12. Hak Asuh

10.7K 681 18
                                    

Waduh dilihat dari judulnya aja udah agak dagdigdurser yaaw😭

–oOo–

"Ayah... "

Seakan Aleona telah memenuhi isi kepala Raynold. Suara anak itu berdengung di telinganya. Ia tahu bahwa anaknya sedang tidak baik-baik saja. Tetapi, ia tidak tahu harus mencari Aleona kemana dan bersama siapa anak itu.

Raynold menangis, merutuk diri sendiri semalam suntuk, menyalahkan diri atas hilangnya sang Putri.

Salah sendiri kenapa tidak mau menjemput.

Ia juga sudah mengerahkan beberapa suruhan yang ia sewa dan bahkan polisi sudah bergerak mencari. Namun, tak sedikit pun petunjuk mereka dapat. Bukankah menyerah adalah pilihan yang tepat?

Tidak!

Raynold menepis pikirannya yang ingin menyerah. Bagaimana nasib anak itu jika sang Ayah menyerah? Bagaimana jika Aleona berada di tangan orang jahat? Apa Raynold lebih memilih menyerah dan menyesalinya di kemudian hari?

Lantas, cara apa yang harus ia lakukan untuk menemukan Aleona? Ia sudah mencari dan menyebarkan bodyguard sewaan tetapi tak kunjung ketemu.

"Ray?"

Raynold menoleh ke samping dengan wajah sinis. Ia merasa jijik melihat wanita yang kini mulai mendekat padanya sambil menangis.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Raynold tidak suka. Ia membuang muka lalu berdecih.

Rebecca berdiri di hadapan Raynold yang sedang mengelak untuk bertatap. Wanita itu mulai terisak dengan tubuhnya yang bergetar.

"Kau masih di sini, padahal Aleona entah berada dimana," tuding Rebecca seakan menyudutkan Raynold.

Lantas, Raynold mendongak dan terlihat sangat murka. Ia berdiri dan menarik lengan Rebecca lalu mencengkeramnya kuat sampai wanita itu meringis.

"Tidak perlu sok peduli. Berapa kali lagi harus aku katakan ini padamu?" sergah Raynold tidak terima. Wajahnya memerah siap menerkam. Pun, wanita itu kembali menangis seraya mencoba melepaskan jemari Raynold yang kuat melingkar di lengannya.

"Aleona anakku, dan aku Ibunya. Kau tidak becus menjaganya, kau hanya peduli dengan pekerjaanmu sampai-sampai seorang anak bisa hilang tanpa sepengetahuanmu!" ujar Rebecca dengan nada kecewa.

Ia sebagai seorang ibu layak untuk marah ketika anaknya hilang karena keteledoran yang dipercayai untuk menjaga. Rebecca tidak pernah menginginkan hal seperti ini terjadi kepada putrinya.

"Lalu apa kau sudah melakukan kewajibanmu terhadap anak itu?" tanya Raynold tidak mau kalah. Mereka sama-sama orang tua yang tidak berguna.

"Kau tidak mengerti, kau hanya menggunakan ego mu untuk berpikir," ucap Rebecca sambil terisak disaat cengkraman Raynold melonggar.

Pria itu menarik tangannya lalu dengan nafas memburu ia kembali berkata, "Aku yang memainkan ego atau kau? Tidak perlu seperti orang yang tersakiti seakan kau adalah korban di sini."

"Terserah," desis Rebecca. Ia menyeka air matanya dengan lembut lalu menatap mantan suaminya itu intens sebelum mengatakan sesuatu.

"Aku akan mengurus hak asuh Aleona."

* * *

Raynold semakin frustrasi dan kalang kabut. Ambisi Rebecca untuk mendapat hak asuh Aleona membuatnya tidak bisa berpikir lebih terang lagi. Seakan tidak ada yang berbelas kasihan kepadanya.

Tentu saja Raynold marah ketika wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu mengatakan pasal hak asuh. Raynold membentak dan meneriaki Rebecca saat itu.

Bagaimana bisa wanita itu membicarakan hak asuh sementara selama ini ia tidak peduli dan tidak pernah ada layaknya seorang ibu. Mengingat itu Raynold intropeksi diri, ia juga sama dengan mantan istrinya itu. Ia juga tidak pernah ada buat sang putri walau ia yang membesarkannya.

Ia juga ayah yang jahat!

Hatinya sangat hancur, hancur berkeping-keping. Ingin rasanya memeluk anak itu dan tidak akan pernah melepasnya lagi. Ia sungguh menyesal. Sangat menyesal.

Dengan langkah gontai Raynold memasuki rumahnya. Ia teringat dengan sang putri yang suka berdoa untuknya. Berdoa untuk keselamatannya dan kasih sayangnya.

Raynold berlutut, ia mulai terisak, bahunya bergetar hebat. Ia mendongakkan kepalanya dan perlahan mengangkat kedua tangannya, meminta pertolongan dari sang Maha Pencipta.

Ia akan berdoa untuk sang putri, untuk keselamatan Aleona dimana pun ia berada.

"Ya Allah, pantaskah aku meminta ini? Aku tidak meminta untukku tetapi untuk putriku. Lindungi dia dan pertemukan kami lagi. Dia selalu berdoa kepadamu. Kumohon, lindungi putriku. Aku menyesal karena sudah membuatnya menderita, aku sangat jahat kepadanya, aku jahat! Aku janji akan menjaganya dan tidak akan pernah menyakitinya lagi, tapi kumohon pertemukanlah kami." Raynold tidak kuasa menahan tangisnya. Ia menumpahkan seluruh keresahan hatinya.

"Aku menyayanginya, aku mencintainya. Aku yang menjaganya sedari kecil, aku yang tahu kata apa pertama yang ia ucapkan untuk pertama kalinya. Jangan ambil dia dariku, wanita itu bukan wanita baik-baik, ia tidak berguna jadi Ibu. Dia sudah tega meninggalkan putriku dan sekarang ia datang dan ingin mengambilnya dariku. Aku tidak bisa terima ini.. Aku mohon, jangan ambil putriku."

"Ya Allah, kabulkan lah permintaanku ini."

* * *


Di dalam sebuah ruangan kecil tapi sederhana. Seorang anak kecil sedang menangis sambil memeluk kedua lututnya di sudut ruangan.

Ia menangis ketakutan.

"Ayah, tolong aku..."

–oOo–

Hayoo, kira kira siapa ya yang nyulik Aleona?

Ada yang bisa nebaknya?

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang