30. Surat

3.1K 174 8
                                    

Maaf ya udah jarang up sekarang :(
Semoga kalian ga lupa sama jalan cerita nya 😢

Selamat membaca!

* * *

Semilir angin menerpa jalanan perkotaan yang cukup ramai pada petang saat ini. Beberapa kendaraan roda empat dan roda dua memadati jalan raya. Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas  jalan.

Hal itu kini dialami oleh Shareen. Wanita yang menginjak usia kepala tiga itu, hanya bisa berdecak sebal. Sudah berapa menit lamanga ia menunggu, namun tetap tidak ada celah untuk memajukan mobilnya.

Sesekali melirik ke arah luar jendela guna mencari tahu apa penyebab dari kemacetan yang terjadi saat ini. Nihil, ia bahkan sama sekali tak dapat melihatnya karena jalanan sudah dipadati oleh beberapa kendaraan, terkhusus nya kendaraan roda empat.

Sudut matanya tak sengaja menangkap sosok wanita yang ia kenali. Dengan kaca jendela mobilnya yang setengah terbuka, membuatnya dapat melihat jelas wanita yang berada di bangku pengemudi mobil hitam di sampingnya itu.

Netranya membulat seketika kala wanita itu menoleh kearahnya, seakan sadar bahwa tengah di perhatikan oleh seseorang. Shareen sontak tertegun melihatnya dan langsung membuang pandangannya kearah lain.

Langsung saja, tanpa banyak berpikir lagi, buru-buru Shareen menutup kaca jendelanya. Ia membuang napas lega. Syukurlah wanita itu belum sempat mengenalinya.

* * *

Mobil hitam memasuki gerbang halaman rumah. Sosok wanita berambut sebahu turun dari mobilnya dengan tangannya yang menenteng paper bag.

Ia melangkahkan kakinya menuju pintu rumah tersebut lalu mengetuknya guna dibukakan pintu oleh si pemilik rumah. Namun, tidak ada sahutan dari dalam sana. Tampak sepi, tidak ada orang siapapun menurutnya.

Apa mungkin mereka belum pulang? Pertanyaan itu seolah muncul di pikirannya saat ini.

Tapi, jam sudah menunjukkan waktu berakhirnya aktifitas belajar di sekolah sekarang ini, bahkan sudah lewat beberapa jam.

Rebecca memutuskan untuk menunggu beberapa saat dengan duduk di kursi yang berada di teras rumah tersebut. Sudah lama, ia tak menjumpai Aleona. Rasa rindu yang membekas di hatinya, membuatnya tergerak untuk menjenguk keadaan anak itu saat ini.

Dengan dua paper bag yang ia bawa itu, berisikan dua kotak makan yang dimana makanan itu ia racik sendiri untuk diberikannya kepada sang putri.

Guratan senyum tipis tercetak di bibirnya. Membayangkan bagaimana merasakan kembali pelukan hangat antara ibu dan anak nantinya. Terakhir kali, mereka melakukan itu saat pertama kali berjumpa.

Hari-hari nya dilewati tanpa kehadiran sang putri. Walau Aleona tampak diam dan enggan untuk berbicara lama dengannya, namun Rebecca tetap merindukan keberadaannya.

Rebecca melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah beberapa menit ia menunggu, namun tetap tidak mendapati sosok yang ia ingin temui saat ini.

Dengan hembusan napas panjang, Rebecca kembali melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Sejengkal lagi menaiki mobil, wanita itu menoleh ke belakang, menatap lamat rumah yang tempatnya dulu bernaung, merajut cinta kasih bersama Raynold dulunya.

Pikirannya larut dalam memori pada saat itu.

Rebecca menggelengkan kepalanya guna membuyarkan pikiran itu. Semua sudah masa lalu dan tidak akan bisa terulang kembali masa-masa dan momen-momen indah saat itu.

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang