Haii haii 💟
Jangan lupa tekan bintang nya yaa!Selamat membacaa🌷
–oOo–
Pagi itu, adalah pagi yang sangat Raynold benci. Bagaimana tidak, ia kedatangan tamu yang tidak di undang dan sangat-sangat paling ia benci. Ingin rasanya mengusir dan menendang tetapi, itu tidak akan ia lakukan di hadapan Aleona. Tidak, Raynold tidak sebodoh itu bertindak di hadapan Aleona untuk saat ini.
Hening.
Kejadian saat itu sangat canggung. Tatapan satu sama lain tampak tak bersahabat. Raynold yang terus menatap tajam dan menusuk kepada Rebecca, sementara Rebecca menatap teduh kepada Raynold dan Aleona. Aleona sendiri menatap biasa kepada Rebecca dan memilih duduk di sebelah sang ayah sembari memeluk Raynold. Tentu saja hal itu membuat Raynold ingin merasa sombong, bahwa anaknya lebih memilihnya.
"Aku ingin membawa Aleona tinggal bersamaku--"
"Kenapa begitu? Tidak!" teriak Raynold dan Aleona menyela perkataan Rebecca. Hingga wanita itu sedikit kaget lantaran keduanya berbicara dengan tiba-tiba dan sedikit meninggi.
"Apa maksudmu? Jangan memanfaatkan kebaikanku!" ucap Raynold dengan menekan setiap kata yang ia ucap. Tatapannya semakin tajam ingin menerkam. Ia juga bisa merasakan pelukan Aleona yang semakin erat pertanda anak itu takut. Aleona juga mulai mengerucutkan bibirnya hendak menangis.
"Tidak. Maksudku, aku ingin membawa Aleona tinggal bersamaku beberapa hari saja," jawab Rebecca memperjelas.
"Apa kau pantas?"
"Aku juga Ibunya, Ray. Aku berhak atas Aleona!!"
Raynold menghela nafas berat seraya tersenyum mengejek. Jika saja Aleona tidak ada di sana, dipastikan Raynold sudah memutilasi Rebecca.
"Tidak cukup hanya melihat seperti ini? Apa harus membawanya? Tidak!"
"Hanya beberapa hari. Dua hari," tawar Rebecca dengan tidak ragu. Raynold menatap tidak suka, bahkan satu detik pun ia tidak sudi.
"Aku ingin bersama Ayah," cicit Aleona yang mengundang antensi kepada anak itu. Aleona tampak tidak tergiur untuk tinggal bersama ibu kandungnya.
"Al, dua hari saja," Rebecca memohon. Ia tidak ada niatan untuk berbuat jahat, ia hanya ingin menikmati momen bersama sang putri yang selama ini ia telantarkan. Menebus waktu untuk selama ini.
"Dia tidak mau. Kenapa kau ingin memaksanya?" timpal Raynold, sejatinya ia tidak rela jika Rebecca membawa Aleona.
"Beri aku kesempatan untuk memperbaikinya, Aleona. Ayahmu juga tidak sesuci ini dulu,"
Raynold memandang tajam, korneanya hampir keluar dari rongganya. Dadanya tiba-tiba sesak dan kembali merasa bersalah. Ya, ia juga tidak pantas untuk menjadi pilihan.
Mereka berdua sama-sama tidak bertanggung jawab kala itu. Membiarkan Aleona tumbuh dengan sendirinya.
Tidak disangka, Aleona ikut mengiyakan ucapan Rebecca. Bagaimana pun Raynold juga pernah berbuat salah. Jadi, jika ia berbuat adil kepada keduanya itu akan lebih bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dad!
General FictionGadis kecil yang menginginkan kasih sayang dari ayahnya, mengharapkan cinta dari sang ayah. Ia terlahir sebagai anak perempuan cantik dengan senyumannya yang manis. Namun, ia di takdirkan sebagai anak broken home yang menjadi korban dari suatu perm...