06. Doa Dikabulkan

13.2K 944 17
                                    

Vote + komennya jangan sampai ketinggalan ya bestii!
Langsung cuss baca aja 👇


–oOo–

"Aku tidak mau, tidak mau! Aku takut, Ayah!"

"Kenapa harus takut?"

"Aku takut nanti hantunya datang. Aku benar-benar takut!"

Raynold menghela nafas berat seraya mengusap wajahnya kasar. Ia menatap dingin Aleona yang menangis seraya membuka seragamnya lagi.

"Aku takut, teman sekelasku ada yang meninggal di bis itu, Ayah... nanti dia menggangguku. Aku takut." Aleona berhasil membuka seragam dan mulai menggantinya dengan pakaian biasa ia gunakan di rumah.

Masih sangat polos.

"Lalu?" tanya Raynold datar tanpa sebuah candaan di wajahnya.

Aleona usai mengganti pakaiannya, lalu menghadap Raynold. "Aku ikut Ayah."

"Untuk apa kau ikut? Tidak, kau akan merepotkan Ayah nanti," tolak Raynold.

Aleona menangis lagi, "A-aku benar-benar takut!"

Raynold melongo, sebenarnya Aleona adalah anak yang sangat manja. Benar-benar manja. Sangat mudah menangis, apa-apa harus menangis.

"Ya sudah, iya, diam! Baiklah, kau boleh ikut."

Aleona tersenyum dan menghapus air matanya lalu menatap Raynold berbinar, "benar?" Raynold mengangguk, "ayo!" ajaknya mendekati Raynold dan menggenggam jemari sang ayah untuk keluar dari kamar.

Keduanya pergi ke kantor dengan Aleona yang tidak jadi ke sekolah. Raynold telah meminta izin kepada wali kelas Aleona dan gurunya pun mengerti dengan situasi sekolah yang masih berduka akibat beberapa murid yang menumpangi bis tersebut meninggal dunia. Jadi, jika anak-anak lain merasa takut ke sekolah itu wajar, termasuk Aleona.

* * *

Raynold mengamati gadis kecil itu dari belakang. Anak itu menatap langit-langit atap mobil dengan mata terpejam, seolah tengah berdoa.

"Ya Allah, terimakasih. Aku bersyukur engkau mengembalikan Ayahku lagi. Sekarang Ayah sudah menyayangiku, ia sudah mau memelukku. Terimakasih, Ya Allah. Kumohon, jangan ubah Ayahku lagi, aku akan marah padamu jika itu terjadi. Aku hanya meminta itu, Ayah menyayangiku karena aku menyayanginya. Semua beban pikiran dan hidupnya kami serahkan padamu. Amiin."

Aleona mengusap kedua telapak tangannya ke wajah dengan sebuah senyuman tulus terpatri. Ia menghela nafas lega. Seketika beban pikiran dan keresahan hatinya terangkat digantikan dengan rasa lega dan bahagia.

Ketika ia berbalik, ia terkejut dengan kehadiran Raynold yang tiba-tiba, padahal ia tidak memberi tahu bahwa ia akan berdoa tetapi kenapa Raynold bisa tahu?

"Ayah?"

Raynold merentangkan kedua tangannya supaya Aleona memeluknya. Momen-momen seperti ini memang yang selalu Aleona impikan, anak itu berlari dan melompat ke pelukan Raynold. Ia tertawa bahagia ketika Raynold menciumnya. Ternyata begini bahagianya dicintai.

"Ayah mendengar doaku?" tanyanya seraya menatap Raynold dengan malu-malu.

Raynold mengangguk dengan sebuah senyuman manis di bibirnya, kaki jenjangnya melangkah keluar dari mobil dengan menggendong Aleona

Raynold sadar setelah ia membuka hati kepada Aleona, hatinya terasa hangat dan lega. Ia merasa tenang dan bahagia. Selama ini ia terlalu memikirkan diri sendiri, tetapi setelah ia sadar bahwa mencintai Aleona seorang adalah sebuah kebahagiaan yang sebenarnya.

Kenapa tidak dari dulu ia lakukan itu? Kenapa setelah ia hampir kehilangan baru sadar?

"Kau selalu berdoa itu setiap hari?" tanya Raynold yang masih setia menggendong Aleona dan sedikit membawanya masuk kedalam taman.

"Iya, aku selalu berdoa itu setiap hari. Aku selalu berdoa jika Ayah belum pulang tengah malam, aku selalu berdoa agar Allah selalu melindungi Ayah," jawab Aleona tulus. Ia bisa melihat Raynold yang tersenyum kecut.

Tentu kecut. Ia merasa malu pada Aleona. Sangat malu.

"Maafkan Ayah, ya? Ayah jahat."

Aleona menggeleng cepat, menyangkal ucapan sang Ayah, "tidak, Yah. Ayah adalah Ayah yang terbaik, dan aku menyayangi Ayah!" Aleona mencium Raynold entah keberapa kalinya.

Walau Aleona mengucapkannya tulus, bagi Raynold itu sangat membuatnya tersindir. Bagaimana bisa Aleona berkata bahwa Raynold baik setelah banyak air mata yang ia keluarkan karena Raynold?

Walau begitu, Raynold bersyukur karena Aleona tidak membencinya sebelum terlambat. Raynold tidak tahu jika ia hanya mendapat penyesalan nantinya. Ia bersyukur sadar sekarang.

"Seberapa besar kau mencintai Ayah? Kenapa kau selalu berkata, kau mencintai Ayah?" tanya Raynold sedikit menggoda. Tentu ia tahu bahwa putrinya itu sangat mencintainya.

"Sebesar dunia ini, aku mencintai Ayah sebesar dunia ini. Aku hanya mencintai Ayah di dunia ini," jawab Aleona lalu terkekeh. Raynold hanya bisa diam sambil mengamati Aleona dari jarak sedekat itu.

Sekarang ia bangga memiliki Aleona, bangga memiliki anak seperti Aleona, bangga bahwa kenyataannya Aleona seratus persen mirip dengannya.

"Terimakasih."

Aleona menatap Raynold, "kenapa Ayah harus berterima kasih? Sudah seharusnya seorang Anak mencintai Ayahnya. Ibu guruku bilang, seorang Ayah adalah cinta pertama dari anak perempuannya. Artinya, Ayah adalah cinta pertamaku. Ayah tahu, aku sangat-sangat mencintai Ayah bahkan aku pasti lebih mencintai Ayah dibanding Ibu." Aleona menunjukkan deretan giginya yang putih lalu memeluk Raynold kembali. Disaat Aleona memeluknya wajah Raynold tiba-tiba berubah dingin nan menusuk.

Namun, berikutnya ia tersenyum miring. Persetan dengan wanita yang Aleona sebut 'ibu'. Bagi Raynold tidak ada lagi yang perlu di sesali ataupun di ingat lagi dari wanita itu setelah sadar akan berharganya Aleona.

Raynold akan lebih fokus kepada Aleona untuk sekarang, ia akan mengubur dalam-dalam masa lalunya yang kelam.

Gara-gara masa lalunya, putri kandungnya jadi menderita. Ia memang bodoh.

"Kau benar. Aku percaya kau lebih mencintai Ayah," jawab Raynold kemudian. Ia memeluk Aleona dengan sayang lalu mencium pipi anaknya itu.

–oOo–

Gimana? Seneng, ga? Raynold tulus, kok.

Dia ga sementara sayangnya sama Aleona hehe

Untuk beberapa part kita buat happy dulu sebelum mencapai konflik. And, konfliknya cukup berat bahkan akan mengarah pada penyesalan. So, enjoy guyss!

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang