Bagian 51

2.8K 362 28
                                    

Setibanya di kamar raffa, bram segera meletakkan tubuh raffa di ranjang dan berjalan menuju walk in closet untuk mengganti baju raffa yang sudah terciprat oleh darah dan terkontaminasi bau alkohol.

Aran yang baru memasuki kamar raffa juga segera mendekat ke arah adiknya lengkap dengan perlengkapan dokternya. Aran mulai membersihkan luka raffa dengan alkohol baik di lengan dan telapak tangan raffa yang masih senantiasa meneteskan darah. Setelahnya baru menutupi luka tersebut dengan kasa mengingat luka raffa cukup panjang dan sedikit dalam.

Bram mendekat dan mulai mengganti pakaian yang dikenakan anaknya menggunakan baju yang lebih nyaman dan hangat sambil memperhatikan wajah raffa yang kian memucat. Wajah itu terlihat tidak secerah biasanya. Bahkan bekas tamparannya sendiri pada pipi sang putra masih tampak tercetak jelas.
Dia sedih tentu saja. Apalagi orang yang menampar anaknya adalah dirinya sendiri.

"Bagaimana aran?" Tanya opa yang sudah di kamar raffa

"Untuk luka raffa sekarang sudah baik-baik saja opa, aran juga telah menambahkan obat penenang agar raffa istirahat lebih lama" jelas aran

"Lalu bagaimana dengan reino kak?" Sela verrel yang membuat mereka terdiam

"Saat raffa sadar apakah reino akan tetap mengambil alih tubuh raffa kak?" Tambahnya

"Kakak belum tau, tetapi jika dilihat dari psikis raffa. Sepertinya reino saat ini akan menjadi lebih dominan" sahut aran

"Jika memang reino nanti yang ada dalam tubuh raffa saat raffa terbangun, apa yang harus kita lakukan sebelum reino berbuat yang tidak-tidak?" Timpal brian

"Apakah kita perlu mengikat tubuh raffa?" Tambahnya lagi

Pertanyaan brian membuat semua orang yang disana terdiam. Jika raffa yang mengambil alih tubuh raffa sendiri maka mereka bisa mencegah pergerakan raffa. Tetapi tidak dengan reino yang memang memiliki tindakan yang spontanitas dan berbahaya.

"Jika memang perlu, lakukanlah. Tapi jangan sampai menyakiti tubuh raffa" ucap opa

"Jika raffa yang sadar, bukankah itu menyakiti hati raffa karena diperlakukan seperti itu?" Ujar valeri

"Tapi kita tidak punya pilihan lain. Kita tidak mau sesuatu terjadi padanya, jika memang raffa kita hanya perlu meyakinkannya. Jika itu reino maka kita sudah mencegah apa yang akan dilakukannya" tutur opa

"Baiklah. Aku akan mengurusnya" putus bram

"Mas" cela valeri

"Tidak apa-apa. Percayalah" bram menyakinkan valeri

"Kalian istirahatlah, biar raffa aku yang jaga. Kalian juga perlu istirahat" tambah bram

Kurang dari 5 menit semua orang disana sudah meninggalkan kamar raffa. Yang tersisa hanyalah raffa, bram, dan valeri.

"Kau juga istirahatlah, aku tau kau belum istirahat sejak tadi" tutur bram

"Aku baik-baik saja mas" sahut valeri menatap sendu kepada anak bungsunya.

Sedangkan bram sedang menelepon tangan kanannya untuk membawakan barang untuk mengikat tubuh raffa tetapi yang aman agar tidak menyakiti tubuh anak terkecilnya.

▪️▪️▪️▪️

Keesokan harinya di kediaman wijaksa

Raffi masih sudah terbangun dari tidurnya dengan vino yang masih terlelap disampingnya. Saat ini raffi sudah lebih tenang dibanding tadi malam. Dia hanya duduk dengan bersandar dikepala ranjang. Ingin rasanya segera melihat raffa saudara kembarnya, tapi dia takut terbawa emosi. Dia juga belum tau saat ini yang ada ditubuh adiknya itu raffa atau reino.

RAFFA (OVERPROTECTIVE FAMILY) SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang