raffa dan sesekali mengecup pucuk kepala raffa dengan sayang.

Cukup lama menempuh perjalanan, kendaraan yang dinaiki oleh ayah dan anak tersebut telah berhenti di halaman mansion wijaksa. Dengan sikap bodyguard yang bertugas membantu membukakan kursi penumpang. Bram keluar dengan tetap mengendong raffa kemudian berjalan masuk ke dalam mansion dan bram membawanya langsung ke kamar raffa.

"By,, sekarang istirahat dulu yah" tutur bram membaringkan tubuh raffa diatas ranjang

Raffa hanya diam tanpa membalas komentar ayahnya tersebut.

"Daddy tinggal dulu untuk bersih-bersih dulu yah?" Pinta bram

"Iya dad" jawab raffa yang terbaring dalam ranjang

Cup

Bram mengecup singkat dahi raffa sebelum keluar dari kamar raffa. Raffa membalasnya dengan senyum manis nan tulus kepada bram.

Sejak awal dalam perjalanan ke mansion raffa diam karena memikirkan apa yang akan dia lakukan adalah pilihan yang terbaik atau tidak. Raffa juga ingin memeriksa ponselnya, apakah dugaannya benar. Tetapi, tidak bisa karena masih ada bram disampingnya. Pikiran raffa melayang kesana kemari membuatnya batinnya tertekan dan berujung pada rasa pening yang ditahannya sejak tadi agar bram tidak merasa khawatir padanya. Raffa tidak mau memberitahu bram karena takut membuat bram lebih terbebani.

Merasa cukup berbaring, raffa mengambil ponsel di dalam tasnya. Kemudian memeriksa notifikasi dalam ponselnya.

From : 08xxxxxx
Hadiah kecilku karena kau telah mengabaikan peringatanku. Bagaimana? Kau suka anak sial?

To : 08xxxxxx
Jangan sakiti keluargaku. Baiklah aku akan mengikuti kemauanmu. Aku harap kau tepati janjimu

From : 08xxxxxx
Good choice. Semua tergantung dengan tindakanmu

Setelah mengirim pesan tadi, raffa kembali menghapus semua riwayat pesan. Lama berpikir mengenai kemungkinan-kemungkinan, raffa harap pilihan ini adalah yang terbaik pikir raffa. Besarnya tekanan batin dan pikiran yang menimpa raffa membuat raffa semakin merasakan pusing dikepalanya. Raffa mencoba untuk menekan bagian pelipis untuk mengurangi rasa pusing. Tetapi, justru makin lama rasa pusing tersebut semakin mendera.

Merasa tidak sudah tidak kuat, raffa mencoba berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit sempoyongan. Ya, raffa takut bram tau mengenai keadaannya. Setelah masuk ke dalam kamar mandi, raffa langsung mengunci pintu.

Bruk

Raffa meluruh ke lantai dibalik pintu.

"Raffa?Kau tidak akan sanggup melawannya" suara terdengar dalam benar raffa yang tidak raffa ketahui suara tersebut berasal darimana.

Raffa menengok ke kanan ke kiri dan ke segala arah di kamar mandi, tetapi tidak ada siapapun.

"Kau mencariku. Hahaha" suara itu kembali terdengar oleh raffa

"Kau siapa" ucap raffa sambil tetap mencari asal suara yang raffa dengar

"Memang kenapa jika kau tau aku haha. Kau juga tidak bisa melihatku. Hahaa. " jawabnya

Raffa merasa makin lama kepalanya semakin sakit.

"Sudahlah. Kau lepaskan saja rasa sakit dikepalamu. Jangan kau paksa untuk ditahan. Haha. Karena semakin lama kau menahannya maka sakitnya akan semakin menjadi. Haha"

"Kau siapa? Mau apa kau?" Lirih raffa

"Kau lupa? Padahal aku telah meninggalkan jejak sebelumnya di kakimu."

"Kaki?" Gumam raffa sambil mengingat-ingat dengan kata kaki.

"Reino?" lirih raffa setelah sekian lama berpikir dengan menahan rasa sakit.

"Kau ingat? Hahaa. Ya aku adalah reino. Aku yang selalu disisimu sejak kau berumur 4 tahun. Aku juga yang selalu menemanimu. Selama belasan tahun ini. Tapi, kau lupa padaku. Akh aku lupa. Memang sejak dulu aku tidak pernah menunjukkan diriku padamu."

"Jangan bercanda. Mau apa kau?" Lirih raffa yang justru rasa sakitnya semakin menjadi karena mencoba untuk melawan

"Sudah kubilang. Jangan ditahan atau kau akan semakin merasa sakit. Dan Aku tidak bercanda. Coba kau pikirkan lagi. Apakah kau pernah tiba-tiba berada disuatu tempat? Kenapa tiba-tiba ada luka dikakimu? Dan hal lain yang kau anggap janggal. Tapi kau abaikan. Sekarang coba kau lihat dirimu ke cermin"

Raffa kemudian mencoba berjalan ke arah westafel dengan sedikit tertatih dan berpegangan pada tembok agar tidak terjatuh. Setelah mencapai westafel raffa menatap cermin tersebut dengan kedua tangannya menahan dirinya sendiri agar tetap berdiri.

"Lihatlah. Itu adalah aku. Reino. Yang selalu menemanimu selama ini. Bahkan lebih lama dari keluargamu"

"Ngga,, ngga,, ngga" racau raffa sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan tubuhnya meluruh ke lantai.

Saat raffa menatap cermin. Yang terlihat memang tubuh dan wajahnya yang sama. Tetapi sinar kedua mata itu berbeda. Yang satu tampak hidup walau terlihat lelah dan cukup putus asa. Namun, satu matanya terlihat dingin dan tidak terlihat keinginan sama sekali seperti mati.

"Kenapa kau menolak? Itu adalah aku.yang.ada.dalam.dirimu.raffa.aku.adalah.reino."

"Jadi sekarang akuilah kalau aku.adalah.kamu"

"Aarrrgggghhhhhhh" erang raffa dengab kedua tangannya menjambak rambutnya karena rasa sakit yang raffa rasakan seperti sudah pada puncaknya. Sakit sekali

"Raffa! Raffa!! Raffa!!! Buka pintunya raffa!!!" Ucap bram sedikit berteriak sambil mengedor pintu kamar mandi raffa setelah mendengar teriakan raffa saat baru saja kembali dari membersihkan dirinya dan kembali ke kamar raffa untuk memeriksa apakah raffa sudah tidur atau belum.

"Aaarrrggghhh!" Erang raffa lagi

"Sudah kubilangkan. Lepaskan jangan ditahan"

"Buka pintunya raffa!! Kamu kenapa?! Jangan buat daddy khawatir. Menyingkirlah raffa dari pintu. Daddy akan dobrak pintunya!!"

Brak brak brak

Bram mencoba mendobrak pintu kamar mandi raffa, tetapi tidak kunjung berhasil.

"Aarrgghhh. Sa-kit-Dad-dy" lirih raffa sebelum akhirnya kedua mata tertutup.

Braaaakkkkk

Dobrakan yang cukup keras akhirnya membuat pintu kamar mandi raffa terbuka.

"Raffa!!!" Teriak bram kaget melihat raffa yang terbaring dilantai dengan posisi wajahnya menghadap lantai.

Tak lama, kepala raffa mendongak ke atas tepatnya mengarah ke arah bram.

"Raffa telah tertidur" ucap tubuh raffa

Deg

Seketika itu juga bram terdiam. Nada bicara dan sorot mata ini bukan raffa tetapi reino

▪️▪️▪️▪️

RAFFA (OVERPROTECTIVE FAMILY) SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang