24. Hujan yang Menemani

2.9K 185 7
                                    

Haloo!

Maaf udah nunggu lama bangett, lagi kena writers block udh bbrp bulan inii huhu T﹏T

–oOo–

Hujan turun dengan deras, awan kelabu menyelimuti atmosfer bumi, hawa dingin menyeruak bak menusuk setiap lapisan kulit manusia.

Suasana rumah menampakkan sepi nan hening. Tidak ada canda gurau diantara ayah dan anak itu seperti dulu. Tidak ada lagi suara riang dari putri kecilnya itu, Aleona.

Saat ini, Raynold tengah duduk melamun di sofa ruang tamunya. Tatapannya kosong, seperti sesuatu sudah menghilang dari benaknya. Putri satu-satunya itu sudah menaruh rasa benci kepadanya.

Pikiran dan hatinya tidak tenang untuk menempuh malam ke pagi hari, terasa begitu berat dan enggan untuk berpindah. Hatinya berkecamuk, apakah Aleona akan membenci dirinya selamanya?

Tidak. Itu tidak mungkin!

Dengan langkah gontai, ia berjalan keatas untuk menuju ke kamarnya. Kamar yang bernuansakan hitam dan putih itu, kembali mengenang akan keberadaan putri kecilnya itu.

Ia teringat jika Aleona takut tidur sendirian, anak itu akan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dan akan memutuskan untuk tidur disini. Tidur bersamanya.

Tangisnya pecah dan sejurus dengan rindunya yang membludak ketika menemukan sebuah boneka panda yang berada di atas nakas. Itu boneka kesayangan Aleona.

Ia memeluk boneka itu dengan begitu erat. Boneka panda itu akan menjadi kenangan untuk Raynold. "Aku merindukan mu, Ale," ucapnya sendu.

Hening menyapanya dan hanya suara hujan yang menemani.

Ia duduk di tepi ranjang, lalu sorot matanya tertuju pada bingkai foto yang berada di dinding. Foto yang menampilkan Aleona tengah memeluk dirinya, anak itu terlihat begitu senang. Dengan senyuman bahagia terukir di bibir tipisnya.

Foto yang dimana saat dirinya sudah mulai menyayangi Aleona. Maka dari itu, wajah putri kecilnya telihat begitu bahagia.

Sudahlah, ini sudah terjadi.

Saat ini, Raynold sudah tidak punya apa-apa lagi. Harta benda? Itu semua sudah tidak berarti lagi baginya, harta satu-satunya yang ia miliki sudah direnggut oleh wanita licik itu. Aleona sangat berharga baginya, bagi kehidupannya.

Wanita itu kembali hanya untuk merusak kehidupannya dan juga putri kecilnya.

Raynold kembali diam beberapa saat, derasnya hujan seolah menelan segala keheningan yang ia rasakan.

"Apa Rebecca akan menjauhkan Aleona dariku untuk selamanya?" pikiran itu terlintas begitu saja.

Lagi dan lagi, Raynold kembali terdiam dan larut kedalam pikirannya, hingga pada akhirnya ia tertidur dan menyusup masuk ke dalam alam mimpi.

Walaupun pahit menerima semua kenyataan ini, Raynold akan tetap menjalaninya dengan tulus ikhlas. Ia akan berusaha mengembalikan anak semata wayang nya itu ke tangannya dan memulai awal hidup baru lagi dengan sang putri.

* * *

"Apa kau tidak ingin makan?" tanya wanita itu dengan nada lembut.

Anak itu menggeleng pelan. Sejak pagi tadi, Rebecca tidak melihat Aleona tersenyum sedikit pun. Menoleh kearahnya pun enggan. Anak itu hanya menunduk dan sering mengurung dirinya di kamar.

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang