Raynold pulang ke rumah jam sembilan malam. Ia mendapati rumah dalam keadaan gelap, padahal masih jam sembilan. Tidak biasanya. Raynold akan mendapati rumah dengan cahaya lampu yang menerangi di bawah jam sepuluh.
Aleona kemana?
Anak itu tidak muncul seperti biasa. Tidak mungkin tidur jam segini. Lampu kamar anak itu juga gelap.
Tak berpikir lama, Raynold pergi ke kamarnya. Terakhir kali ia mengetahui hal unik adalah Aleona akan ke kamarnya karena Raynold tidak akan pernah ke kamar anak itu.
Pun, kamar pria itu menggelap. Saat Raynold menyalakan lampu ia tidak menemukan Aleona di sana. Pria itu kembali keluar dan mencari anak itu ke dalam kamarnya tetapi ia juga tidak menemukan Aleona di sana.
Raynold mencari Aleona ke segala penjuru rumah, setiap ruangan ia periksa tetapi tidak menemukan batang hidung anak itu. Raynold mulai panik dan khawatir. Ia sama sekali tidak tahu kemana Aleona.
Pria itu mencoba menghubungi Zea, sahabat Aleona. Anak itu juga tidak tahu di mana putrinya berada dan berkata sudah pulang dari sekolah.
Raynold semakin kalang kabut mendengar jawaban ambigu Zea. Jika Aleona sudah pulang lalu kenapa anak itu belum ada di rumah?
Raynold kembali masuk ke dalam kamar Aleona. Ia ingin memastikan bahwa anak itu tadi pulang ke rumah. Namun, Raynold tidak menemukan seragam, tas, sepatu anak itu. Yang artinya Aleona belum pulang dari sekolah.
Pria itu mengotak-atik ponsel pintarnya dan menghubungi wali kelas Aleona, siapa tahu anak itu bersama gurunya?
Namun, jawaban tetap sama. Tidak tahu dan Aleona sudah pulang. Raynold mulai frustrasi, ia ingat bahwa ia menyuruh Aleona pulang seperti biasa.
Raynold mencoba menghubungi ponsel anak itu tetapi tidak ada hasil. Raynold tidak menyerah ia mencoba melacak tetapi tak kunjung menemukan petunjuk barang secuil pun.
Ia berlari ke luar. Masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana. Di sepanjang jalan ia menggumamkan nama sang Putri dengan mata fokus ke arah jalan. Siapa tahu Aleona ada di sana.
Ia mendatangi sekolah Aleona, mengecek bahwa anak itu tidak sedang di sana atau di sana. Ia bertanya kepada penjaga sekolah dan tidak menemukan anak di dalam sekolah.
Tetapi karena Raynold tidak percaya, mereka kembali mengecek ke dalam sekolah. Mereka mencari keseluruh tempat yang ada di sekolah tersebut tetapi Aleona tidak ada di sana.
Dengan rasa takut, gelisah, panik, bersalah, dan sedih, pria itu pergi dari sekolah. Ia tidak tahu harus mencari Aleona ke mana lagi.
Lagipula, malam-malam seperti ini, Aleona pergi kemana? Dengan siapa? Kenapa anak itu tidak memberitahunya?
Rentetan pertanyaan melintas di pikiran Raynold. Ia Kembali memasuki mobil nya dan mencoba mencari Aleona dengan menyusuri jalanan.
Sampai dini hari Raynold masih di luar mencari Aleona. Ia tidak menemukan setitik petunjuk atas keberadaan sang Putri. Raynold menangis di pinggiran jalan yang sepi. Tidak ada kendaraan maupun orang yang lewat. Sepi adalah saksi penyesalan pria itu karena untuk kedua kalinya ia membuat anak itu menghilang saat pulang sekolah.
Pikiran Raynold merembes kemana-mana, terngiang kejadian tempo hari yang membuatnya sadar bahwa anak itu sangat berharga.
Ia kembali merutuk dirinya, andai ia menjemput Aleona.
Ini semua tidak akan terjadi, Aleona pasti ada di rumah sekarang dan sudah tidur. Namun, semuanya terlanjur terjadi.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dad!
General FictionGadis kecil yang menginginkan kasih sayang dari ayahnya, mengharapkan cinta dari sang ayah. Ia terlahir sebagai anak perempuan cantik dengan senyumannya yang manis. Namun, ia di takdirkan sebagai anak broken home yang menjadi korban dari suatu perm...