Bagian 3

9.2K 714 31
                                    

"Waktunya ganti perban baby" ujar aran saat memasuki ruangan raffa

Bram yang sejak tadi menemani si bungsu segera beranjak dan memberikan ruang kepada aran untuk mengganti perban raffa baik pada bekas operasi lambungnya dan kaki kanannya yang terkena tembakan sebelum. Raffa yang memang tidak mengerti hanya diam saja dan menerima apa saja yang akan abangnya lakukan terhadap dirinya. Karena memang sejak tadi raffa tertidur hanya 5 menit saja. Kemudian kembali terbangun dan tanpa ada niatan untuk tidur lagi. Yang dia lakukan hanyalah mendengarkan cerita sang daddy tentang hal-hal random dan membalasnya dengan jawaban-jawaban singkat saja.

Perlahan aran mulai membuka kancing baju raffa untuk mengganti perban berkas operasi lambungnya.
Membuka perban dan mengolesnya agar kembali steril dan memasang perban baru. Begitu juga dibagian kaki kanan raffa diperlakukan sama. Raffa hanya menunjukkan ringisan pelan saat aran mulai menyentuh luka tersebut.

"Selesai" ucap aran

"Ada yang sakit?" Lanjut aran sambil membersihkan sisa-sisa peralatan dokternya

"Badan raffa lemes bang" lirih raffa

"Itu wajar kok. Karena tubuh baby kekurangan nutrisi. Makan lagi yah?" Tawar aran

Raffa menggeleng pelan.

"Ngga enak makan" tambah raffa

"Dicoba dulu yah" bujuk aran lagi

Raffa menggeleng.

"Yaudah minum aja yah" pinta aran yang sudah tidak bisa membujuk bungsu

Raffa mengangguk pelan dan aran segera membantu raffa meminum minumannya.

▪️▪️▪️▪️

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti  hari dan hari berganti minggu. Hingga tak terasa raffa sudah 2 minggu dirawat dirumah sakit. Keluarga wijaksa entah mengapa merasa ada yang berbeda dengan sikap si bungsu. Kurang ada binar semangat dimatanya dan lebih pendiam dibanding sebelumnya. Walaupun begitu keluarga wijaksa tetap berpikir positif bahwa raffa masih sakit sehingga emosinya sedang turun. Tubuhnya juga kian mengurus. Karena raffa hanya makan maksimal 5 suapan kemudian disudahinya dan kembali makan hanya sesuap dua suap saja. Itu juga dengan proses rayuan yang tak kunjung usai. Jahitan raffa juga sudah dilepas. Hanya masih diperban untuk melindungi lukanya.

"Dad, kapan raffa pulang? Raffa bosen" ucap raffa pada sang daddy yang kebetulan diruangan tersebut hanya ada bram dan valeri. Sedangkan yangnlain mengurus urusannya masing-masing baik dengan pekerjaan maupun sekolah.

"Tapi baby belum sembuh total sayang" tutur bram

"Raffa mau pulang dad. Ngga papa raffa dirawat dirumah aja hmm" pinta raffa

"Nanti kita tanya kak vino atau bang aran yah" bujuk bram

Tak lama vino masuk ke ruangan raffa karena shift kerjanya telah usai.

"Hei baby.. kenapa mukamu masam begituu hmmm" ucap vino sembari mendekat ke arah brankar

"Mau pulang" jujur raffa

"Tapi baby belum sembuh total sayang" sahut vino

"Dirawat dirumah aja" jawab raffa dengan muka memelasnya

Vino yang mendapat penuturan raffa langsung menatap sang daddy meminta persetujuan. Bram yang paham pun menyetujui kemauan raffa karena bram takut raffa tertekan secara psikis.

"Kakak periksa dulu yah biar bisa tau baby udah boleh pulang atau belum" balas vino

Raffa mengangguk

Vino segera melakukan pemeriksaan sesuai dengan tugasnya dengan meletakkan ujung stetoskop kedua telinganya dan ujung lainnya ke arah tubuh raffa dan menanyai beberapa pertanyaan untuk memastikan sekali lagi apakah raffa baik-baik saja jika diperbolehkan pulang. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, vino meletakkan kembali stetoskop tersebut di saku baju dokternya.

"Baiklah, baby boleh pulang-" ucap vino

"Makasih" potong raffa saat mendengar vino memperbolehkannya untuk pulang kerumah

"Tapi dengan syarat, baby tidak boleh turun dari tempat tidur kecuali diizinkan oleh yang lainnya dan baby juga harus istirahat total" jelas vino

"Iya kak" sahut raffa agar lekas pulang dan menampilkan senyum manisnya kepada vino.

Vino yang melihat senyum manis adiknya segera mengelus rambut raffa sayang dan mengecupnya lembut.

"Sekarang ya kak pulangnya?" Mohon raffa

"Dengan syarat baby makan dulu" tutur vino

Raffa yang mendengar penuturan vino untuk makan langsung merasa lesu. Karena dia harus berhadapan dengan bubur tak ada rasa dimulutnya. Tetapi, dia juga tidak bisa mengelak, karena hanya makanan itu yang saat ini hanya diperbolehkan oleh keluarganya. Maka mau tidak mau dan suka tidak suka, dia tidak bisa menolak. Yang bisa dia tolak hanya jumlahnya saja.

20 menit telah berlalu, raffa telah menyelesaikan 3 suapan makannya dan semua keperluan raffa juga telah dikemas dengan apik. Hanya menyisakan melenggang pergi dari ruangan itu saja.

Vino mendekat ke arah brankar raffa sambil membawa kursi roda dan meletakkannya persis disebelah kanan. Bram mengangkat raffa ala bride style kemudian mendudukan bungsu di kursi roda tersebut. Infus raffa masih setia menemani untuk meningkatkan daya tahan tubuh raffa yang masih lemah.

"Sekarang kita pulang" tutur bram

▪️▪️▪️▪️

RAFFA (OVERPROTECTIVE FAMILY) SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang