Dua jam sudah Raynold lewati hanya untuk menemani sang putri yang masih belum menemukan mainan yang disukainya. Aleona kini berjalan dengan perlahan dengan pandangannya yang lekat pada rak-rak mainan itu.
Gadis kecil itu tampak mengerutkan dahinya dengan wajah yang bingung dan disertai juga jari telunjuk yang mengetuk-ngetuk pelan di dagunya. Aleona mengambil salah satu mainan diantara banyak mainan di rak tersebut.
"Ayah, aku mau yang ini!" ujarnya seraya menunjukkan sebuah kotak yang terdapat boneka Barbie di sana. Itu boneka Princess kesukaannya.
Raynold mengangguk menyetujuinya. Aleona yang melihat itu pun menampilkan guratan senyuman mengembang. Ia memandang mainan barunya itu sebelum akhirnya jatuh di pelukannya.
"Mau yang lain lagi?" tanya Raynold dan mendapati Aleona yang langsung menggeleng pelan.
"Kenapa? Mainan disini, kan, ada banyak," ujar Raynold lagi.
Aleona tampak terdiam sesaat. Ia mengedarkan pandangannya ke atas, seolah tengah memikirkan sesuatu. "Aku boleh meminta satu lagi?" tanya Aleona dengan kedua manik matanya mengarah pada sang ayah.
Raynold mengangguk pelan. "Tentu, sayang," jawabnya dengan mengusap pucuk kepala Aleona.
Kedua mata Aleona menelisik setiap rak-rak mainan yang di sekeliling nya kini. Namun, ia tidak menemukan benda yang dicarinya. Ia lantas meminta Raynold untuk berjalan kembali guna menemukan benda tersebut.
Tibalah mereka pada sebuah rak yang berisikan boneka-boneka yang tersusun rapi. Atensi Aleona dengan cepat menangkap sebuah boneka berwarna merah diantara banyaknya boneka disana.
"Semoga saja, Lucio akan menyukai hadiah ku ini nanti," gumam Aleona pelan.
Aleona ingin membalas pemberian dari sahabatnya tempo hari yang lalu. Anak laki-laki biasanya identik dengan mainan robot, bola, atau mainan mobil-mobilan, bukan boneka.
Mungkin karena belum paham itu, Aleona justru dengan polosnya memilih hadiah sebuah boneka karakter Spider-Man itu. Mungkin juga ia beranggapan jika Lucio akan menyukai jika itu berkaitan dengan karakter kesukaannya, si manusia laba-laba.
"Boneka Spider-Man?" beo Raynold saat melihat Aleona yang tengah memegang boneka yang menyerupai bentuk bulat disertai dengan motif dari karakter Spider-Man tersebut.
Raynold sedikit terkekeh melihat bentuk dan motif dari boneka dengan ukuran lumayan besar itu. Selama ini, ia tidak tahu jika Aleona menyukai karakter manusia laba-laba itu.
"Ada apa, Ayah?" tanya Aleona dengan polosnya.
Raynold kembali menetralkan ekspresinya, tidak ingin mengejek apa yang disukai putrinya. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Tidak mau banyak bertanya lagi, ia lantas menyuruh Aleona untuk mengambil boneka tersebut.
Pria yang menginjak usia berkepala tiga itu kembali menyakinkan Aleona untuk membeli mainan yang lain atau tidak. Namun, gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. Ia menggandeng tangan Aleona untuk lekas menuju ke kasir guna melakukan transaksi pembayaran.
Dua paper bag hasil belanjaan tadi berada di dalam genggaman Raynold. Walau cukup menguras waktu, namun tidak menjadi masalah baginya. Yang terpenting saat ini, ia ingin membuat putrinya merasa bahagia.
Dan benar saja, Aleona tidak marah lagi kepadanya. Ia juga tahu betul, bahwa sebenarnya anak itu juga tidak ingin membuat jarak diantara mereka.
Ia beranggapan, bahwa Aleona telah memaafkannya dan gadis kecil itu juga sangat merindukannya selama tinggal bersama Rebecca akhir-akhir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dad!
General FictionGadis kecil yang menginginkan kasih sayang dari ayahnya, mengharapkan cinta dari sang ayah. Ia terlahir sebagai anak perempuan cantik dengan senyumannya yang manis. Namun, ia di takdirkan sebagai anak broken home yang menjadi korban dari suatu perm...