Selamat membacaa🫂💟.
–oOo–
Tawa lepas Aleona menggema di rumah besar nan megah itu. Gadis kecil itu tampak bahagia dari pancaran wajahnya yang sejak menginjakkan kaki di rumah Rebecca selalu tertawa dan bahagia.
Mengikis jarak yang pernah tidak bisa terjangkau. Melepas rindu yang terhalang ego. Melupakan kesalahan untuk satu kesempatan.
Tidak ada guratan penyesalan di wajah Aleona karena telah menyetujui tinggal dengan Rebecca dua hari. Baginya tinggal bersama Rebecca sangat menyenangkan.
Sudah satu hari ini Aleona tinggal di rumah Rebecca, ia tidak pernah mengeluh maupun merengek untuk kembali ke rumah ayahnya. Aleona hanya menghubungi Raynold sekali saja untuk memberi tahu bahwa ia sangat senang di rumah Rebecca dan di ajak jalan-jalan. Aleona juga beritahu bahwa ia dibelikan banyak gaun yang indah-indah.
Bagaimana perasaan Raynold jika seperti itu? Apa yang pria itu pikirkan sekarang?
Apa Aleona akan meninggalkannya dan memilih Rebecca? Secara Rebecca bisa membuatnya bahagia?
Raynold hanya memikirkan itu seharian. Rasanya ingin cepat-cepat menjemput Aleona dari rumah Rebecca sebelum anak itu semakin terpikat dengan tipu daya dan hasutan Rebecca. Bohong jika Rebecca tidak mencoba menghasut Aleona. Bagaimanapun, Rebecca sangat menginginkan hak asuh anak itu.
Hati dan pikirannya telah dikuasai oleh Aleona, tidak fokus lagi dengan pekerjaannya. Raynold akan sangat sedih jika Aleona memilih Rebecca.
Di tengah gerimis ringan, Raynold menerjangnya untuk pergi ke minimarket yang ia singgahi. Tak sengaja ia bertemu dengan teman sekolahnya dahulu, mereka saling berjabat tangan dan berpelukan tanda sapaan akrab.
"Sam, kau sedang apa di sini? Di mana istrimu?" tanya Raynold kepada pria imut dengan senyuman manis. Pria itu bernama Samuel Varenaldy.
"Aku sedang membeli pembalut untuk Reanna, dia sedang PMS." Samuel sedikit terkekeh yang disambung dengan kekehan Raynold. Lalu, Raynold mengajak Samuel berbincang-bincang di bangku yang ada di depan minimarket.
"Kau tetap sebagai suami yang baik dan perhatian, aku salut padamu," ucap Raynold setelah mereka duduk dan mulai berbincang lagi. Samuel menatap dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibir tebalnya. Pria itu sangat manis ketika senyum, mata mungilnya yang tenggelam akibat tersenyum. Itu sangat manis.
"Tidak tahu harus membalas seperti apa ucapanmu. Kau sendiri bagaimana kabarmu? Sudah lama kau tidak berkumpul dengan kami. Kau masih tetap benci pada putrimu?"
Raynold terdiam dengan ungkapan Samuel. Dulu ia sangat menunjukkan kepada teman-temannya bahwa Aleona adalah anak yang tidak ia inginkan. Semua teman-temannya tahu masalah dan beban pikiran Raynold. Raynold yang dulu berubah menjadi seorang monster. Sangat kejam dan mengerikan.
"Aleona sudah menyadarkan aku, bahwa ia sangat berharga," jawab Raynold sendu. Wajahnya tetiba lesu seperti sebelum bertemu Samuel.
"Lalu, kenapa wajahmu masih tetap murung? Seharusnya kau senang karena putrimu adalah kebahagiaanmu saat ini," timpal Samuel dengan sebuah kerutan kecil di keningnya.
"Rebecca kembali dan menginginkan hak asuh Aleona." Wajah Raynold benar-benar ingin marah dan menangis.
Samuel memandang sendu, ia ikut merasa sedih. Lantas, lengan yang semula bertumpu pada meja menepuk bahu Raynold lembut menyalurkan semangat untuk tetap berjuang demi Aleona.
"Aku yakin bahwa kau akan membuat keputusan yang tepat." Samuel kembali menyuguhkan senyuman hangat.
"Aku menyesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dad!
General FictionGadis kecil yang menginginkan kasih sayang dari ayahnya, mengharapkan cinta dari sang ayah. Ia terlahir sebagai anak perempuan cantik dengan senyumannya yang manis. Namun, ia di takdirkan sebagai anak broken home yang menjadi korban dari suatu perm...