22. Hak Asuh Jatuh Kepada?

7K 442 49
                                    

Diliat dri judul di atas aja udah bikin penasaran bgt ya hehe

Cuss langsung baca aja yukk🫂💟.

–oOo–

Pikiran dan hati tidak tenang untuk menempuh malam ke pagi hari, terasa begitu berat dan enggan untuk berpindah. Bisakah malam saja selamanya agar tidak ada pagi yang membuat hati kecewa? Ini adalah hari yang Rebecca janjikan untuk memperebutkan hak asuh di pengadilan. Raynold tidak ingin menghadirinya, namun ia akan dikenakan sanksi jika ia tidak pergi.

Apakah ia sanggup mendengar jika palu di ketuk tiga kali dan hak asuh jatuh pada Rebecca? Atau malah sebaliknya, ia akan melompat bahagia saat hak asuh jatuh kepadanya? Tengkorak Raynold terasa mau pecah dengan segala perkara yang akan ia hadapi.

Ia sudah bersiap walau dengan berat hati. Ia akan melewati persidangan ini dengan kemenangan ada di tangannya. Ia sudah mempersiapkan semuanya bersama Pak Leo. Mulai dari dokumen dan bukti-bukti bahwa Raynold yang paling berperan dalam kelangsungan hidup Aleona sampai anak itu sebesar saat ini.

Sebelum pergi, Raynold ingin menemui Aleona sebentar. Siapa tahu dengan melihat wajah sang anak, ada harapan yang membuat Raynold memenangkan peperangan kali ini. Raynold akan ingat wajah itu dan berusaha sekuat tenaga agar menang. Dengan langkah pelan tapi pasti, Raynold mendorong daun pintu kamar Aleona hingga terbuka lebar. Anak itu masih tertidur telungkup dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Tunggu! Telungkup?

Bukankah itu aneh? Seumur-umur Raynold belum pernah melihat Aleona tidur menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Anak itu akan sesak napas jika itu terjadi. Sesuatu yang mengganjal terasa melambai kepadanya. Dari pada menebak-nebak, lebih baik memeriksa langsung.

"Al--" Raynold terkejut setelah menyibakkan selimut putih tersebut dan tidak mendapati Aleona di atas ranjang. Pria itu lantas mencari di seluruh kamar, namun tidak menemukan sang putri. Raynold juga mencari ke seluruh rumah, namun tiada hasil. Ia panik bukan kepalang, jantungnya berdegup kencang bak maraton kuda. Setelah berpikir kemana Aleona akan pergi sepagi ini, toh, Raynold tidak menemukan satu petunjuk pun.

Ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Konspirasi ini telah direncanakan. Bagaimana bisa anak yang akan diperebutkan hak asuhnya sekarang hilang? Pasti ada tujuan di balik ini.

Raynold terus mencari Aleona di sekitar rumah, ia berharap Aleona keluar kamar dan berjalan-jalan di sekeliling mencari udara. Namun, Raynold terlalu bodoh jika mengira begitu. Air mata pria itu telah mengucur beberapa tetes, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu kepada putrinya itu.

Ketika Raynold hendak mengerang frustrasi, dering ponselnya berbunyi dan nama Pak Leo tertera di layar. Setelah mengusap wajahnya, Raynold lekas menerima telepon. Raynold telah ditunggu di pengadilan.

Raynold semakin kalang kabut, ia tidak bisa menghadiri pengadilan dengan keadaan seperti ini. Ia tidak bisa.

* * *

Pengadilan tetap berlanjut dengan kedatangan Raynold yang sedikit terlambat dan dengan wajah yang sulit ditebak. Wajahnya penuh murka dan kepanikan. Yang ada di pikirannya saat ini ada di mana Aleona dan apakah anak itu baik-baik saja?

Ia telah kecolongan dua kali. Seseorang mempermainkan emosinya sebagai seorang ayah.

Di persidangan, Raynold tidak merangkum wanita iblis itu di sana hanya kuasa hukum Rebecca saja. Pikirannya yang membengkak membuat dirinya tidak bisa berpikir apa-apa lagi, tatapannya kosong.

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang